Advertorial

Wujud Perhatian Serius Pemerintah untuk Penuhi Akses Vaksinasi ABK

Kompas.com - 23/09/2021, 15:27 WIB

KOMPAS.com – Pandemi Covid-9 yang telah terjadi selama 1,5 tahun membuat kaum difabel, khususnya anak berkebutuhan khusus (ABK), kehilangan sejumlah akses untuk belajar dan terapi. Akibatnya, orangtua harus menjadi tumpuan sebagai tenaga pendidik, terapis, sekaligus pendamping bagi ABK.

Guna memastikan ABK memperoleh perlindungan kesehatan ekstra dan mendapatkan kembali akses untuk belajar di masa pandemi, pemerintah mendorong kerja sama berbagai pihak.

Hal tersebut dilakukan agar ABK mendapatkan hak yang sama untuk bertumbuh kembang, mendapatkan perlindungan, pendidikan, dan pengasuhan yang baik.

Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal (Dirjen) Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Kartini Rustandi mengatakan, ABK juga merupakan generasi penerus bangsa yang dapat memberikan sumbangan bagi masa depan Indonesia.

Hal itu ia katakan dalam acara bertajuk “Dialog Rabu Utama Forum Merdeka Barat (FMB) 9” yang diselenggarakan oleh Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC PEN), Rabu (22/9/2021).

“Karena di balik segala keterbatasan yang mereka miliki, ABK pasti memiliki kelebihan,” kata Kartini dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (23/9/2021).

Pelayanan kesehatan bagi ABK, lanjutnya, sama seperti masyarakat pada umumnya. Hanya saja, dalam pelaksanaannya, para tenaga kesehatan harus memperhitungkan kondisi, riwayat kesehatan, serta hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan terhadap ABK.

“Bagi ABK yang terinfeksi Covid-19, tenaga kesehatan akan memberikan obat serta tindakan yang sama dengan masyarakat umum. Namun, tentu saja tenaga kesehatan akan mempertimbangkan banyak hal karena anak-anak ini membutuhkan perlakuan khusus,” papar Kartini.

Ia juga menjelaskan, percepatan vaksinasi bagi ABK, termasuk penyandang disabilitas, menjadi salah satu prioritas pemerintah. 

Sebagai informasi, dalam program vaksinasi, ABK mendapatkan alokasi vaksin Sinopharm yang dihibahkan Raja Uni Emirat Arab.

Kendati demikian, Kartini menambahkan, tidak tertutup kemungkinan bagi ABK untuk mendapatkan suntikan vaksin merek lainnya. Sebab, semua vaksin Covid-19 di Indonesia memiliki fungsi yang sama dalam meningkatkan imunitas tubuh terhadap virus tersebut.

“Untuk vaksinasi ABK, (orangtua) dapat mengakses langsung ke Puskesmas atau sentra vaksinasi seperti masyarakat pada umumnya. Di lokasi tersebut, pendamping harus menyampaikan kepada petugas tentang kondisi ABK yang didampingi,” ujarnya.

Untuk memaksimalkan perlindungan kesehatan bagi ABK, pemerintah bersinergi dengan berbagai elemen masyarakat, komunitas, lembaga kesehatan, hingga pihak swasta.

Adapun salah satu lembaga yang giat melaksanakan layanan vaksinasi bagi kaum difabel adalah Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB). Melalui program i-Serve Vaccine, YCAB membuka sentra vaksinasi massal yang ditujukan kepada kelompok rentan, khususnya ABK.

Ketua Umum i-Serve Vaccine YCAB James Revelino mengatakan, vaksinasi massal bagi kelompok rentan bertujuan untuk mendukung program percepatan vaksin yang digencarkan oleh pemerintah.

Ia melanjutkan, sejak Maret 2021, i-Serve Vaccine telah melayani lebih dari 50.000 peserta. Dari 28 persen anak usia remaja yang mengikuti program ini, 4,2 persen di antaranya adalah ABK.

“Kami menyediakan metode drive thru, ruang vaksin terpisah, dan jalur khusus bagi para kaum difabel yang sulit melakukan vaksinasi bersama dengan masyarakat umum. Kami juga memberikan layanan antar jemput bagi mereka,” papar James.

Berbagai fasilitas tersebut, tambah James, merupakan kerja sama i-Serve Vaccine YCAB dengan Puskesmas Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Tidak hanya itu, sebelum pelaksanaan vaksinasi, pihaknya selalu melakukan persiapan diskusi dengan petugas dan pendampingan guna mendapatkan informasi tentang kondisi ABK yang akan disuntik.

Sebelum divaksin, para relawan dan tenaga kesehatan berusaha membuat ABK merasa nyaman. Kemudian, setelah vaksinasi selesai, petugas juga terus melakukan pemantauan kondisi kesehatan ABK yang bersangkutan.

Pelayanan vaksinasi ABK

Selain sentra vaksinasi YCAB, terdapat juga tempat vaksinasi umum yang diperuntukkan bagi kaum difabel. Founder London School Center For Autism Awareness Prita Kemal Gani menceritakan pengalamannya melakukan vaksinasi untuk ABK di tempat yang diperuntukkan bagi masyarakat umum.

Sebagai seorang ibu yang memiliki ABK, tepatnya autistik, ia membawa anaknya ke sentra vaksinasi di Gelora Bung Karno, Jakarta. Walau diperuntukkan bagi masyarakat umum, ia menilai, pelayanan vaksinasi bagi ABK sudah baik.

“Waktu itu, begitu ada pengumuman bahwa anak 12-17 tahun boleh disuntik vaksin, kami mengajak anak kami ke GBK. Saat itu, vaksinasi diperuntukkan bagi masyarakat umum (bukan khusus untuk ABK). Di sana, kami sampaikan bahwa anak kami adalah ABK. Setelah itu, kami langsung mendapatkan jalur khusus dan diberikan vaksin merek Sinovac,” papar Prita.

Prita juga menghargai layanan tersebut, mengingat ABK cenderung memiliki tingkat keresahan tinggi, tidak bisa menunggu atau berkumpul bersama banyak orang, dan mempunyai kesulitan komunikasi verbal.

Ketersediaan akses khusus tersebut tidak hanya berlaku bagi ABK. Prita menjelaskan, pada April 2021, pihaknya mendapatkan undangan vaksinasi untuk kaum difabel di GBK. Saat itu, ia memberangkatkan 75 orang kaum difabel dewasa secara bertahap.

Ia menjelaskan, sentra vaksinasi GBK memberikan tenda dan jalur khusus, serta kemudahan akses bagi para kelompok difabel. 

Tidak berhenti pada upaya vaksinasi, edukasi protokol kesehatan bagi ABK juga dinilai sangat penting dan dapat dilakukan dengan metode tertentu.

“Anak-anak autistik sangat menyukai repetisi. Karena itu, edukasi protokol kesehatan, seperti memakai masker dan cuci tangan harus terus-menerus dilakukan. Setelah paham dan menjadikan itu sebagai kebiasaan yang diulang-ulang, mereka akan disiplin serta konsisten melaksanakan kegiatan tersebut,” tutur Prita. 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com