Advertorial

Ini Cara Efektif untuk Mendampingi Anak Belajar di Rumah

Kompas.com - 28/10/2021, 15:51 WIB

KOMPAS.com – Saat ini, internet digunakan oleh masyarakat dari beragam kelompok usia, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Maraknya penggunaan internet oleh anak membuat orangtua harus bijak dalam memberikan waktu bermain.

Orangtua perlu berkomunikasi dan memberikan pemahaman kepada anak mengenai cara berinternet yang sehat, mulai dari pengaturan privasi, waktu yang dihabiskan menggunakan media digital, hingga jenis kegiatan yang dilakukan.

Selain itu, orangtua juga harus membimbing anak belajar bagaimana menjaga keamanan di ranah online. Tujuannya, supaya anak mampu menyadari risiko yang bisa saja terjadi sekaligus mampu menggunakan teknologi dengan bijak.

Oleh karena itu, dibutuhkan pendidikan digital untuk membuat anak mampu memaksimalkan media digital sebagai sarana belajar yang efektif.

Menyikapi hal tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital menggelar webinar bertajuk “Tips Dampingi Anak Belajar di Era Pandemi”, Jumat (8/10/2021).

Webinar tersebut digelar pada Jumat (8/10/2021) dan diikuti oleh sejumlah peserta secara daring.

Pemateri dalam webinar tersebut adalah financologist, motivator keuangan dan kejiwaan keluarga, serta anggota Indonesian Association for Public Administration (IAPA) Alviko Ibnugroho, pendiri Kaizen Room Aidil Wicaksono, dosen Universitas Budi Luhur Andrea Abdul Rahman Azzqy, co-founder Localin Muhammad Bima Januari, dan Putri Tenun Songket Indonesia Julia Ratih Gita Dwiyana Sitompul (RGDS).

Alviko yang menjadi narasumber pertama menjelaskan tantangan pengajar dalam mendidik anak di era digital. Menurutnya, salah satu tantangan mendidik anak di bawah usia lima tahun di era digital adalah diperlukannya afeksi, kebersamaan, dan pengajaran untuk belajar berbagi.

Sementara, anak yang usianya di atas lima tahun sampai jenjang sekolah dasar (SD), harus dibiasakan berpikir kritis dan diberikan pengajaran yang mampu meningkatkan motivasi mereka. Dengan demikian, pola pengajaran satu arah berupa pemberian instruksi tidak selalu efektif.

“Pengajar bisa memberikan tanggung jawab dan tugas yang diawali dengan adanya perencanaan bersama,” kata Alviko dalam siaran tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (25/10/2021).

Mengenai tantangan belajar di rumah, Alviko mengatakan bahwa pembelajaran secara daring rentan membuat orangtua stres dan anak menjadi bosan karena menatap layar berjam-jam.

Selain itu, terdapat masalah lain, yakni masih banyak siswa yang tidak memiliki gadget dan sinyal ponsel di daerah yang masih buruk. Padahal, para siswa harus terus tersambung dengan internet selama pembelajaran daring dilaksanakan.

Menurutnya, hal tersebut dapat berpotensi menjadi konflik keluarga dan memunculkan tindak kekerasan pada anak.

“Untuk menjaga kualitas belajar di era digital, orangtua dan guru perlu meningkatkan kemampuan dalam bekerja sama dengan anak untuk bisa memanfaatkan dunia digital demi masa depannya,” katanya.

Sisi positif pembelajaran daring

Sementara itu, Julia menyampaikan sudut pandang positif terkait pembelajaran secara daring. Menurutnya, pembelajaran secara online memiliki berbagai manfaat, mulai dari membuka wawasan, menambah ilmu, hingga bisa melihat dunia.

Selain itu, dirinya juga bisa melihat sistem pembelajaran di negara lain beserta jurnal ilmiah yang diterbitkan.

“Bila pengguna internet memiliki kecakapan digital, mereka bisa memanfaatkan virtual library untuk mendapatkan pengetahuan secara gratis,” kata Julia.

Meski demikian, Julia tak menampik bahwa digitalisasi secara masif juga memiliki dampak buruk, khususnya pada anak-anak. Karenanya, ia meminta orangtua untuk memberikan edukasi dan batasan kepada anak-anak untuk meminimalisasi dampak negatif dari dunia digital.

“Harapannya, bagaimana kita sebagai warga Indonesia dapat bekerja sama dan memiliki visi untuk memajukan Indonesia dan makin cakap digital. Terus kembangkan diri. Salah satunya dengan mengikuti webinar literasi digital,” ujarnya.

Setelah narasumber menyampaikan materi, partisipan dipersilakan untuk menyampaikan tanggapan dan bertanya.

Salah satu peserta bernama Karina Alya Firdaus mengatakan bahwa saat ini, banyak orangtua yang menganggap anak tak ubahnya seperti investasi atau menuntut anak menjadi seperti yang mereka inginkan.

“Saya sebagai anak merasa senang dituntun, tetapi terkadang orangtua banyak menuntut tanpa adanya dorongan untuk mencapai hal yang diinginkan. Pertanyaannya, apa yang harus dilakukan oleh saya sebagai anak dan apa pilihan yang terbaik untuk passion saya tanpa harus menentang orangtua?” tanya Karina.

Aidil yang menjawab pertanyaan tersebut mengatakan bahwa sejatinya, tidak ada orangtua yang ingin menjerumuskan anaknya. Terkait masalah perbedaan pilihan antara orangtua dan anak, ia berpendapat bahwa hal ini merupakan masalah kurangnya komunikasi dan saling memahami antara kedua pihak.

“Silakan dipertimbangkan dulu saran dari orangtua. Sambil mempertimbankan saran, kamu bisa mengasah skill dan kemampuan baru di saat pandemi seperti ini. Caranya, dengan mencari apa yang diminati sekaligus membuktikan diri kalau kamu bisa berprestasi pada bidang yang diminati,” tutur Aidil.

Sebagai informasi, webinar #MakinCakapDigital merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta Selatan. Kegiatan ini terbuka bagi semua orang yang berkeinginan memahami dunia literasi digital.

Penyelenggara membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada agenda webinar selanjutnya melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Kegiatan webinar tersebut juga turut mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga dapat berjalan dengan baik. Sebab, program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com