Advertorial

Mengungkap Makna Simbolik Motif Batik pada Era Pandemi di Museum Tekstil

Kompas.com - 21/10/2021, 19:46 WIB

KOMPAS.com - Yayasan Batik Indonesia (YBI) bekerja sama dengan Museum Tekstil Jakarta menghias Gedung Museum Tekstil Jakarta dengan kain-kain batik kuno dan klasik di pameran bertajuk “Mengungkap Makna Simbolik Motif Batik di Era Pandemi”. Hal ini dilakukan untuk menyemarakkan kegiatan Hari Batik Nasional 2021 pada Sabtu (2/10/2021).

Pameran tersebut menghadirkan berbagai motif kain batik klasik, yakni motif tambal, gringsing, dan udan liris. Ketiga motif ini dipilih karena dianggap memiliki makna yang relevan dengan situasi saat ini.

Untuk diketahui, motif tambal memiliki corak kotak yang melekat satu sama lain. Biasanya, motif ini juga dipadukan dengan motif lain, seperti motif kawung, lereng, ceplok, serta flora yang bermakna permohonan dan harapan.

Motif tambal memiliki arti menyembuhkan atau menambal penyakit. Hal ini sejalan dengan filosofi kehidupan manusia yang dalam perjalanannya harus terus-menerus memperbaiki diri.

Karena makna itulah, batik bermotif tambal kerap digunakan oleh orang zaman dulu untuk menyelimuti orang sakit. Sebelum digunakan, kain batik motif ini direndam dengan ramuan yang terbuat dari berbagai tanaman herbal.

Sementara, batik motif gringsing memiliki ciri khas lingkaran dengan bulatan atau titik di bagian tengah. Ciri khas ini dikenal dengan sebutan “sedulur papat lima pancer”.

Motif lingkaran tersebut bermakna harapan agar terhindar dari kehampaan (kekosongan). Bahkan, Kitab Negarakertagama dan Serat Pararaton menganggap motif ini sebagai salah satu motif batik tertua di Indonesia.

Itu sebabnya, sebagian besar motif klasik batik gringsing menggunakan warna-warna alam, seperti coklat dan hitam.

Batik klasik lain yang juga dihadirkan pada pameran di Museum Tekstil adalah batik udan liris. Motif batik ini merupakan salah satu motif batik yang diatur penggunaannya di Keraton Surakarta dan Yogyakarta.

Sekilas, motif batik itu terlihat sederhana dengan pola diagonal seperti tetesan air hujan yang sedang tertiup angin. Motif ini melambangkan ketabahan manusia untuk menghadapi panas dan hujan kehidupan. Sebab, permasalahan dalam kehidupan terkadang diberikan oleh Tuhan untuk kebaikan manusia.

Untuk diketahui, pada pameran tersebut, Yayasan Batik Indonesia menampilkan 65 kain batik kuno dan klasik. Sebagian dari batik itu sudah berusia puluhan tahun.

Batik-batik tersebut merupakan koleksi milik YBI dan beberapa kolektor pencinta batik. Beberapa koleksi yang ditampilkan adalah kain panjang tambal dengan motif nitik warni, batik tambal Pekalongan dengan motif batik pesisir, dan kain panjang gringsing dengan motif buketan tiga negeri.

Kain batik yang ditampilkan dalam acara Batik fever Exhibition.DOK. YBI Kain batik yang ditampilkan dalam acara Batik fever Exhibition.

Sebagian besar kain batik yang dipamerkan tersebut berasal dari Jawa Tengah. Seperti diketahui, penyebaran batik Pasalnya, sejarah kain batik Indonesia memiliki kedekatan dengan sejarah berbagai kerajaan di Jawa Tengah.

Walau demikian, YBI juga menampilkan kain batik yang berasal dari luar Pulau Jawa. Seperti diketahui, penyebaran batik di luar Pulau Jawa dipengaruhi oleh hubungan antar-kerajaan serta hubungan dagang pada masa itu.

Melalui pameran tersebut, YBI berharap, masyarakat bisa lebih mengenal dan memahami kain batik Indonesia. Utamanya, motif kain batik yang memiliki catatan sejarah panjang serta sudah semakin langka dan sulit ditemukan karena keterbatasan pembatiknya.

Tak hanya itu, pameran tersebut juga bertujuan untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya melestarikan motif-motif kain batik Indonesia. Hal ini diharapkan dapat mendorong regenerasi pekerja di sektor industri batik.

Pameran tersebut juga sejalan dengan tema besar YBI, yakni Healing Tree Batik Fever. Healing Tree merupakan instalasi pohon raksasa yang memiliki makna pemberi napas kehidupan dan semangat baru. Hal ini ditujukan bagi industri batik nasional yang diharapkan bisa pulih kembali pascapandemi.

Selain menggelar pameran, di masa pandemi Covid-19, YBI juga telah memberikan bantuan melalui berbagai kegiatan sosial yang diserahkan secara langsung kepada perajin.

Bantuan tersebut berupa ponsel pintar, alat canting, kompor listrik, kebutuhan bahan baku pembuatan batik, dan dana agar perajin tetap dapat berkarya.

Melalui Healing Tree Batik Fever, YBI ingin mengajak semua lapisan masyarakat untuk bangga berbatik dan peduli akan kesinambungan regenerasi pembatik Indonesia.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com