Advertorial

Menginspirasi Dalam Sunyi, Nuraga Gelar Talk Show bersama Teman Tuli

Kompas.com - 24/11/2021, 18:21 WIB

KOMPAS.com – Nuraga bersama dengan Teman Tuli mengadakan talkshow inspiratif secara daring melalui platform Tiket.com, Jumat (19/11/2021). Acara ini menghadirkan pengusaha Kopi Tuli Putri Santoso, atlet Ilham Achmad, dan seniman Hasna Mufidah selaku narasumber tuli inspiratif.

Sebagai informasi, talkshow tersebut merupakan puncak dari rangkaian kampanye virtual Nuraga bersama Teman Tuli.

Sebelumnya, Nuraga dan Teman Tuli telah mengadakan Instagram Live berama dengan Sign Learning dan kelas bahasa isyarat dengan Silang.id.

Rangkaian kampanye tersebut bertujuan menyediakan ruang yang berisi harapan bagi teman dengar untuk menyimak setiap perasaan, pengalaman, dan cerita yang dialami oleh teman tuli. Dengan demikian, teman dengar bisa mendapatkan inspirasi untuk terus berjuang dengan segala keterbatasan yang ada dalam mencapai keinginannya.

Ketua Nuraga Evania Augita mengatakan bahwa acara tersebut diinisiasi atas kesadaran Nuraga yang ingin memberikan ruang bagi para teman tuli untuk menyuarakan kisahnya.

“Kami juga melihat teman tuli sebagai inspirasi bagi kami untuk berkembang di tengah keterbatasan manusia. Nuraga diciptakan dengan berbagai rangkaian, mulai dari campaign, IG Live, kelas bahasa isyarat, hingga talkshow,” ujarnya dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Rabu (24/11/2021).

Ia pun berharap semoga teman tuli dan teman dengar dapat lebih sering berbagi rasa, mengenal, serta menguatkan satu sama lain dalam menjalani kehidupan sebagai manusia. Selain itu, ia juga berharap semoga dunia teman tuli juga semakin dikenal oleh teman dengar.

Narasumber talkshow Nuraga. Dok. Nuraga Narasumber talkshow Nuraga.

Dalam talkshow tersebut, Putri Santoso membagikan kisahnya yang resah saat melamar pekerjaan karena ada hambatan komunikasi. Akan tetapi, ia tidak menyerah dan memutuskan untuk mendirikan bisnis Kopi Tuli dan memberdayakan semua pekerja teman tuli.

Ia ingin membuktikan kepada masyarakat bahwa teman tuli bisa berdikari. Maka dari itu, ia terus belajar dan berusaha untuk terus berjuang.

"Saya belajar dari melihat pengalaman yang sangat pahit. Saya (pun) mendapatkan pengalaman untuk terus belajar meningkatkan diri saya lebih baik lagi," kata Putri.

Ilham Achmad selaku deaf international swimmer dari Indonesia pun menceritakan pengalamannya sebagai atlet. Peraih 250 medali tersebut membagikan kisahnya dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua, mulai dari persiapan latihan, berwisata, hingga belajar budaya Papua.

"Orangtua saya berpesan untuk tidak boleh takut sama orang dan selalu berdoa pada Tuhan. Pesan itu saya camkan saat lomba sehingga saya selalu berdoa sebelum pertandingan hingga berhasil memenangkan pertandingan dengan bersyukur dan bangga," ujarnya.

Narasumber terakhir, Hasna Mufidah, merupakan seniman perempuan tuli indonesia. Ia menggemari dunia tari, teater, dan musik sejak kecil. Ia pun bergabung dengan organisasi Fantasi Tuli untuk mengekspresikan ide teman tuli dalam dunia kreatif.

Kecintaan akan seni tersebut membawanya sukses mendapatkan penghargaan dalam ajang Festival Film Pendek Jakarta.

"Masyarakat memaksa saya harus menjadi seorang teman dengar dan itu sangat sulit karena mendiskriminasi. Begitu ada Fantasi Tuli, saya dapat menunjukkan bahwa banyak kemampuan yang dimiliki teman tuli,” kata Hasna.

Sebagai informasi, Nuraga merupakan project mata kuliah Special Event and Brand Activation lima jurusan Strategic Communication Universitas Multimedia Nusantara.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau