Advertorial

Ketua DPD RI Ajak Pengusaha Cermati Dinamika Politik dan Ekonomi Global agar Tetap Survive

Kompas.com - 27/10/2021, 21:05 WIB

KOMPAS.com - Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia (RI) AA La Nyalla Mahmud Mattalitti mengajak para pengusaha untuk membaca dan mencermati dinamika politik dan ekonomi global. Menurutnya, pengusaha tidak boleh kaget dengan pola perubahan besar dunia bisnis yang sangat cepat saat ini. 

Hal tersebut disampaikan La Nyalla saat menjadi pembicara kunci dalam Webinar Business Outlook 2022 bertema “Peran Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) dalam Menghadapi Dinamika Ekonomi dan Politik Global” pada Rabu (27/10/2021).

Sebagai informasi, webinar tersebut merupakan salah satu rangkaian acara Pelantikan Kadin Bojonegoro periode 2021-2026.

Menurutnya, banyak pelaku usaha tidak siap dengan perubahan yang ada saat ini.

"Banyak pelaku usaha tidak siap dengan perubahan yang ada saat ini," kata La Nyalla dalam rilis yang diterima Kompas.com, Rabu.


Bila ingin bertahan, lanjutnya, pengusaha harus beradaptasi. Ia turut meminta pengusaha mulai memikirkan roadmap adaptasi serta membaca dan mengikuti perkembangan pola bisnis dengan cermat.

“Pengusaha harus bisa melihat mana yang hanya sekadar tren singkat dan mana yang akan menjadi pola baru,” imbuhnya.

Dijelaskan La Nyalla, sejak 2015, tren bisnis dan perekonomian global sebenarnya sudah berubah.

Saat itu, Indonesia telah mengalami berbagai perubahan, mulai dari pola kerja, proses bisnis, etika kerja, hingga standar operasional prosedur (SOP) dalam bekerja. 

Perubahan tersebut berkaitan dengan kemajuan teknologi yang berdampak pada pergeseran demografi kelompok pekerja, yakni munculnya kelompok profesional baru yang disebut “Digital Nomad”.

Kelompok profesional baru tersebut mampu membawa dampak besar dalam industri saat ini. Hal ini dibuktikan dengan munculnya istilah-istilah baru dalam dunia industri, mulai dari virtual office, angelic investor, start up, hingga unicorn.

Menurut La Nyalla, istilah tersebut mungkin asing di telinga pebisnis model lama atau investor di dunia fisik. Pasalnya, mereka masih berpedoman pada model bisnis teritorial.

“Akibatnya, mereka masih berkutat dengan istilah-istilah lama, seperti tata ruang, tata wilayah, kawasan ekonomi khusus, kawasan tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), dan sejenisnya,” ujarnya.

Peran negara dalam tantangan bisnis di masa depan

Meluasnya dampak digitalisasi yang membawa perubahan pada aktivitas ekonomi di seluruh dunia turut mengubah landscape geopolitik.

La Nyalla mengatakan, bisnis model baru saat ini memiliki nilai valuasi yang lebih besar dibandingkan bisnis model lama yang umumnya memiliki jumlah karyawan besar.

Ia pun mencontohkan beberapa model industri baru dengan tim lebih sedikit, tetapi sangat dihargai, seperti perfilman dan animasi, konsultan riset, media sosial, big data analisys, auditor, public relation, writer, serta web designer

“Fenomena tersebut akan terus berkembang dan mengalami percepatan akibat revolusi teknologi,” katanya.

Selain mencermati perkembangan teknologi, La Nyalla juga mengingatkan dampak bonus demografi di Indonesia yang diprediksi akan mencapai puncak pada 2045. Pada periode tersebut, penduduk yang berada pada usia produktif akan lebih banyak dibandingkan penduduk dengan usia tidak produktif. 

Pertumbuhan penduduk usia produktif diprediksi akan mencapai 64 persen dari total penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa. Dengan demikian, angkatan kerja Indonesia akan mencapai 71 persen. 

Tak hanya itu, La Nyalla juga mengingatkan pertambahan penduduk di dunia yang kian meningkat drastis pada 2045. Pada periode tersebut, penduduk dunia diprediksi mencapai 9,45 miliar.

“Negara berkembang akan menyumbang 71 persen dari total populasi penduduk dunia. Sebanyak 54 persen di antaranya berasal dari Asia,” ujar La Nyalla.

La Nyalla juga memprediksi perdagangan global tumbuh sebesar 3,4 persen per tahun. Negara berkembang menjadi poros perdagangan dan investasi dunia dengan pertumbuhan 6 persen per tahun. Dominasi mata uang dunia bergeser dari dollar AS menjadi multi-currency.

Pada sektor teknologi, terdapat berbagai penemuan yang akan menjadi tren ke depan, seperti teknologi informasi dan komunikasi, bioteknologi dan rekayasa genetik, smart technology, energi terbarukan, otomasi, serta artificial intelligence

Ia turut mencermati ancaman pemanasan global yang semakin besar. Menurutnya, bila tidak ada langkah sinergis dan upaya konkret untuk mengatasi masalah ini, suhu bumi dapat meningkat 3 hingga 3,5 derajat Celcius.

“Selain itu, peta geopolitik juga mengalami perubahan dengan meningkatnya peranan China dan kerentanan di kawasan Timur Tengah, serta meningkatnya kelas baru dan kelompok tertentu di Asia,” lanjutnya. 

La Nyalla menegaskan bahwa untuk memberikan kemudahan bagi dunia usaha dalam membaca peluang dan tantangan, negara juga harus hadir. Pasalnya, upaya untuk menjaga stabilitas iklim dunia usaha dan industri tidak bisa hanya diserahkan kepada Kadin. 

Menurutnya, negara tidak hanya memberi kemudahan berusaha bagi pengusaha, tapi juga memberikan arahan dan pendampingan. Khususnya, bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

“Termasuk memberikan informasi yang jelas dan terukur tentang market size. Jangan biarkan pengusaha didorong untuk membuka usaha yang sama sebanyak-banyaknya, tetapi market size sudah terisi penuh,” katanya lagi.

Negara, ujar La Nyalla, juga harus hadir untuk memastikan dominasi produk yang ada di marketplace bukan barang impor. Karena fakta hari ini, hampir semua marketplace yang ada, seperti Tokopedia, Shopee, dan Lazada, 90 persen menjual barang impor. 

Menurutnya, hal tersebut ironis mengingat nilai transaksi belanja online Indonesia berada di kisaran Rp 266 triliun.

“Dari angka tersebut, para penjual atau dropshipper di marketplace hanya mengambil margin dari harga jual. Sementara, nilai tambah utamanya, ada pada produsen di luar negeri,” kata La Nyalla.

Dengan perubahan dan situasi yang disruptif saat ini, lanjut La Nyalla, Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk menyongsong masa depan dunia usaha dan dunia industri di Indonesia.

Oleh karena itu, dirinya selalu mengungkapkan pentingnya membangun kekuatan dan kedaulatan di sektor-sektor strategis, terutama ketahanan sektor pangan. 

Selain itu, pemerintah juga harus melakukan upaya sistematis untuk memaksimalkan peran desa menjadi sentral kekuatan ekonomi.

“Jangan sampai kita mengalami bencana demografi. Saat memasuki era ledakan jumlah penduduk usia produktif, lapangan pekerjaan tidak mampu untuk menyerap,” tuturnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com