Advertorial

Jalankan Arahan Presiden, Pertamina Genjot Proyek dan Investasi EBT dari Hulu hingga Hilir

Kompas.com - 23/11/2021, 20:59 WIB

KOMPAS.com – PT Pertamina (Persero) terus menggenjot pelaksanaan proyek energi baru terbarukan (EBT) dari hulu hingga hilir yang dapat mendukung target ketenagalistrikan nasional. Upaya ini merupakan bagian dari komitmen perseroan dalam menjalankan arahan Presiden Joko Widodo.

Vice President (VP) Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan, salah satu wujud komitmen perseroan ditunjukkan dengan pengembangan geotermal.

“Hal tersebut dilakukan agar dapat memaksimalkan sumber daya panas bumi serta berkontribusi pada ketenagalistrikan nasional di Tanah Air,” kaya Fajriyah dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (23/11/2021).

Pada proyek pengembangan panas bumi Pertamina melalui Pertamina Geothermal Energy (PGE) telah mengoperasikan 6 pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) dengan total kapasitas sebesar 672 megawatt (MW).

Adapun keenam PLTP tersebut tersebar di sejumlah Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP), yakni WKP Kamojang yang berada di Garut, Jawa Barat, dengan kapasitas 235 MW, WKP Lahendong di Tomohon, Sulawesi Utara, dengan kapasitas 120 MW, dan WKP Sibayak di Sinabung, Sumatra Utara dengan kapasitas 12 MW.

Selanjutnya, WKP Ulubelu Gunung Way Panas di Lampung berkapasitas 220 MW, WKP Karaha di Tasikmalaya dan Garut, Jawa Barat, dengan kapasitas 30 MW, dan WKP Lumut Balai Muara Enim di Sumatra Selatan dengan kapasitas 55 MW.

Fajriyah kembali melanjutkan, Pertamina juga terus menggenjot pembangunan PLTP di WKP lainnya dengan target peningkatan kapasitas hingga dua kali lipat menjadi 1.128 MW pada 2026. 

Selain itu, Pertamina juga telah mengoperasikan pembangkit listrik dengan memanfaatkan sumber energi biogas atau pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) di wilayah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei Mangkei, Simalungun, Sumatera Utara.

PLTBg berkapasitas 2,4 MW tersebut merupakan hasil kerja sama dengan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III. Selama triwulan III 2021, PLTBg Sei Mangkei sudah menghasilkan listrik sebesar 8 gigawatt hours (GWh).

Dengan produksi listrik sebesar itu, PLTBg dapat memenuhi kebutuhan listrik industri KEK yang dikelola oleh PTPN III.

Selain melakukan pengembangan bisnis PLTBg dengan PTPN Group, Pertamina melalui subholding Power dan New Renewable Energy (NRE) juga siap mengembangkan bisnis pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di beberapa wilayah.

Wilayah PLTS yang telah dioperasikan adalah KEK Sei Mangkei dengan kapasitas sebesar 2 megawatt peak (MWp), PLTS Cilacap yang berada di area operasi Refinery Unit Cilacap berkapasitas 1,34 MWp, dan PLTS Badak di PT Badak NGL Bontang dengan kapasitas 4 MWp.

PLTS milik Pertamina juga telah dioperasikan di 99 area operasi stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang tersebar di wilayah Sumatera, Jawa, dan Kalimantan dengan total kapasitas 668 kilowatt peak (kWp).

“Komitmen kami tidak akan hanya berhenti sampai di sini. Ke depan, seluruh wilayah operasi Pertamina menggunakan pembangkit tenaga surya untuk memanfaatkan energi matahari yang melimpah di wilayah khatulistiwa,” tutur Fajriyah.

Adapun untuk mendukung rencana pengembangan ekosistem kendaraan listrik, Pertamina telah mengoperasikan 5 lima unit charging station yang berlokasi di SPBU Pertamina.

Charging station tersebut dikembangkan oleh subholding Commercial and Trading Pertamina sebagai bagian dari inovasi untuk kebutuhan energi masa depan.

Stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) tersebut terintegrasi dalam konsep baru SPBU ramah lingkungan, yakni Green Energy Station (GES) yang telah diresmikan pada Agustus 2021.

Untuk memastikan pemanfaatan charging station dapat berjalan dengan baik, Pertamina terus memantau transaksi dan jumlah daya listrik yang digunakan dalam pengisian baterai mobil listrik.

Berdasarkan data yang diterima, sejak Februari hingga Oktober 2021, tercatat lebih dari 1.500 mobil listrik mengisi daya dengan total mencapai lebih dari 45.000 kWh.

“Kami bergerak masif untuk (mewujudkan) EBT dari hulu hingga hilir. Hal ini kami lakukan demi mewujudkan energi bersih yang diperlukan untuk transisi energi dan mengejar target pemerintah dalam pengembangan EBT sebesar 23 persen pada 2025,” tutur Fajriyah.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com