Advertorial

Menkop UKM Sebut Darussyifa Al-Fithroh Sukabumi Dapat Dijadikan Prototype Ponpes Modern

Kompas.com - 20/10/2021, 17:48 WIB

KOMPAS.com - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Mengengah (Menkop UKM) Teten Masduki yakin pondok pesantren (Ponpes) dapat menjadi leader ekonomi rakyat melalui koperasi.

Hal itu dikatakannya saat melakukan kunjungan kerja sekaligus peresmian Gedung Graha Koperasi Darussyifa Yaspida Sukabumi, Pondok Pesantren Salafiyah Terpadu Darussyifa Al-Fithroh (Perguruan Islam Yaspida) di Kadudampit, Sukabumi, Jawa Barat, Selasa (19/10/2021).

“Oleh karena itu, Ponpes sebagai penggerak ekonomi umat harus diperkuat," ujarnya.

Kesimpulan Teten itu mengacu pada Ponpes Darussyifa Al-Fithroh yang menaungi ribuan santri dan kini memiliki banyak unit usaha yang dikembangkan melalui wadah koperasi pondok pesantren (kopontren).

“Ini bisa kami jadikan sebagai prototype pesantren modern," sambungnya.

Adapun beberapa unit usaha kopontren di antaranya Darussyifa Mart yang kini sudah ada 7 gerai, industri air minum dalam kemasan (AMDK) La Vida dan AQmida, peternakan ayam potong, peternakan ayam petelor, hidroponik, aquaponik, perikanan, peternakan sapi, peternakan kambing, peternakan kerbau, dan peternakan kuda.

Teten menambahkan, pada dasarnya, pesantren memiliki tiga fungsi dan peran sebagai lembaga pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan.

“Fungsi pemberdayaan ekonomi masyarakat ditandai dengan usaha yang dikembangkan pesantren," ujar Teten.

Menurut Teten, unit usaha koperasi di dalam lingkungan Ponpes ini dapat menjadi laboratorium usaha dan pembelajaran yang baik bagi santri.

"Pengembangan agribisnis dan peternakan yang dilakukan menjadi sebuah ekosistem terintegrasi. (Usaha ini dapat) menghasilkan nilai tambah," tambahnya.

Terlebih lagi, program korporatisasi sektor pangan dilakukan melalui penguatan kelembagaan ekonomi petani dan nelayan melalui koperasi.

“Salah satu pilot project yang sedang dikembangkan dalam korporatisasi petani dan nelayan adalah mengembangkan komoditas kacang koro di Koperasi Paramasera di Sumedang," terang Teten.

Teten menginformasikan, di sana, pihak Ponpes telah mengonsolidasikan lahan petani dengan lahan seluas 100 hektare. Kacang koro diproyeksikan dapat menjadi substitusi kacang kedelai yang hingga kini kebutuhannya masih harus dipenui dengan impor.

“Dan hal ini telah mendapatkan sambutan yang positif dari para perajin tahu tempe dan Gabungan Koperasi Pengusaha Tahu Tempe Indonesia," katanya lagi.

Lewat segala hal yang telah dijalankan itu, Teten berharap dapat terjalin kerja sama antara Koperasi Darussyifa dengan Koperasi Paramasera untuk mengonsolidasikan lahan yang ada agar masuk ke dalam skala ekonomi.

"Harus diyakini bahwa pesantren memiliki potensi yang sangat besar untuk mendukung perekonomian negara karena (potensi pengembangan koperasi dapat diwujudkan dengan) memiliki berbagai jenis usaha," imbuh Teten.

Lebih dari itu, lanjut Teten, koperasi berperan sebagai konsolidator, agregator, sekaligus offtaker dari produk-produk usaha mikro dan kecil.

Untuk itu, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) harus dirangkul. Artinya, jangan sampai dibiarkan menjalankan usaha sendiri-sendiri, tapi bergabung ke dalam wadah koperasi. Dengan begitu, skala ekonomi yang lebih baik dapat tercapai.

"Tugas kami adalah membangun ekosistem koperasi agar bisa berkembang. Hingga nantinya bisa menembus ke akses pembiayaan, pengembangan usaha, dan pasar," ulas Teten.

Merangkul kopontren

Dalam kesempatan yang sama, Pimpinan Pondok Pesantren Salafiyah Terpadu Darussyifa Al-Fithroh KH E Supriatna Mubarok mengatakan bahwa pihaknya akan merangkul kopontren yang ada di Sukabumi untuk bergabung dalam satu wadah koperasi.

“Agar koperasi kita menjadi lebih besar dan kuat lagi," ujarnya.

Ia berharap, Ponpes mampu berkontribusi pada negeri tak hanya dalam bidang kualitas sumber daya manusia (SDM), tetapi juga pengembangan dan pemberdayaan ekonomi umat melalui kopontren dengan memiliki banyak unit usaha yang potensial.

“Dari kita, oleh kita, untuk negeri," ujar dia.

Sementara Staf Ahli Bupati Sukabumi Bidang Kemasyarakatan dan SDM Ajat Sudrajat mengatakan bahwa wilayahnya memiliki potensi alam yang bisa dikembangkan dan dioptimalkan kemanfaatannya.

"Dengan pengembangan sektor agribisnis dan pariwisata melalui koperasi, percepatan dalam pembangunan ekonomi Sukabumi diharapkan dapat tercipta," ujar Ajat.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau