Advertorial

Pentingnya Memahami Kecakapan Digital untuk Meningkatkan Produktivitas di Era Digital

Kompas.com - 25/10/2021, 15:08 WIB

KOMPAS.com – Saat ini, digitalisasi telah merambah ke berbagai aspek kehidupan manusia. Dengan demikian, penguasaan teknologi digital, seperti internet mutlak diperlukan agar pengguna dapat mengambil manfaat sebesar-besarnya.

Kondisinya sekarang, masih banyak pengguna ruang digital yang hanya mampu menerima informasi tanpa kemampuan untuk memahami dan mengolah informasi tersebut secara baik. Akibatnya, mereka rentan terpapar oleh informasi yang tidak benar atau hoaks.

Menyikapi hal tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggelar seri webinar literasi digital #MakinCakapDigital bertema "Yuk Tambah Produktif di Era Digital", Selasa (5/10/2021).

Webinar tersebut mengundang narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi, yakni dosen Universitas Diponegoro Amni Zarkasyi Rahman, pegiat seni dan aktor Mathori Brilyan, founder Single Moms Indonesia Maureen Hitipeuw, Ketua Yayasan Quranesia Amrina Rasyada Zusdi F Arianto, dan key opinion leader (KOL) Riska Yuvista

Adapun tema yang dibahas oleh narasumber adalah digital skills, digital ethics, digital culture, dan digital safety.

Amni Zarkasyi yang menjadi narasumber pertama menekankan peran penting data dalam menunjang kedalaman informasi.

Ia mengimbau agar masyarakat Indonesia dapat mengakses, mencari, menyaring, dan memanfaatkan setiap data dan informasi yang diterima lalu menyebarkannya ke berbagai platform digital yang dimiliki.

“Kemampuan memanfaatkan dan mengelola data merupakan bagian dari digital skill,” kata Amni dalam siaran tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (13/10/2021).

Menurutnya, masyarakat tidak cukup jika hanya berkemampuan untuk mengoperasikan berbagai perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, mereka juga harus bisa mengoptimalkan penggunaannya agar dapat meraih manfaat sebesar-besarnya bagi dirinya dan orang lain.

“Karenanya, dibutuhkan kecakapan literasi digital supaya masyarakat tidak hanya mampu mengoperasikan alat, tapi juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab,” katanya.

Mathori Brilyan yang menjadi narasumber selanjutnya memberikan definisi mengenai soft skill.

Menurutnya, soft skill merupakan kemampuan yang melekat pada karakter atau atribut personal, mulai dari kemampuan komunikasi, kecerdasan sosial, hingga beradaptasi dalam kehidupan dan dunia kerja.

"Kemampuan soft skill menunjukkan bagaimana seseorang mampu mengemukakan dirinya pada ruang sosial, menyampaikan pandangannya, serta mampu mengelaborasinya menjadi aktivitas yang produktif," ujar Mathori.

Mathori menambahkan bahwa terdapat berbagai cara yang bisa dilakukan untuk membangun budaya etika produktif. Di antaranya adalah integritas terhadap pekerjaan, manajemen waktu yang baik, menghargai segala hasil pencapaian, menghargai karya orang lain, tidak mudah menyerah pada kegagalan, membangun harapan, serta menentukan masa depan.

Sementara, Maureen Hitipeuw menjelaskan definisi etika digital. Menurutnya, etika digital adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.

"Seharusnya, media digital digunakan untuk suatu niat, sikap, dan perilaku yang etis demi kebaikan bersama demi meningkatkan kualitas kemanusiaan," ujar Maureen.

Maureen menambahkan, hoaks merupakan informasi yang tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah mengandung kebenaran. Menurutnya, tujuan dari penyebaran hoaks adalah membuat masyarakat merasa tidak aman, tidak nyaman, dan kebingungan.

Dalam kebingungan, katanya, masyarakat akan mengambil keputusan yang lemah, tidak meyakinkan, bahkan salah.

Ia pun menjabarkan etika dalam berkomunikasi di ruang digital, yakni menggunakan kata-kata yang layak dan sopan, serta waspada dalam menyebarkan informasi yang berkaitan dengan suku, agama, dan ras (SARA), pornogafi, dan kekerasan.

“Tak hanya itu, penting juga untuk menghargai karya orang lain dengan mencantumkan sumber dan membatasi informasi pribadi yang ingin disampaikan,” ujarnya.

Zusdi yang menjadi narasumber selanjutnya menjabarkan dua jenis jejak digital, yakni aktif dan pasif.

Rekam jejak digital, kata Zusdi, sulit dihilangkan karena interaksi pada era transformasi digital ini menyasar lintas generasi.

“Anak-anak dan orang berusia lanjut merupakan pengguna media digital yang rawan," kata Zusdi.

Pada kesempatan yang sama, Riska Yuvista menekankan pentingnya untuk memilih dan memilah informasi yang dibaca. Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah menelaah serta memverifikasi informasi dari sumber yang kredibel dan akurat.

Media digital, lanjut Riska, memiliki dampak positif dan negatif yang mudah ditemukan di internet. Karenanya, setiap pengguna media digital harus bisa menangkal hal negatif yang dilontarkan orang lain pada media digital.

“Kita harus bisa mengubah mindset dan mengabaikan omongan orang yang menyebarkan suatu kebencian. Manfatkanlah platform yang ada di media digital dengan baik," ujar Riska.

Dalam webinar tersebut, para peserta juga dipersilakan mengutarakan pertanyaan dan tanggapan.

Salah satu peserta bernama Giovino Adriandhy menanyakan, cara menanamkan etika yang baik kepada pelajar dalam bermedia sosial, sementara orangtua tidak bisa mengawasi mereka secara penuh.

Maureen yang menjawab pertanyaan tersebut menyarankan orangtua untuk memberikankan penekanan kepada anak supaya menggunakan media sosial secara positif.

“Caranya, dengan mengajak anak berdiskusi sekaligus memberi contoh bagaimana menggunakan media sosial untuk hal yang positif," jawab Maureen.

Sebagai informasi, webinar #MakinCakapDigital merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Kabupaten Lebak. Kegiatan ini terbuka bagi semua orang yang berkeinginan memahami dunia literasi digital.

Kemenkominfo membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua pihak untuk berpartisipasi pada agenda webinar selanjutnya.

Kegiatan webinar tersebut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga dapat berjalan dengan baik. Pasalnya, program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai agenda webinar selanjutnya, Anda bisa mengunjungi akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com