Advertorial

Lewat "Education Stage", Harian Kompas dan Eka Hospital Sadarkan Generasi Muda Pentingnya Pendidikan

Kompas.com - 15/11/2021, 09:50 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Pendidikan yang berkualitas dan merata masih menjadi tantangan terbesar untuk mencapai pembangunan berkelanjutan di Indonesia, khususnya selama masa pandemi Covid-19.

Jika diabaikan, hal tersebut dapat menimbulkan dampak yang buruk terhadap kualitas generasi muda secara turun temurun. Guna mencegahnya, seluruh masyarakat harus melek pendidikan untuk mencapai masa depan yang lebih baik.

Topik itulah yang menjadi pokok pembicaraan dalam sesi ketiga acara “CEO On Stage: Education Stage supported by Eka Hospital” yang digelar Harian Kompas secara virtual, Jumat (12/11/2021).

Pada sesi pre event Kompas100 CEO Forum powered by East Ventures menghadirkan Vice President (VP) of Corporate Strategy and Finance Ruangguru Arman Wiratmoko dan Chief Operating Officer (COO) Eka Hospital Group Rina Setiawati.

Pada kesempatan itu, Arman mengatakan, Indonesia merupakan negara dengan penduduk terpadat keempat di dunia. Indonesia juga mampu meluluskan 50 juta masyarakat usia sekolah dari jenjang SD hingga SMA setiap tahunnya.

Sayangnya, jumlah tersebut masih belum diiringi dengan terciptanya insan yang intelek dan mumpuni. Ia menduga, hal ini diakibatkan oleh kualitas pendidikan yang terbilang masih kurang baik.

Oleh karena itu, kata Arman, Ruangguru berkomitmen memberikan kualitas pendidikan yang baik dan merata kepada seluruh masyarakat Indonesia. Pasalnya, menurut dia, pendidikan merupakan tiket utama menuju kesuksesan dan kehidupan yang lebih baik.

“Dari permasalahan tersebut, kami memiliki tiga bagian yang disasar untuk pendidikan. Pertama, segi kualitas pendidikan, seperti kualitas tenaga pengajar terbaik dengan kurikulum terbaru. Kedua, memberikan dan mempermudah akses ke seluruh lokasi. Ketiga, layanan yang affordable kepada seluruh masyarakat,” kata Arman.

Atas dasar tiga poin tersebut, lanjutnya, 70 persen pengguna Ruangguru berasal dari kota-kota nonsentral atau kecil. Hal ini disebabkan oleh kemudahan dan kualitas yang ditawarkan kepada pengguna.

Pada 2020, Ruangguru bahkan memberikan sekolah online gratis sebagai bentuk dukungan pendidikan selama masa pandemi Covid-19.

“Inisiasi tersebut tercipta karena kami melihat terjadinya transisi besar-besaran terhadap metode pengajaran dan (awalnya) belum efektif. Melalui sekolah online gratis yang kami berikan, pengguna bisa mengikuti kelas yang diajarkan secara live oleh guru serta mengakses modul dan konten yang kami sediakan,” papar Arman.

Selain itu, tambah Arman, Ruangguru juga sempat berkolaborasi dengan sejumlah perusahaan komunikasi untuk memfasilitasi masyarakat agar dapat mengakses konten Ruangguru tanpa kuota.

“Berbagai hal tersebut dilakukan karena kami percaya bahwa pendidikan merupakan investasi masa depan, tidak hanya sekadar kewajiban bagi generasi muda. Namun di sisi lain, masyarakat juga harus paham dan mengikuti kemajuan yang diiringi dengan kemajuan zaman. Mau tidak mau, kita harus beradaptasi,” tutur Arman.

Senada dengan Arman, Rina pun mengakui bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dan zaman sangat berpengaruh bagi generasi muda, khususnya bagi mereka yang menekuni bidang pendidikan medis.

Ia bercerita, pendidikan kedokteran memiliki peranan penting untuk meningkatkan kesehatan. Hal ini, kata Rina, sangat kontras dengan kondisi saat dirinya menjalani pendidikan beberapa waktu lalu.

Perbedaan itu, lanjutnya, terlihat dari banyaknya perubahan dalam dunia kedokteran. Para dokter atau praktisi kesehatan pun dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman.

“Para dokter harus menyesuaikan dengan perubahan zaman. Kalau dulu, dokter diajarkan untuk bisa menyelesaikan semuanya sendirian. Namun, sekarang mereka diajarkan agar dapat berkolaborasi dengan sesama bidang kesehatan,” kata Rina.

Kondisi tersebut bisa terjadi karena permasalahan penyakit kian bertambah seiring dengan berkembangnya ilmu kedokteran dan kesehatan.

“Contohnya, menangani kasus dari satu pasien. Penyakit yang dialami pasien bisa saja gabungan dari sejumlah penyakit. Hal ini yang menyebabkan kami harus berkolaborasi,” ungkap Rina.

Salah satu contoh yang bisa dilihat adalah penanganan pandemi Covid-19. Selain tim kesehatan, sejumlah stakeholder pun harus ikut serta menekan penyebaran virus SARS-CoV-2 agar tidak semakin memperburuk keadaan. 

“Kolaborasi sudah ditunjukkan dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia. Mereka berkolaborasi dengan berbagai pihak yang menyelenggarakan vaksin dengan menjadi support, seperti bidang farmasi. Kolaborasi itu banyak sekali menolong kita saat menghadapi masa-masa sulit,” tutur Rina.

Adapun untuk mendukung pendidikan kesehatan, Rina menjelaskan, pihaknya tengah menjalin kerja sama dengan sejumlah rumah sakit pendidikan di Indonesia. Hal ini dilakukan agar Eka Hospital dapat menjadi wadah pendidikan bagi mahasiswa kedokteran maupun residen.

“Saat ini, kami belum bisa menerima mahasiswa kedokteran. Namun, jika ada regulasi baru, kami dengan senang hati akan mendukung dan membuka diri bagi mahasiswa kedokteran. Kami juga berharap kondisi saat ini bisa segera pulih. Sebab, hal ini sangat mengganggu pembelajaran praktik, khususnya bagi mahasiswa pendidikan kedokteran,” ungkap Rina.

Ia juga yakin, ilmu yang didapatkan mahasiswa selama menjalani pendidikan kedokteran yang dapat meningkatkan standar kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau