Advertorial

Ngulik Bisnis Toko Kopi Tuku dan Pala Nusantara, Berawal dari Kegemaran hingga Jadi Mata Pencaharian

Kompas.com - 10/09/2021, 17:02 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Peluang usaha bisa datang dari mana saja, termasuk kegemaran. Di tengah perkembangan minat bisnis masyarakat, sejumlah entrepreneur memulai usahanya dari sebuah hobi. Salah satunya adalah founder sekaligus Chief Operating Officer (COO) Pala Nusantara, Ilham Pinastiko.

JenamaPala Nusantara dibangun berkat ketertarikanIlham terhadap kayu. Ia mengaku sering melihat kayu menjadi bahan dasar dari sebuah produk yang besar, seperti furnitur. Untuk produk kecil, kayu hanya dipakai untuk bahan dasar gelang.

“(Namun) gelang bukan aksesori yang diperlukan semua orang. Dari situ, saya berangkat untuk mencoba menciptakan jam tangan berbahan dasar kayu,” kata Ilham pada diskusi yang diadakan Blibli bertajuk “Ngulik Bisnis: UMKM Wajib Ori, Kunci Menang Persaingan”, Kamis (9/9/2021).

Usai memperoleh ide bisnis dan menjalankannya, ia sempat kebingungan untuk menentukan target penjualan dan mengukur minat pasar akan produk jam tangan berbahan kayu.

“Akhirnya, saya memutuskan untuk menjual 100 pcs pertama jam tangan Pala di sebuah event. Pada saat bersamaan, saya juga membuka preorder. Itu kali pertama saya menjual 100 pcs dan 100 pcs pesanan untuk Pala,” papar Ilham.

Lantaran jam tangan kayu buatannya disambut baik masyarakat, Ilham pun memutuskan untuk meneruskan kegemarannya mengulik kayu menjadi sebuah penghasilan.

“Enaknya menjadi pionir dari sebuah produk adalah bisa menemukan match market dan menelusuri keunikan dari produk tersebut,” ungkapnya.

Lebih dari sekadar aksesori dan fesyen, menurut Ilham, jam tangan merupakan bagian dari identitas pemakai. Melalui produk ciptaannya, ia pun merasa dapat menciptakan tren yang di kalangan pengguna.

Berbeda dengan kegemaran Ilham, Chief Executive Officer (CEO) Maka Group sekaligus Founder Toko Kopi Tuku Andanu Prasetyo mengaku, ide usaha kopinya justru berawal dari tugas kampus. Kala itu, ia diminta dosen untuk melakukan riset terkait kopi.

“Dari situ, saya membuka sebuah kafe bernama Toodz House yang menyajikan kopi dan berbagai macam menu makanan juga, seperti pasta,” kata Danu, panggilan akrabnya di acara yang sama.

Sayangnya, penjualan kopi di kafe miliknya justru tidak begitu diminati oleh pembeli.

“Terjual sehari 30 cangkir saja rasanya sebuah pencapaian besar banget. Sejak saat itu, saya kembali mempelajari lebih dalam mengenai kopi. Ternyata, bukan cara pembuatannya yang salah, tetapi posisi penjualan kopi di kafe itu yang salah,” papar Danu.

Kemudian, ia pun memutuskan untuk melakukan riset dan eksplorasi terhadap kopi kepada orang-orang di sekitarnya.

“Setelah hasil dari eksplorasi dan nanya sana-sini, baru usaha saya tercipta dan bertahan sampai saat ini,” tutur Danu.

Melalui Toko Kopi Tuku, Danu merasa dapat menciptakan tren minum kopi yang sesuai dengan beragam minat masyarakat.

“Saya tidak berusaha menjadi berbeda, tetapi berusaha mengetahui keinginan penikmatnya. Hal ini yang membuat kami justru menjadi berbeda dan digemari,” kata Danu.

Memasarkan produk

Tidak hanya inovasi pada produk, Danu sebagai pengusaha kopi juga harus berusaha agar produknya dapat dinikmati konsumen. Ia pun memilih platform digital sebagai salah satu kanal pemasaran dan penjualan.

Menurut Danu, berkat penetrasi internet yang semakin tinggi di Indonesia, berbagai platform digitalpunmenjadi wadah yang dapat membantu produknya semakin dikenal masyarakat luas.

“Selain siap go digital, pengusaha juga harus mengetahui cara mempromosikan dengan tetap menjaga identitas produk. Jangan sampai, sudah memproduksi 1.000 produk, tetapi belum melakukan riset pasar atau tidak tahu siapa yang akan dituju,” kata Danu.

Setali tiga uang dengan Danu, Ilham mengatakan, platform digital menjadi wadah yang sangat baik untuk memasarkan produknya, terlebih di masa pandemi.

Dengan kebijakan pembatasan aktivitas di luar rumah, masyarakat akan memilih memenuhi kebutuhannya melalui platform digital, salah satunya marketplace.

Marketplace memfasilitasi penjual dan pembeli dalam bertransaksi. Pembeli dapat memilih produk yang diinginkan dengan mudah. Penjual juga tinggal menerima pesanan sesuai dengan yang tertera,” kata Ilham.

Adapun salah satu marketplace yang Ilham gunakan untuk memasarkan Pala Nusantara adalah Blibli. Melalui Blibli, ia mengaku mendapatkan servis dan fasilitas yang memuaskan.

“Menurut saya, inkubasi bisnis yang ditawarkan Blibli sangat baik. Jualannya juga mudah. Selama ini, saya memakai Blibli belum pernah menemukan kendala,” tutur Ilham.


Lebih lanjut Ilham menjelaskan, trik dan tips penting berbisnis adalah berani memulai dan menjalankannya. Di tengah kemudahan digital saat ini, pengusaha bisa memulai berbisnis dengan hal-hal yang disukai.

“Kalau menemukan kendala bisnis di modal, bisa mulai dengan cara dropship. Tidak perlu keluar modal, packing, dan shipping. Hanya modal memasarkan. Intinya, mulai dan jalani saja dahulu. Lebih baik lagi jika memulainya dari hal yang disukai,” papar Ilham.

Sementara, Danu kembali menjelaskan, Indonesia saat ini membutuhkan lebih banyak pelaku usaha untuk mengeksplorasi sumber daya yang tersedia.

Untuk memulai usaha, pelaku perlu mengenali lebih dalam mengenai konsep bisnis yang diinginkan. Tidak hanya itu, pelaku juga wajib memahami apakah usaha tersebut relevan untuk dijalankan saat ini.

“Dimulai dari hal yang kecil dan melihat ke sekitar kita. Terkadang, dari situ, kita baru bisa melihat suatu potensi yang dapat digunakan sebagai bahan bisnis kita. Lalu, jangan sungkan untuk belajar dan bertanya kepada sekitar juga,” tutur Danu.

Adapun untuk informasi lebih lanjut mengenai beragam produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang ditawarkan Blibli, Anda bisa mengunjungi laman berikut.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com