Advertorial

Pertamina NRE dan PJB Berkolaborasi Optimalkan PLTA untuk Green Hydrogen

Kompas.com - 08/12/2021, 20:08 WIB

KOMPAS.com - PT Pertamina Power Indonesia sebagai subholding Power dan NRE (Pertamina NRE) bersama PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) menandatangani nota kesepahaman kerja sama pengelolaan pembangkitan, Kamis (2/12/2021).

Nota kesepahaman tersebut berisi skema kerja sama dan kolaborasi kedua perusahaan dalam mengelola serta memanfaatkan infrastruktur ketenagalistrikan, termasuk potensi penyediaan energi bersih di wilayah yang disepakati.

Adapun penandatanganan kerja sama tersebut dilakukan oleh Chief Executive Officer (CEO) Pertamina NRE Dannif Danusaputro dan Direktur Utama (Dirut) PJB Gong Matua Hasibuan.

Dannif mengatakan, peluang pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia masih cukup besar.

Namun, hal itu hanya bisa diwujudkan melalui kolaborasi aktif di tengah tantangan besar dalam pemenuhan target bauran energi dan net zero emission di pada 2060.

“Pertamina NRE siap bersinergi dengan berbagai pihak. Dalam hal ini, kami antusias untuk berkolaborasi dengan PJB,” ujar Dannif dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (8/12/2021).

Mengamini pernyataan Dannif, Gong mengungkapkan bahwa kolaborasi kedua perusahaan adalah langkah awal untuk bersinergi.

“Kami ingin menjadi bagian dalam pengembangan dan implementasi EBT di Indonesia. Kami tidak bisa sendirian. Untuk itu, kolaborasi dengan Pertamina NRE adalah salah satu langkah yang bisa dilakukan untuk mewujudkannya,” kata Gong. 

Dalam penjelasannya, Gong memaparkan peluang kerja sama strategis kedua perusahaan.Salah satunya lewat sinergi pengembangan bisnis pengoperasian dan pemeliharaan pembangkit listrik, terutama di internal Pertamina, seperti kilang.

Peluang lainnya, yakni sinergi dalam proyek-proyek penyediaan energi bersih, baik di dalam maupun luar negeri, misalnya, green hydrogen.

Untuk diketahui, green hydrogen adalah hidrogen yang dihasilkan dari pembangkit listrik energi terbarukan, seperti tenaga surya, bayu (angin), atau air (hidro).

Pertamina NRE melalui anak usahanya PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) saat ini tengah melakukan pilot project pengembangan green hydrogen di wilayah kerja geothermal Ulubelu.

Target produksi green hydrogen dari proyek itu sebesar 100 kilogram (kg) per hari. Dalam jangka panjang, produksi green hydrogen dari seluruh wilayah kerja geothermal ditargetkan mencapai 8.600 kg per hari. 

Sementara itu, potensi pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang dimiliki Perusahaan Listrik Negara (PLN) serta afiliasinya mencapai sekitar 2,7 gigawatt (GW) dan tersebar di Sumatera sebesar 1,1 GW, Jawa 1,3 GW, dan Sulawesi 0,34 GW.

Total kapasitas yang terpasang kurang lebih setara dengan 0,2 juta ton hydrogen per tahun. Sementara, tren permintaan domestik terhadap hydrogen bersih pada 2040 diproyeksikan mencapai 17 juta ton per tahun.

Permintaan tersebut datang dari sektor pengolahan minyak, kimia, transportasi, dan pembangkit listrik.

Untuk itu, Pertamina dan PLN sama-sama mendukung transisi energi sebagai upaya penurunan emisi karbon di Indonesia.

Sebagai informasi, Pertamina berkomitmen penuh untuk meningkatkan portofolio energi bersih hingga 17 persen serta mengintegrasikan aspek environmental, social, and governance (ESG) ke dalam praktek bisnis.

Sementara, komitmen PLN diwujudkan dalam Rencana Umum Pembangkit tenaga Listrik (RUPTL) 2021–2030 dengan menggenjot pengembangan pembangkit EBT sebesar 1,1 GW.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau