Advertorial

Penerapan 5R Penting Dilakukan agar Keamanan dan Kenyamanan di Ruang Digital Tetap Terjaga

Kompas.com - 14/09/2021, 14:46 WIB

KOMPAS.com – Kehadiran teknologi digital mampu membawa manfaat besar bagi kehidupan banyak orang.

Manfaat tersebut kerap dirasakan dari kehadiran konten digital yang mampu memberikan edukasi, hiburan, dan informasi terkait banyak hal.

Hal tersebut pula yang mendorong hadirnya content creator di jagat digital.

Namun, agar konten yang diproduksinya viral dan menarik banyak atensi, tak jarang para pembuat konten kerap menyajikan hal berlebihan yang tak pantas untuk disaksikan oleh khalayak umum.

Fenomena tersebut cukup disayangkan mengingat hal yang tidak memiliki tujuan baik akan menghasilkan hal yang tidak baik juga.

Oleh karena itu, para pembuat konten dituntut untuk bisa berpikir dengan baik sebelum membuat suatu karya yang dapat berdampak luas terhadap masyarakat.

Mereka harus mampu memberikan dampak positif, khususnya dalam berinteraksi di dunia maya.

Menyikapi fenomena tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital kembali menggelar seri web seminar (webinar) #MakinCakapDigital dengan tema “Interaksi Online Nyaman, Kikis Ujaran Kebencian”, Kamis (2/9/2021).

Webinar tersebut diisi oleh narasumber yang berasal dari berbagai bidang keahlian dan profesi, seperti dosen Sekolah Tinggi Multi Media (MMTC) Yogyakarta sekaligus anggota Japelidi Yolanda Presiana Desi SIP MA dan dosen Fakultas Ilmu Sosial Ilmu politik (FISIP) Universitas Budi Luhur Dr Bambang Pujiyono MM MSi.

Selanjutnya, ada Dosen Universitas Indonesia dan Pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Indonesian Association for Public Administration (IAPA) Dr Lina Miftahul Jannah, MSi, content writer Jaring Pasar Nusantara Murniandhany Ayusari, dan aktor Tengku Tezi.

Webinar tersebut dibuka dengan pemaparan Murniandhany Ayusari. Ia mengatakan, masyarakat harus mengingat prinsip right, respect, responsibility, reasoning, dan resilience (5R) terkait keamanan serta kenyamanan dalam berinteraksi online.

“Pertama adalah right, yaitu semua orang memiliki hak sama untuk beropini, mengakses, dan mendapat keamanan digital. Kedua, respect atau menghargai diri sendiri, orang lain, dan juga semua yang ada di lingkungan digital. Ketiga, responsibility yang artinya bertanggung jawab dengan apa yang sudah kita posting di internet,” ujar Murniandhany dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Senin (6/9/2021).

Keempat, tambah Murniandhany, adalah reasoning yang terkait dengan kemampuan untuk berpikir kritisdengan selalu cek kembali atau melakukan riset terhadap informasi yang ada.

Kelima, resilience atau ketangguhan yang berarti setiap orang harus siap menerima segala sesuatu yang ada di media sosial.

Melanjutkan pemaparan Murniandhany, Tengku Tezi mengatakan, sejatinya kehadiran internet di masa pandemi banyak membawa manfaat, terutama dalam membantu banyak orang tetap bersilaturahmi.

Terkait manfaat dan risiko, imbuhnya, masyarakat juga memiliki peran dalam memilih baik atau buruknya suatu konten untuk dikonsumsi secara pribadi.

“Mengenai ujaran kebencian, yang perlu diperbaiki itu bukan orang lain, tapi diri kita sendiri dulu. Harus pintar memilah. Contohnya ketika melihat berita, kita cari tahu dulu mengenai berita tersebut. Jangan saat membaca (berita) lalu emosi dan akhirnya memberikan ujaran kebencian,” jelas Tezi.

Dalam memerangi konten negatif di internet, tambah Tezi, langkah yang diambil pemerintah sudah cukup baik.

Ia mencontohkan, saat ini pengguna sudah diberikan pengawasan secara ketat dalam mengakses video yang terdapat pada platform Instagram.

“Kan, sudah ada keterangan range umur tertentu pada video tersebut. Intinya, kita terlebih dahulu harus memiliki literasi yang baik dalam bermedia digital dan memanfaatkannya untuk membuka wawasan, pikiran, dan hati,” kata Tezi.

Adapun pada sesi tanya jawab, salah satu peserta webinar bertanya mengenai langkah apa yang diperlukan dalam membatasi ujaran kebencian di media sosial dan membuat ujaran tersebut tidak tersebar luas di masyarakat.

Menjawab pertanyaan tersebut, Yolanda Presiana Desi mengatakan, langkah awal harus dimulai dari diri sendiri.

“Kita hidup bersama dengan orang lain di dunia ini. Banyak sekali ujaran kebencian yang dimulai dari hal yang sepele. Jadi, penting bagi kita untuk menahan emosi, kemudian cari tahu terlebih dahulu. Kalau kita tidak tahu kebenarannya, segera stop di kita dan jangan sebarkan lagi berita tersebut,” ucap Yolanda.

Sebagai informasi, webinar “Interaksi Online Nyaman, Kikis Ujaran Kebencian” merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital yang diadakan di Kota Jakarta Barat.

Masyarakat yang ingin menambah wawasan dan pengetahuan mengenai literasi digital dapat mengikuti kegiatan webinar tersebut.

Kegiatan webinar itu diharapkan dapat mengundang banyak partisipan dan dukungan banyak pihak agar dapat terselenggara dengan baik. Pasalnya, program literasi yang digagas Kemenkominfo tersebut ditargetkan dapat menjaring 12,5 juta partisipan.

Bagi yang berminat mengikuti webinar pada program literasi digital, silakan ikuti akun Instagram @siberkreasi.dkibanten.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau