Advertorial

Kemenko Kemaritiman Optimistis Sistem BLE dan Tarif Baru Pelabuhan Pacu Daya Saing Batam

Kompas.com - 20/11/2021, 17:39 WIB

KOMPAS.com - Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Kemaritiman) melaksanakan kunjungan kerja ke Badan Pengusahaan Batam (BP Batam), Jumat (19/11/2021).

Rombongan yang dipimpin oleh Penasihat Menteri Bidang Pertahanan dan Keamanan Maritim, Laksamana TNI (Purn) Prof Dr Marsetio, tersebut diterima langsung oleh Wakil Kepala BP Batam Purwiyanto.

Kunjungan kerja Kemenko Kemaritiman sekaligus merupakan rapat kerja lanjutan pembahasan Batam Logistic Ecosystem (BLE) bersama seluruh stakeholder yang ada di Batam, yakni Bea dan Cukai Batam, Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan, Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), Pemerintah Kota Batam, serta asosiasi industri maritim di Kota Batam.

Adapun pembahasan rapat mengerucut pada evaluasi hasil implementasi BLE dan penetapan tarif yang mendukung investasi sektor kemaritiman. 

BLE sendiri merupakan pilot project dan bagian dari National Logistic Ecosystem (NLE) yang telah diresmikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan , Kamis (18/3/2021).

Purwiyanto mengatakan, selaras dengan hal tersebut, BP Batam dan seluruh stakeholder terkait siap bahu-membahu mewujudkan BLE. Pasalnya, hal ini akan mendukung daya saing Batam sebagai kawasan ekonomi strategis.

“Kami berusaha dan siap melanjutkan arahan dan harapan dari pemerintah. (Jika) bersinergi dengan semua komponen di Batam, kami yakin, bukan hanya daya saing Batam yang akan meningkat, tetapi Indonesia akan meningkat,” tutur Purwiyanto optimistis dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (20/11/2021).

Terkait progres dari BLE, BP Batam selaku pengelola dari Pelabuhan Batu Ampar telah menyiapkan auto gate system. Peranti lunak sistem ini telah dilakukan user acceptance testing (UAT) dengan menggandeng perusahaan bongkar muat (PBM).

Dari sisi kepabeanan, Bea dan Cukai Batam siap mendukung layanan ship to ship floating storage unit (STS-FSU) yang berhubungan dengan entitas kementerian terkait. STS-FSU juga terhubung dengan terminal peti kemas (TPS) online sehingga akan semakin memudahkan pelaku usaha.

Marsetio mengatakan, Batam melalui BLE akan menjadi percontohan nasional. Hal ini juga akan mengubah paradigma Batam sebagai tujuan kawasan investasi yang kompetitif.

“Batam yang maju hanya dapat berhasil apabila memiliki perubahan paradigma investasi yang ditunggu oleh publik. BLE akan mengubah paradigmanya,” tutur Marsetio.

Batam, lanjutnya, didukung dengan sistem BLE dan NLE. Kedua sistem ini merupakan satu platform rantai pasok barang yang mengakomodasi, mulai dari hulu hingga hilir, dan mempertemukan entitas pemerintah dan entitas bisnis, baik dari pemerintah ke pemerintah (G to G), pemerintah ke bisnis (G to B), maupun bisnis ke bisnis (B to B).

Sistem ini akan memutus mata rantai birokrasi layanan logistik dan membuka informasi layanan kepada publik seluas-luasnya. Pada akhirnya, sistem ini akan menurunkan biaya logistik.

Penasihat Menteri Bidang Pertahanan dan Keamanan Maritim, Laksamana TNI (Purn) Prof Dr Marsetio saat rapat koordinasi dengan BP Batam dan stakeholder kepelabuhanan di Batam, Jumat (19/11/2021).Dok. BP Batam Penasihat Menteri Bidang Pertahanan dan Keamanan Maritim, Laksamana TNI (Purn) Prof Dr Marsetio saat rapat koordinasi dengan BP Batam dan stakeholder kepelabuhanan di Batam, Jumat (19/11/2021).

Tinjau penyesuaian tarif

Selain evaluasi progres dan implementasi BLE, Kemenko Kemaritiman juga menekankan persoalan tarif. Ia mengapresiasi komitmen yang dilakukan BP Batam untuk melakukan penyesuaian tarif sehingga Batam mampu berdaya saing.

“Jadi, sesuai dengan arahan Bapak Menko (Maritim dan Investasi) serta Pak Menko Perekonomian (Airlangga Hartarto) juga, kami harapkan ada perubahan paradigma besar soal tarif. Kalau tarif tidak turun, investasi tak mau datang karena kalau di Batam, investasi kan ada pilihan, (yakni Singapura dan Malaysia),” jelas Marsetio.

Usai rapat, Marsetio memberikan apresiasi atas komitmen besar BP Batam untuk melakukan penyesuaian tarif.

“Hari ini, saya lihat progres yang sangat luar biasa dipaparkan perubahan dan komitmen tarif. Saya lihat ada semangat. Spiritnya sudah berubah. Kita patut optimistis, target pemerintah akan tercapai,” imbuhnya.

Marsetio pun menjelaskan bahwa tingkat efisiensi logistic cost Indonesia masih lebih mahal, yakni 23 persen dari 100 persen. Singapura sendiri memiliki skor 13 persen.

Pemerintah sudah menerapkan target penurunan menjadi 17 persen pada 2022. Dengan pembentukan sistem NLE dan BLE untuk Batam serta penurunan tarif yang telah disesuaikan BP Batam, Marsetio pun optimistis, Batam mampu mengejar ketertinggalan.

“Sistem dan tarif kita benahi. Tarif sekarang sudah lebih murah dan disesuaikan. Nanti, pelabuhan-pelabuhan di Indonesia akan direct call tak ke negara tetangga, tapi direct ke Batam. Selamat BP Batam, Batam mau berubah. Setelah ini, nanti akan ditiru oleh Kepri,” tuturnya sembari berpamitan meninggalkan ruang rapat Balairungsari bersama jajaran Kemenko Kemaritiman.

Agenda dilanjutkan dengan peninjauan auto gate system secara langsung di Pelabuhan Batu Ampar dan pertemuan dengan para asosiasi industri kemaritiman di Batam, seperti Indonesia National ShipOwner Association (INSA), Indonesia Shipping Agency Association (ISAA), Asosiasi Perusahaan Bongkar Muat Indonesia (APBMI ), serta Asosiasi Tenaga Ahli Kepabeanan (ATAK).

Pertemuan dengan para asosiasi tersebut menghasilkan reformasi perubahan tarif kepelabuhanan di BP Batam. Beberapa di antaranya adalah penurunan tarif labuh STS dan FSU yang mendapat insentif potongan harga dan tarif yacht. Untuk tarif yacht, pimpinan BP Batam akan menyesuaikannya agar lebih bersaing dengan tempat lain.

BP Batam berkomitmen untuk mewujudkan tarif kepelabuhanan di Batam yang kompetitif daripada tarif kawasan sejenis di negara lain. BP Batam juga akan membuat kajian dan mengevaluasi penerapan tarif yang sudah berlaku saat ini.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com