Advertorial

Berkenalan dengan 3 Destinasi yang Jadi Jawaban Kuis Trivia #DiIndonesiaAja Kemenparekraf x Kompas.com

Kompas.com - 26/10/2021, 17:58 WIB

KOMPAS.com – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bersama Kompas.com menggelar Kuis Trivia #DiIndonesiaAja dengan hadiah total jutaan rupiah.

Kuis yang digelar sejak September 2021 itu berlangsung di seluruh akun media sosial Kompas.com, yakni Instagram, Facebook, Twitter, dan Line.

Jawaban dari pertanyaan Kuis Trivia #DiIndonesiaAja terbilang mudah. Begitu pula dengan mekanismenya. Tak heran, kuis ini mengundang antusiasme besar.

Khusus bulan ini, pertanyaan yang dilemparkan Kuis Trivia #DiIndonesiaAja berkaitan dengan destinasi wisata yang pernah ditayangkan di akun Instagram milik Kemenparekraf, yakni @pesonaid_travel.

Destinasi tersebut adalah Loh Liang, Lawang Sewu, dan Danau Matano yang terkenal akan keunikannya.

Lalu, apa saja keunikan dari masing-masing destinasi tersebut? Simak ulasannya berikut.

Loh Liang, pintu masuk Pulau Komodo Source: wonderfulimage.id Loh Liang, pintu masuk Pulau Komodo

Loh Liang, pintu gerbang sarang komodo

Loh Liang menjadi pintu masuk Pulau Komodo, yakni rumah bagi ribuan ekor hewan bernama serupa. Selain pulau ini, kadal raksasa karnivora tersebut juga hidup di beberapa pulau lain yang masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Menurut bahasa Labuan Bajo, Loh Liang berarti teluk lubang. Karena itu, banyak sarang komodo berbentuk lubang ditemui di kawasan ini. Lubang-lubang yang menjadi sarang hewan tersebut bisa mencapai 4 meter.

Ada tiga model sarang komodo di Loh Liang, yaitu gundukan, bukit, dan tanah yang sering digunakan sebagai tempat penyimpanan telur.

Pengelola Taman Nasional Komodo menetapkan sejumlah aturan ketat demi keamanan wisatawan. Salah satunya, larangan membuat kegaduhan. Setiap suara, termasuk suara langkah, harus diminimalisasi agar komodo tidak merasa terancam.

Begitu pula saat bergerak. Sebab, gerakan spontan yang mengagetkan dapat memicu reaksi komodo untuk menyerang.

Selain itu, wisatawan tidak diperkenankan berjalan sendirian atau jauh dari ranger (penjinak komodo). Kemudian, pengunjung tidak boleh terlalu dekat melihat komodo. Batas aman untuk berinteraksi dengan hewan tersebut adalah 3-5 meter.

Bukan itu saja, perempuan yang sedang haid diimbau untuk tidak masuk ke kawasan konservasi. Pasalnya, komodo punya penciuman tajam. Bahkan, bisa mendeteksi darah yang menjadi pemantik rasa laparnya dari jarak beberapa kilometer (km).

Namun, bila terlanjur datang, wisatawan sebaiknya segera menginformasikan kepada ranger untuk dicarikan solusi menyaksikan komodo dari tempat aman.

Aturan selanjutnya adalah larangan memberi makan komodo. Pasalnya, rusa yang menjadi makanan utama hewan tersebut banyak berkeliaran di Loh Liang.

Selain komodo, Loh Liang juga merupakan habitat bagi flora dan fauna lain, seperti kakak tua, rusa, babi hutan, mangrove, dan berbagai macam terumbu karang.

Untuk menuju ke Loh Liang, wisatawan harus menempuh perjalanan kurang lebih 4-5 jam menggunakan kapal dari Labuan Bajo. Meski begitu, wisatawan tak akan bosan karena pemandangan yang tersaji di depan mata sepanjang perjalanan sangat menakjubkan.

Lawang Sewu Shutterstock/Teguh Jati Prasetyo Lawang Sewu

Lawang Sewu, saksi sejarah berdarah

Bagi pencinta wisata sejarah, apalagi horor, Lawang Sewu wajib dikunjungi. Sebab, bangunan dengan banyak pintu besar ini merupakan salah satu urban legend di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng).

Lawang Sewu awalnya merupakan kantor Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) atau perusahaan kereta api Hindia Belanda. Pembangunan gedung ini sendiri dilakukan bertahap pada periode 1904-1907. Konsep bangunan dirancang oleh dua arsitek asal Amsterdam, Jacob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag.

Kala Jepang menduduki Indonesia pada 1942, tentara Negeri Matahari Terbit mengambil alih Lawang Sewu. Bangunan tersebut lantas dijadikan penjara tahanan perang sekaligus pejagalan bagi terpidana mati.

Tiga tahun berselang, yaitu pada 1945, Lawang Sewu menjadi saksi bisu Palagan Lima Dina atau pertempuran lima hari. Perang berdarah ini melibatkan Jepang dengan Indonesia.

Sebagai penghormatan atas jasa pejuang yang berguguran kala itu, di depan Lawang Sewu didirikan Tugu Muda. Monumen ini sekaligus menjadi tugu peringatan peristiwa bersejarah tersebut.

Danau Matano Shutterstock/Putu Artana Danau Matano

Danau Matano, danau terdalam se-Indonesia

Sekitar 63 km dari Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan (Sulsel), terdapat danau terdalam se-Indonesia dan Asia Tenggara, yakni Matano. Bahkan, kedalamannya melebihi Danau Toba di Sumatera Utara (Sumut).

Merujuk worldatlas.com, kedalaman Danau Matano berkisar 1.936 kaki atau setara 590 meter. Sementara, Danau Toba memiliki dasar sedalam 505 meter. Dari 30 daftar danau terdalam di dunia yang dimuat di laman tersebut, Matano menduduki posisi ke-10.

Danau Matano sendiri terbentuk dari patahan akibat aktivitas tektonik pada masa Pliosen. Itu berarti, umur danau yang berada di ujung timur Sulsel ini diperkirakan telah mencapai jutaan tahun.

Danau purba tersebut merupakan habitat dari berbagai biota endemik. Salah satunya, ikan butini (Glossogobius matanensis). Oleh masyarakat setempat, ikan yang hidup di dasar Danau Matano ini dijuluki ikan purba. Sayangnya, ikan butini tergolong hewan langka.

Tak hanya itu, di danau seluas 16.000 hektare itu juga terdapat fauna lain, yakni ikan hias opudi. Ikan dengan nama Latin Telmatherina celebensis ini memiliki nama dagang Celebes Rainbow Fish atau Celebes Sailfish. Berbagai jenis kerang, keong, kepiting, dan ikan bersirip tajam juga tinggal di Danau Matano.

Keunikan lain dari Danau Matano adalah keberadaan Gua Tengkorak. Seperti namanya, di dalam gua terdapat tulang belulang dan tengkorak manusia yang diperkirakan sudah ada sejak ratusan tahun silam.

Menurut cerita yang beredar, gua tersebut dulunya menjadi lokasi peletakan jasad suku Routa. Suku ini merupakan penduduk asli yang mendiami area di sekitar danau.

Selain Gua Tengkorak, Danau Matano juga memiliki beberapa gua bawah air lain. Gua-gua tersebut menyimpan aneka peninggalan sejarah yang diperkirakan berasal dari berabad-abad silam. Sebut saja, tombak, parang, dan berbagai peralatan rumah tangga yang terbuat dari kuningan.

Secara pemandangan, Danau Matano dianugerahi bentang alam yang mengagumkan. Salah satunya, Pegunungan Verbeek Sorowoko. Berbagai jenis tanaman juga tumbuh subur mengelilingi danau. Tak heran, suasana di sana asri dan sejuk.

Selain Kuis Trivia #DiIndonesiaAja, Kemenparekraf juga punya program berhadiah menarik lain yang digelar di akun Instagram @pesonaid_travel, yaitu Pesona Punya Kuis (PUKIS) yang diadakan setiap Selasa dan Ngobrol Bareng Mas Menteri (NGANTRI) yang dilaksanakan setiap Minggu.

Jadi, jangan sampai terlewatkan, ya! Segera follow Instagram @pesonaid_travel. Selain bisa mengikuti kuis dan memenangkan hadiah dari Kemenparekraf, kamu juga bisa memperkaya wawasan tentang Indonesia melalui akun tersebut.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com