Advertorial

Pertikaian di Ruang Digital Masih Marak, Masyarakat Diminta Jaga Etika Saat Menggunakan Media Sosial

Kompas.com - 12/12/2021, 11:10 WIB

KOMPAS.com - Tak bisa dimungkiri, keberadaan teknologi digital telah menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia saat ini.

Terlebih, teknologi digital mampu mempermudah segala aktivitas di masyarakat, terutama dalam hal mencari informasi.

Meski begitu, kemudahan tersebut masih belum dimanfaatkan secara maksimal. Pasalnya, masih banyak masyarakat yang belum memahami literasi digital, terutama terkait etika di dunia maya.

Dosen Manajemen Kebijakan Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr Indri Dwi mengatakan, jejak digital yang ditinggalkan akan selalu ada. Oleh karena itu, setiap orang harus lebih bertanggung jawab dalam berinteraksi di media sosial (medsos).

Hal tersebut ia sampaikan dalam web seminar (webinar) #MakinCakapDigital dengan tema "Mari Berbahasa yang Benar dan Beretika di Ruang Digital", Senin (15/11/2021).

Menurutnya, setiap orang harus mampu menghadirkan kesenangan dan kebahagiaan di ranah digital. Salah satunya, dengan memberikan perhatian untuk orang lain.

“Kita bisa menyukai unggahan yang membagikan konten bermanfaat. Lalu, berikan apresiasi sebagai bentuk syukur dan pertemanan. Jangan lupa juga berikan dukungan kepada teman – teman yang membutuhkan,” ujar Indri dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Selasa (7/12/2021).

Sementara itu, dosen magister Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur Iswardani Witarti mengatakan, masyarakat digital merupakan suatu hubungan antar-manusia yang terjadi melalui teknologi dengan memanfaatkan jaringan internet dan media serta platform tertentu.

"Oleh karena itu, diperlukan etika digital atau kemampuan individu dalam menyadari mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola dalam kehidupan sehari–hari," jelas Iswardani.

Ia menambahkan, setiap orang tak perlu terlalu memikirkan omongan buruk yang dilontarkan orang lain. Terlebih, jika hal tersebut berpotensi memperburuk situasi.

“Contohnya, (pembicaraan yang) menimbulkan perkelahian di medsos karena satu pihak tersinggung,” katanya.

Di sisi lain, peneliti Pusat Pengembangan Kapasitas dan Kerjasama (PPKK) Fisipol UGM Fuad Setiawan Khabibi mengatakan, mayoritas generasi digital saat ini memiliki media sosial untuk membuktikan eksistensinya.

“Generasi ini dapat belajar secara cepat berkat mengakses teknologi digital. Namun, memang karakteristik mereka cenderung terbuka, blak-blakan, dan agresif,” ucap Fuad.

Hal tersebut, lanjut Fuad, yang menjadi salah satu penyebab maraknya aksi perundungan secara verbal dan nonverbal, baik itu terkait fisik, suku, ras, agama, dan antargolongan (SARA), maupun berkedok dark jokes di ruang digital.

Kemudian, ada juga pembuat video yang menunjukkan gestur penghinaan, provokasi, dan prank yang bertujuan untuk menjatuhkan mental orang lain.

“Gunakan bahasa yang beretika dan benar yang muncul dari niat baik. Jadikan nilai Pancasila sebagai dasar untuk mewujudkan hal itu. Bahasa yang benar adalah yang sesuai dengan kaidah tata bahasa yang telah diatur,” tutur Fuad.

Menanggapi hal tersebut, CEO Pena Enterprise Aidil Wicaksono berharap agar masyarakat mampu menyikapi kehadiran transformasi digital secara bijak.

"Perlu pengembangan dan persiapan agar tak terbawa dampak negatif perkembangan digital. Menanamkan kesadaran diri pada masyarakat luas untuk adaptif itu tak mudah. Tapi, kita harus menerima bahwa transformasi digital merupakan sesuatu yang sedang terjadi dan punya keberadaan penting," ujarnya.

Pada sesi key opinion leader (KOL), Audrey Chandra turut memberikan pemaparannya tentang cara menghindari berbagai hal negatif di media sosial.

“Ruang dari media sosial itu sangat luas. Jadi, kalau menemukan akun yang dirasa tidak menyenangkan, langsung saja unfollow. Selain itu, kita juga harus menahan komentar yang berbau provokasi," kata Audrey.

Sebagai informasi, webinar "Mari Berbahasa yang Benar dan Beretika di Ruang Digital" merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo) di Jakarta Barat.

Kegiatan tersebut merupakan hasil kerja sama Kemenkominfo dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital untuk memperkuat literasi digital di masyarakat.

Masyarakat yang ingin menambah wawasan dan pengetahuan mengenai literasi digital dapat mengikuti kegiatan webinar tersebut.

Kegiatan webinar itu diharapkan dapat mengundang partisipasi dan dukungan banyak pihak agar dapat terselenggara dengan baik. Pasalnya, program literasi yang digagas Kemenkominfo tersebut ditargetkan dapat menjaring 12,5 juta partisipan.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com