Advertorial

Pentingnya Literasi Digital untuk Lindungi Diri dari Dampak Negatif Teknologi

Kompas.com - 25/10/2021, 15:12 WIB

KOMPAS.com - Kebutuhan akan tumbuhnya komunitas masyarakat digital yang sehat semakin mendesak. Sehat di sini maksudnya adalah mampu menggunakan teknologi digital secara baik dengan menerapkan etika dan literasi digital.

Seperti diketahui, rendahnya penerapan etika digital dapat menciptakan ruang digital yang tidak menyenangkan. Hal ini ditandai dengan banyaknya konten negatif.

Agar hal itu tak terjadi, warganet berkewajiban membuat ruang digital yang kondusif. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah memanfaatkan teknologi untuk kebaikan dan kesejahteraan bersama.

Merespons hal tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar bertajuk “Bijak Bermedia Sosial: Jangan Asal Sebar di Internet”, Senin (4/10/2021).

Webinar tersebut diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Narasumber yang hadir dalam webinar tersebut terdiri dari berbagai bidang profesi dan keahlian, yakni Dosen Universitas Sriwijaya dan anggota Indonesian Association for Public Administration (IAPA) Anang Dwi Santoso, staf pengajar Universitas Atma Jaya Yogyakarta dan anggota Japelidi Mario Antonius Birowo, serta peneliti dan pengasuh tarbiyahislamiyah.id Ridwan Muzir.

Selanjutnya, pengurus Kaizen Room Adetya Ilham dan key opinion leader (KOL) sekaligus 2nd Runner Up The New L-Men of The Year 2020 Fadhil Achyari.

Dalam pemaparannya, Ridwan Muzir menyampaikan bahwa transformasi digital yang terjadi saat ini menekankan pada penggunaan teknologi digital untuk menciptakan hal baru atau memodifikasi hal lama yang berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Ia mencontohkan salah satunya, yakni internet.

Menurutnya, secanggih apapun teknologi, pada hakikatnya ia merupakan alat dan sarana.

“Sebagai alat, internet tak ubahnya seperti cangkul dan pisau dapur yang berguna untuk memudahkan kehidupan manusia,” ujar Ridwan dalam siaran tertulis yang diterima Kompas.com, Rabu (13/10/2021).

Walau canggih, kata Ridwan, teknologi dapat mencelakai penggunanya bila tidak digunakan dengan baik.

Selain internet, teknologi yang beberapa waktu belakangan menjadi topik pembicaraan adalah kecerdasan buatan atau artificial intelligence. Secanggih apa pun kecerdasan buatan, kata Ridwan, pembuat dan penggunanya tetaplah manusia.

“Oleh karena itu, kita perlu memiliki literasi digital supaya mampu mengoperasikan teknologi secara baik,” tutur Ridwan.

Selanjutnya, Fadhil Achyari selaku KOL mengatakan bahwa perkembangan pesat ruang digital tidak hanya memiliki dampak positif, tapi juga negatif. Salah satunya adalah membanjirnya informasi dengan sumber yang tidak valid atau diragukan.

Ia pun mengimbau agar pengguna media digital bersikap proaktif terhadap maraknya informasi yang tidak valid atau hoaks. Saat menemukan hoaks, pengguna media sosial seharusnya mengambil langkah-langkah yang dapat menghentikan peredaran informasi tersebut.

“Tujuannya, supaya tidak ada orang yang membagikan atau menjadi korban dari hoaks. Saat berada di ruang digital, apa yang ditulis akan menjadi jejak digital. Jangan sampai informasi yang kita bagikan malah merugikan diri sendiri,” kata Fadhil.

Setelah narasumber menyampaikan materi, para peserta dipersilakan untuk menyampaikan tanggapan atau pertanyaan. Peserta bernama Nur menyampaikan, pertanyaan mengenai skill yang dimiliki seseorang terkait dengan kemampuan, inovasi, dan kemauan dalam memaksimalkan penggunaan teknologi digital.

Selanjutnya, ia juga menanyakan tentang kebiasaan yang berkaitan dengan tradisi dan motivasi dalam mengelola waktu. Sementara, mindset berkaitan dengan fokus untuk terus berpikir dan bertindak positif.

Nur pun mengutarakan pertanyaannya.

“Apakah kecakapan digital menjadi modal penting bagi individu atau masyarakat agar dapat hidup produktif di era digital. Lalu, bagaimana cara memanfaatkan ruang digital dalam mengembangkan skill, kebiasaan, dan mindset?”

Pertanyaan tersebut dijawab dengan lugas oleh Anang Dwi Santoso. Menurut dia, memanfaatkan ruang digital bisa dilakukan melalui berbagai cara. Misalnya, mengikuti berbagai pelatihan yang saat ini banyak tersedia melalui YouTube, baik yang berbayar maupun gratis.

Tak hanya itu, menurut Anang, setiap pengguna ruang digital juga dapat belajar menghindari konten negatif berkaitan dengan kebiasaan. Ini dapat dimulai dari diri sendiri sebelum mengarahkan untuk hal yang lebih luas.

“Untuk mindset memang memerlukan waktu. Sementara, keahlian dan kebiasaan harus terus diasah terus menerus agar dapat tertanam secara bertahap,” kata Anang.

Untuk diketahui, webinar #MakinCakapDigital merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta Barat. Kegiatan ini terbuka bagi semua orang yang berkeinginan memahami dunia literasi digital.

Penyelenggara membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua pihak untuk berpartisipasi pada agenda webinar selanjutnya.

Kegiatan webinar tersebut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga dapat berjalan dengan baik. Pasalnya, program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai agenda webinar selanjutnya, Anda bisa mengunjungi akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau