Advertorial

Butuh Kesadaran Kolektif Masyarakat untuk Siaga Bencana Alam Saat Pandemi

Kompas.com - 29/11/2021, 08:07 WIB

KOMPAS.com – Potensi bencana alam yang terjadi di masa pandemi menuntut kewaspadaan dari semua pihak. Pasalnya, tindakan penyelamatan dan evakuasi warga ke pengungsian berpotensi menjadi titik penularan Covid-19. Terlebih, bila upaya tersebut tidak disertai protokol kesehatan (prokes).

Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama semua pihak dan kesadaran kolektif masyarakat untuk menekan risiko penularan Covid-19 di tempat pengungsian.

Dalam dialog dari Media Center Forum Merdeka Barat (FMB 9)- Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Bupati Bojonegoro Anna Mu'awanah menjelaskan bahwa selain bencana alam saat cuaca ekstrem, di wilayahnya juga terdapat risiko bencana industri.

Pasalnya, Bojonegoro adalah salah satu wilayah penghasil minyak dan gas (migas).

Terkait frekuensi bencana alam di wilayahnya, Anna menjelaskan bahwa angka kejadian terus berkurang sampai tahun ini.

“Meski demikian, kami akan tetap berupaya melakukan upaya mitigasi dan sosialisasi,” ujar Anna dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu (28/11/2021).

Anna menambahkan bahwa dalam melakukan langkah mitigasi, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro melakukan koordinasi dengan pihak terkait.

Selain koordinasi, lanjut Anna, sosialisasi menjadi suatu keharusan agar masyarakat selalu sadar dan peduli dengan perubahan di lingkungannya. Dengan data yang sudah saling terhubung, sosialisasi dapat dijalankan melalui media digital, termasuk media sosial.

“Dengan selalu siaga, kami dapat selalu melakukan pengecekan, sosialisasi, serta simulasi sehingga masyarakat akan tenang dan ikut bersiaga,” ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga tengah menyiapkan regulasi tentang santunan bencana. Hal ini dapat menjadi salah satu solusi pemulihan bagi masyarakat terdampak.

“Potensi bencana pasti ada karena faktor perubahan iklim dan kendala di lapangan. Masalahnya, tinggal bagaimana kami dapat mempersiapkan diri sebaik mungkin dengan kesiapsiagaan dan mitigasi dini untuk dapat mencegah korban, terutama korban jiwa,” tegas Anna.

Selain Bojonegoro, Sumatera Selatan (Sumsel) juga merupakan salah satu wilayah yang rawan terjadi bencana alam.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Sumsel Achmad Rizwan.

Achmad mengatakan bahwa bencana alam yang kerap terjadi setiap tahun di Sumsel di antaranya adalah kebakaran lahan dan hutan, banjir, serta tanah longsor.

Oleh karena itu, pihaknya akan melakukan berbagai upaya mitigasi dini, seperti pemanfaatan teknologi aplikasi, pembuatan tanggul penahan air, penyiapan posko, alat berat, serta jembatan darurat di titik rawan bencana.

Ia tidak memungkiri bahwa bencana alam dalam situasi pandemi memunculkan tantangan tersendiri. Oleh karena itu, selain menyiapkan kesiapsiagaan bencana, pihaknya selalu melakukan sosialisasi terkait Covid-19 dan penerapan prokes.

Hal tersebut dilakukan meski situasi pandemi di wilayahnya sudah landai.

“Kesiapsiagaan bencana sudah dilakukan, baik secara personel maupun peralatan. Seluruh masyarakat, stakeholder, pemerintah, dan swasta turut dilibatkan dalam satu sistem sehingga siap menghadapi bencana. Kemudian, edukasi perilaku masyarakat juga perlu dilakukan agar mereka sadar dan mengetahui bagaimana tindakan saat bencana terjadi,” tutur Achmad.

Peringatan potensi bencana alam

Kepala Pusat Meteorologi Publik, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Fachri Radjab menggarisbawahi bahwa kesiapsiagaan bencana harus selalu dijalankan. Pasalnya, potensi bencana alam selalu terjadi di Indonesia sepanjang tahun.

“Bencana yang paling sering terjadi di Indonesia adalah bencana hidrometeorologi. Persentasenya mencapai 98 persen,” ujar Fachri.

Fachri menjelaskan bahwa pada musim penghujan, terdapat berbagai potensi bencana, mulai dari banjir, banjir bandang, hingga tanah longsor.

Selanjutnya, pada peralihan musim, bencana yang terjadi meliputi hujan lebat serta puting beliung. Sementara, pada musim kemarau, bencana yang terjadi adalah kebakaran lahan.

Saat ini, lanjut Fachri, sebagian besar wilayah Indonesia memasuki periode musim penghujan. Adapun puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada Januari dan Februari 2022.

Fachri menyebutkan, sebagai dampak fenomena La Nina pada akhir 2021, diperkirakan intensitas curah hujan akan meningkat di beberapa wilayah di Indonesia. Sebut saja, sebagian Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), serta wilayah Indonesia Timur, seperti Sulawesi.

“Sepanjang tahun lalu sampai 2021, kita menghadapi tantangan yang makin besar karena berada di masa pandemi. Dengan demikian, berbagai langkah cermat harus dilakukan. Misalnya, area pengungsian harus dikondisikan dengan penerapan prokes, begitu pula dalam kegiatan evakuasi dan penyelamatan, ” tegas Fachri.

Peran BMKG dalam kesiapsiagaan bencana, lanjut Fachri. adalah pada sisi hulu atau sebagai pemberi informasi dan peringatan dini. Informasi dari BMKG bisa dimanfaatkan oleh pemerintah maupun pihak terkait untuk menyusun kesiapsiagaan lebih lanjut.

Selain itu, BMKG juga melakukan berbagai langkah guna meningkatkan kemanfaatan informasi yang ada. Misalnya, dengan sosialisasi langsung kepada masyarakat berupa cara memahami informasi tersebut dan tindakan apa yang harus dilakukan.

Adapun layanan informasi cuaca berbasis dampak dari BMKG dapat diakses melalui lamanhttps://signature.bmkg.go.id/

“Melalui pemantauan aktif dan media sosial resminya, BMKG juga berupaya menangkal hoaks agar tidak meresahkan masyarakat. Intinya, seluruh upaya dilakukan BMKG guna mengurangi risiko saat bencana terjadi,” tuturnya.

Fachri mengimbau masyarakat untuk memiliki kesadaran kolektif bahwa kita hidup dan tinggal di wilayah yang rawan bencana. Kesadaran tersebut juga harus diimplementasikan dalam sikap dan perilaku keseharian. Misalnya, mengimplementasikan praktik dan sikap ramah lingkungan.

Ia menekankan, BMKG mendukung dari sisi informasi mengenai potensi kesiapsiagaan terhadap potensi bencana.

“Meski demikian, upaya dari sisi hilir tetap dibutuhkan untuk menggunakan informasi tersebut sebagai rujukan sehingga dapat bermanfaat lebih baik,” ujarnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com