Advertorial

Perkuat 3T dan Terapkan Jogo Tonggo, Pemkab Kudus Berhasil Kendalikan Lonjakan Kasus Covid-19

Kompas.com - 31/08/2021, 20:05 WIB

KOMPAS.com - Kendati tren positif mewarnai penanganan pandemi di Tanah Air, perkembangan kasus Covid-19 yang masih fluktuatif tetap menuntut kewaspadaan semua pihak.

Indonesia telah mengalami berbagai peristiwa terkait dinamisnya pergerakan wabah virus asal Wuhan, China tersebut. Guna mengoptimalkan strategi dan respons cepat di lapangan, penting untuk melakukan evaluasi serta belajar dari pengalaman yang ada.

Beberapa waktu lalu, lonjakan kasus Covid-19 di Kudus, Jawa Tengah, menyedot perhatian publik. Dari data Satgas Penanganan Covid-19 menunjukkan, jumlah kasus positif di kota ini melonjak hingga 30 kali lipat dalam waktu sepekan.

Setelah kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 2 diterapkan, situasi kasus Covid-19 di Kudus sudah sangat landai.

Hal itu disampaikan Bupati Kabupaten Kudus H M Hartopo dalam dialog virtual Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN) bertajuk “Dialog Semangat Selasa” yang digelar di Media Center KPC PEN Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), Selasa (31/8/2021).

Hartopo mengakui, lonjakan kasus pada pertengahan Juni 2021 dipicu oleh mobilitas masyarakat yang tinggi dalam rangka menjalankan tradisi hari raya Lebaran.

Merespons kondisi tersebut, lanjut Hartopo, pihaknya bergerak cepat dengan melakukan penguatan testing, tracing, dan treatment (3T). Pemkab Kudus pun menyediakan tempat isolasi terpusat di kabupaten dan desa untuk mencegah klaster keluarga.

“Kami juga mengaktifkan sistem kolaborasi jogo tonggo (menjaga tetangga) dengan melibatkan relawan, pokdarwis, karang taruna, dan PKK. Dalam jogo tonggo, yang sehat membantu yang sakit, yang kaya membantu yang miskin,” kata Hartopo dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa.

Selain itu, kata Hartopo, pihaknya selalu melakukan update data mulai dari zonasi terkecil, yaitu dari tingkat RT. Dengan demikian, pihaknya bisa saling memantau dan menangani masalah secara lebih cepat.

Akselerasi vaksinasi

Hartopo mengatakan, saat ini, cakupan vaksinasi di Kudus adalah 24 persen untuk dosis 1 dan 20 persen untuk dosis lengkap.

Akselerasi vaksinasi Covid-19 pun masih berlangsung di berbagai daerah. Pemerintah pusat dan daerah terus berupaya mempercepat peningkatan cakupan vaksinasi.

Adapun sejumlah upaya peningkatan cakupan vaksinasi di antaranya adalah menyediakan fasilitas pelayanan vaksinasi massal, vaksinasi keliling, vaksinasi terapung, dan vaksinasi dari rumah ke rumah.

Terkait distribusi vaksin ke daerah, saat yang sama Juru Bicara Vaksinasi Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi, menjelaskan bahwa pembagian vaksin dilakukan dengan banyak pertimbangan, di antaranya jumlah penduduk, laju penularan, serta varian virus yang beredar.

Nadia mengatakan, pemerintah berkomitmen untuk terus meningkatkan ketersediaan vaksin melalui koordinasi dengan daerah. Pembagian sasaran dan prioritas vaksin juga diatur dengan cermat.

Mengenai proteksi kondisi tenaga kesehatan (nakes) di Kudus pada saat lonjakan kasus, Nadia menegaskan bahwa mereka telah 100 mendapatkan suntikan vaksin.

“90 persen nakes dengan kasus positif di Kudus saat itu tidak memiliki gejala berat dan sekarang sudah beraktivitas kembali,” tegas Nadia.

Selain itu, lanjutnya, pemerintah juga menyiapkan vaksin booster untuk nakes sebagai pelindungan tambahan.

Tingkatkan pengawasan prokes

Untuk memastikan keamanan masyarakat, pemerintah terus berupaya untuk meningkatkan pengawasan protokol kesehatan (prokes). Salah satunya, melalui aplikasi PeduliLindungi yang diharapkan kelak dapat berguna untuk mengontrol kapasitas ruang publik dan memastikan masyarakat menjaga jarak.

Wakil Direktur Pendidikan dan Penelitian RS UNS Surakarta dr Tonang Dwi Ardyanto memaparkan beberapa hal yang menjadi pelajaran dari peristiwa di Kudus.

Ia mengatakan, lonjakan kasus Covid-19 bisa terjadi di kota kecil tanpa akses transportasi besar, seperti bandara atau pelabuhan.

Selain percepatan vaksinasi, lanjut dr Tonang, penguatan testing dan tracing juga harus selalu

dijaga kendati jumlah kasus sedang tidak tinggi. Tujuannya, agar perkembangan kasus dapat

terdeteksi lebih dini sehingga segera tertangani.

“Disiplin protokol kesehatan, vaksinasi, dan menjaga pelaksanaan 3T di lapangan tetap menjadi

kunci penanganan pandemi,” imbuh dr Tonang.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau