Advertorial

Kuasai Penggunaan Media Digital dengan Kompetensi Literasi Digital

Kompas.com - 28/10/2021, 18:43 WIB

KOMPAS.com – Pada era digital, seseorang dapat dengan mudah dan cepat mendapatkan serta menyebarluaskan sebuah informasi. Hal ini dapat dilakukan dengan bantuan teknologi digital yang terhubung dengan internet.

Namun, ada hal-hal yang harus dipahami oleh pengguna internet dalam bermedia sosial, terutama tentang literasi digital. Sebab, literasi digital wajib dikuasai agar tidak terjerumus hal-hal negatif dari penggunaan internet.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menjadi salah satu lembaga yang aktif memberikan wawasan terkait literasi digital kepada masyarakat Indonesia.

Kemenkominfo pun bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital untuk mengedukasi masyarakat lewat webinar bertajuk “Warga Kampus yang Kompetitif di Era di Digital”, Selasa (12/10/2021).

Adapun beberapa narasumber yang hadir di antaranya Co-Founder Localin Muhammad Bima Januri, dosen Magister Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur Denik Iswardani Witarti, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Budi Luhur Dr Rusdiyanta, dosen FISIP Universitas Gadjah Mada dan anggota Japelidi Novi Kurnia, serta Duta Pendidikan Indonesia Dr Endy Agustian.

Dalam pemaparannya, Rusdiyanta menyampaikan bahwa literasi digital melahirkan banyak inovasi.

“Dari inovasi, seseorang bisa menambah kompetensi. Kompetensi meningkatkan peluang dalam kompetisi. Kemudian, kemenangan kompetisi meningkatkan posisi dan posisi meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, serta kemajuan,” ujar Rusdiyanta dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (25/10/2021).

Alhasil, lanjutnya, muncul era revolusi industri 4.0. Pada era ini, sumber daya manusia (SDM) berkualitas dan kompetitif lahir.

“Mereka pun menguasai dan mengembangkan beberapa teknologi, seperti internet of things (IoT), big data, artificial intelligence (AI), cloud computing, dan additive manufacturing,” jelasnya.

Endy selaku narasumber key opinion leader (KOL) mengatakan, meskipun internet memberikan banyak hal positif, pengguna harus tetap memperhatikan keamanan saat mengakses media digital.

“Netizen harus menguasai literasi digital. Jadi, kemampuan literasi ini tidak sebatas digunakan untuk membaca, tetapi juga menganalisis sebuah informasi yang didapat agar bisa lebih berpikir kritis terkait informasi itu,” ujar Endy.

Pada webinar tersebut, partisipan yang hadir dipersilakan untuk mengutarakan pertanyaan dan tanggapan. Salah satu peserta, Mahardika, tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut.

“Bagaimana agar seorang anak bisa disiplin dalam menggunakan gadget? Bagaimana cara memberikan pengertian tentang efek negatif dunia digital pada anak di bawah umur agar lebih mudah dipahami?” tanya Mahardika.

Pertanyaan tersebut dijawab dengan lugas oleh Bima. Ia mengatakan bahwa hal pertama yang bisa orangtua lakukan adalah memahami efek negatif dunia digital. Misalnya, memahami bahwa banyak hoaks yang bertebaran di dunia digital.

“Setelah memahami, orangtua bisa mengajarkan anak dengan pemahaman yang lebih baik. Jelaskan pula baik dan buruk di dunia nyata dengan di dunia digital. Dampingi anak sambil belajar. Selain itu, pasangkan family link pada smartphone anak agar lebih aman,” ujar Bima.

Sebagai informasi, webinar yang diadakan Kemenkominfo tersebut terbuka bagi semua orang yang berkeinginan untuk memahami dunia literasi digital.

Untuk mengetahui informasi mengenai topik webinar selanjutnya, ikuti akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau