Advertorial

Menkop UKM Kawal Ketersediaan Produk UMKM di Jaringan Hotel Accor Group

Kompas.com - 29/09/2021, 20:40 WIB

KOMPAS.com - Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) menjalin kerja sama dengan jaringan hotel Accor Group untuk memaksimalkan penyerapan produk-produk usaha kecil mikro dan menengah (UMKM).

Dengan peresmian perjanjian kerja sama (PKS), hotel-hotel milik Accor Group akan menyediakan tempat untuk promosi produk-produk UMKM Indonesia sehingga berkesempatan merambah ke pasar internasional.

Untuk diketahui, Accor Group memiliki lebih dari 5.000 jaringan hotel di seluruh dunia. Hal ini menjadikan kerja sama tersebut potensial bagi pelaku UMKM.

Implementasi kerja sama tersebut pun sudah terlihat. Dalam kunjungan ke Surakarta, Jawa Tengah, Selasa (28/0/2021), Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyaksikan sendiri Novotel Solo Hotel, sebagai salah satu jaringan hotel Accor Group, telah memberikan ruang promosi bagi produk UMKM di lobi hotel.

"Saya pribadi sangat berterima kasih dan mengapresiasi langkah ini. Kalau bisa, ini dijaga karena tak hanya menguntungkan bagi UMKM, tetapi juga menjadi bisnis lain bagi Accor," ucap Teten dalam rilis yang diterima Kompas.com, Rabu (29/9/2021).

Adapun kegiatan tersebut turut dihadiri oleh General Manager (GM) Novotel Hotels and Resort Solo Toat Edi Wijaya, Kepala Dinas Koperasi dan UKM Jawa Tengah Ema Rachmawati, Deputi Bidang UKM Kemenkop UKM Hanung Harimba Rachman, dan Direktur Utama LPDB-KUMKM Supomo.

Teten pun meminta agar produk UMKM yang akan masuk dalam jaringan Accor Group mampu memenuhi standardisasi atau selera pasar internasional. Selain itu, juga ditambah adanya storytelling pada produk tersebut.

"Bayangkan, jika satu produk UMKM masuk ke seluruh jaringan itu, (akan) besar sekali dampaknya. Utamanya, dalam memperkenalkan produk Tanah Air," kata Teten.

Namun, masih ada satu produk UMKM andalan dalam negeri yang belum dapat masuk ke jaringan Accor meski permintaannya cukup tinggi, yakni minyak kayu putih. Hal itu lantaran belum banyak UMKM yang memenuhi standardisasi tersebut.

"Kalau produk UMKM-nya tak sesuai, tentunya akan membuat brand image jadi buruk. Kualitas dan standardisasi harus dijaga," ujar Teten.

Selanjutnya, produk UMKM juga bisa memberikan cerita menarik pada produknya. Sebab, karakter pembeli global suka dengan produk yang memiliki value.

"Saat ini, untuk wastra, sudah kami lakukan bersama Smesco dengan mencantumkan asal pembuatan produk tersebut. Ini (dapat) menambah value pada wastra yang akan dijual karena ada cerita menarik di balik pembuatannya," imbuhnya.

Lebih lanjut, Teten menjelaskan bahwa dengan perkembangan teknologi digital sekarang, semua terhubung dengan mudah. Begitu juga bisnis tak hanya melibatkan business to business (B2B) tetapi juga business to customer (B2C).

"Tak heran, sekarang pembeli dari Eropa dapat memesan langsung produk ke desa di Jawa Tengah," kata Teten.

Ia pun menjelaskan bahwa Kemenkop UKM telah membuat program bersama Smesco untuk membantu kendala logistik ekspor yang masih dihadapi sejumlah pelaku UMKM. Pihaknya juga telah menggandeng perusahaan logistik Tanah Air dengan biaya terjangkau.

Menanggapi hal tersebut, Toat menuturkan, ruang bagi UMKM di Novotel telah disediakan sejak Agustus 2020. Dampak positif keberadaan tempat promosi bagi UMKM, lanjutnya, tak hanya dirasakan oleh pelaku UMKM sendiri, tetapi juga tamu dan pihak hotel.

"Bagi UMKM, sudah pasti ada akses pemasaran yang pasti, omzet juga meningkat. Bagi tamu hotel menjadi alternatif jika tak sempat membeli oleh-oleh kini tersedia di hotel dengan harga terjangkau,” ujar Toat.

Sebagai informasi, penyediaan ruang promosi tidak hanya berupa display produk, tetapi juga penggunaan produk UMKM untuk kebutuhan tamu-tamu hotel.

Bagi pihak hotel sendiri, lanjut Toat, hal tersebut menguntungkan karena biaya yang dikeluarkan menjadi lebih rendah. Sebab, hotel menggunakan produk UMKM langsung dari sumbernya, bukan industri. Dengan demikian, harga menjadi lebih murah dan beban operasional hotel semakin berkurang.

Toat menjelaskan, komitmen penyediaan ruang bagi UMKM merupakan upaya mengurangi bahan atau produk impor yang digunakan di hotel. Saat ini, mayoritas kopi dan teh yang digunakan hotel merupakan produk dari luar negeri.

Ke depan, Toat ingin menyediakan produk kopi dan teh dari UMKM untuk tamu. Pihaknya kini tengah mencari produk yang terbaik. Jika sesuai dengan selera internasional, kedua produk tersebut akan disampaikan ke jaringan Accor yang ada di luar negeri.

"Secara nyata yang sudah dilakukan adalah produk yang dipakai harian, terutama breakfast hotel, sudah menggunakan produk UMKM, yaitu jamu, cokelat, bahan-bahan rempah, susu, dan roti," ujarnya.

Selanjutnya, untuk produk amenitas VIP, Novotel juga menggunakan menjadi produk UMKM. Kemudian Novotel juga menyediakan ruang display di lobi hotel yang sesuai dengan fokus hotel. Misalnya, di Novotel fokus ke UMKM makanan, Royal khusus batik, dan Ibis dengan produk UMKM handycraft.

"Itu minimum setiap Sabtu dan Minggu ditampilkan. Tamu hotel di waktu tersebut cukup ramai. Bahkan, setiap ada meeting kementerian selalu kami display produk UMKM," ujar Toat.

Ibis juga tengah disiapkan untuk menjadi sentra display kopi Jawa Tengah. Nantinya, akan dipamerkan produk kopi unggulan dengan berbagai jenis yang berasal dari 60 kota pada salah satu kafe yang ada di Ibis. Selain itu, akan dibuatkan katalog sehingga eksportir kopi bisa mencoba di kafe tersebut.

"Cita-cita kami dari 100 hotel Accor yang ada di Indonesia, perlahan berawal dari Jawa Tengah. Begitu bagus, disebarkan di seluruh Indonesia," ucapnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com