Advertorial

Menuju Zero Waste Bersama Komunitas BIMASENA

Kompas.com - 08/12/2021, 08:34 WIB

KOMPAS.com - Seperti diketahui, sampah bukan permasalahan baru di Indonesia. Berbagai solusi sudah digunakan untuk mengurangi jumlah sampah. Salah satunya, mengolah sampah rumahan menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi, seperti pupuk.

Hal itulah yang dilakukan warga RW 07 Kelurahan Karang Anyar, Perumahan Angkasa Pura 2, Tangerang, Banten.

Mereka membentuk komunitas Bersih Indah Makmur Sejuk Nan Asri (BIMASENA) untuk mengolah sampah warga. Dengan begitu, penumpukan sampah, baik di lingkungan sekitar maupun rumah-rumah warga, dapat diminimalisasi.

Ketua RW 07 Perumahan Angkasa Pura 2 Fahmi Iqbal mengatakan, komunitas tersebut dibentuk karena terjadi penumpukan sampah di wilayahnya.

“Kami akhirnya carikan solusi dan riset ke beberapa tempat. Akhirnya, kami memutuskan untuk mengolah sampah sendiri dengan mendirikan BIMASENA,” ujarnya dikutip dari laman tangerangkota.co.id, Selasa (7/12/2021).

Ia menjelaskan, BIMASENA berfungsi sebagai pengolah dan pengelola sampah untuk warga RW 07 Perumahan Angkasa Pura 2.

“Jadi, prosesnya sampah-sampah warga kami kumpulkan. Lalu, kami pilah mana yang organik dan nonorganik. Sampah organik kami cacah lalu diolah menjadi maggot. Kemudian, sampah plastik kami olah menjadi biosolar dengan alat pyrolysis,” jelasnya.

Dalam seminggu, lanjutnya, sampah yang dikumpulkan mencapai 30 hingga 50 kilogram sampah, untuk 4 RT dengan total waktu pengumpulan selama 45 menit.

“Karena kami ini pilot project dan masih merintis, baru 4 RT dari RW 07 yang kami kumpulkan sampahnya. Ke depan, kalau semua sudah berjalan dengan baik, seluruh RW 07 ataupun RW lainnya akan kami olah juga,” tambahnya.

Sementara itu, Lurah Karang Anyar Andia mengatakan bahwa ke depannya, akan dibangun juga tempat-tempat pengolahan sampah di wilayah lain. Dengan begitu, target zero waste, khususnya di Kota Tangerang, dapat benar-benar terwujud sesegera mungkin.

“Saya harap, masyarakat dapat mengolah sampah kita sendiri, terutama yang memiliki nilai ekonomi. Jadi, tidak ada sampah yang menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA) Rawa Kucing,” imbuhnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com