Advertorial

Jadi Netizen Cakap Digital, Jangan Asal Sebar Informasi di Internet

Kompas.com - 13/12/2021, 13:58 WIB

KOMPAS.com – Perkembangan dunia digital telah menyasar segala sisi kehidupan. Namun, masih banyak pengguna internet yang hanya mampu menerima informasi tanpa memiliki kemampuan untuk memahami dan mengolah informasi tersebut dengan baik. Akibatnya, masih banyak masyarakat terpapar oleh informasi tidak benar.

Merespons kondisi tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) menggelar seri webinar literasi #MakinCakapDigital di Jakarta Utara (Jakut), Senin (15/11/2021).

Bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital, webinar itu mengangkat tema “Bijak Bermedia Sosial: Jangan Asal Sebar di Internet”.

Narasumber dari berbagai bidang keahlian dan profesi dihadirkan dalam webinar tersebut, yakni penulis dan jurnalis Didin Sutandi serta perwakilan Indonesian Association For Public Administration (IAPA) Trisno Sakti Herwanto.

Kemudian, turut berbagi pengetahuan, konsultan sumber daya manusia (SDM), praktisi keuangan, dan perwakilan IAPA Eva Yayu Rahayu serta pegiat social media communication Annisa Choiriya.

Menurut Didin Sutandi, terdapat empat pilar yang harus dipenuhi agar seseorang mempunyai kemampuan literasi digital yang mumpuni.

“Keempat pilar tersebut adalah digital skill, digital culture, digital safety, dan digital ethics,” ujar Didin dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Selasa (7/12/2021).

Adapun kompetensi digital skill adalah kemampuan untuk mengetahui serta memahami jenis-jenis perangkat keras dan perangkat lunak serta jenis-jenis mesin pencarian informasi.

Kemudian, cara penggunaan dan pemilihan informasi atau data, serta cara mengakses dan ragam fitur dalam aplikasi percakapan dan media sosial. 

Selain itu, lanjut Didin, digital skill juga termasuk kemampuan untuk mengetahui dan memahami cara mengakses aplikasi dompet digital, marketplace, dan transaksi digital serta fitur-fitur di dalamnya.

Sementara itu, Didin berpesan agar digital skill tersebut juga dilengkapi dengan sikap bijak dalam bermedia sosial, termasuk tidak menyebar informasi di internet secara sembarangan.

"Mari kita menjadi netizen Indonesia yang cakap digital. Kita harus pandai memilih suatu berita dan informasi agar tidak menjadi pelaku penyebaran berita bohong atau hoaks,” papar dia.

Trisno Sakti menambahkan, berliterasi digital berarti memiliki kecakapan dalam penguasaan teknologi.

“Kecapakan tersebut bukan sekadar mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab,” ujar Trisno. 

Menurut Trisno, dalam pilar digital etik, pengetahuan literasi digital harus mengedepankan etika dan etiket.

Dia menjelaskan bahwa etika adalah norma dan dasar nilai mengenai baik dan buruk dalam penggunaan teknologi digital. Sementara itu, etiket merupakan dasar sikap ketika berhubungan dengan orang lain.

Oleh sebab itu, lanjut dia, masyarakat harus berhati-hati dan memahami rambu-rambu bersosialisasi secara digital.

“Masyarakat harus memahami bahwa dunia maya sama seperti dunia nyata yang memiliki ranah publik dan privat,” ujar Trisno.

Sementara itu, Eva Yayu menilai bahwa saat ini, teknologi memberikan dampak yang besar. Digitalisasi telah merevolusi sendi-sendi kehidupan manusia.

Sebab, hampir semua aktivitas manusia dilakukan secara online, misalnya memesan makanan dan akomodasi, serta berbelanja kebutuhan sandang dan pangan. Bahkan, semenjak pandemi Covid- 19, pembelajaran pun dilakukan secara online.

“Dengan kecanggihan teknologi, platform dunia maya turut berkembang dengan pesat. Ruang digital pun seakan tanpa batas,” ucap Eva. 

Di sisi lain, Eva menyayangkan, penyebaran berita palsu atau hoaks masih belum terkendali.

Untuk mengatasi hal tersebut, lanjut dia, masyarakat Indonesia juga membutuhkan literasi budaya sebagai tindakan nyata dari perkembangan akal atau pikiran manusia.

“Gunakan naluri atau logika saat mendapatkan berita yang menggiurkan. Rajinlah membaca secara detail setiap informasi dan selalu berpikir sebelum bertindak. Kemudian, segera laporkan jika ada tanda-tanda kejahatan di dunia digital,” pesan Eva.

Sebagai pembicara terakhir, Annisa Choiriya menilai bahwa aktivitas digital yang meningkat mengharuskan masyarakat untuk memproteksi perangkat digital yang dimiliki. 

Menurut Annisa, selain memudahkan pekerjaan, transformasi digital juga mulai memunculkan kejahatan di dunia digital (cyber crime). 

“Oleh sebab itu, setiap individu harus mampu mengenali, memolakan, menerapkan, menganalisis, dan meningkatkan tingkat keamanan digital dalam kehidupan sehari-hari,” jelas Annisa.

Sementara itu, menurut narasumber key opinion leader Shafa Lubis, informasi dapat menyebar secara cepat di internet. Oleh sebab itu, internet bisa menjadi wadah untuk menyebarkan informasi baik dan bermanfaat.

“Ketika mendapatkan informasi bermanfaat, kita bisa menyebarkannya kembali melalui media sosial,” kata Shafa.

Seluruh peserta tampak antusias dengan penjabaran para narasumber. Hal ini terlihat dari pertanyaan yang diajukan oleh salah satu peserta, yakni Yuliana. Dia menanyakan cara mengetahui bentuk penipuan yang terjadi di ruang digital.

Pertanyaan tersebut pun dijawab dengan lugas oleh Didin Sutandi. Menurut dia, cara yang paling sering dilakukan penipu adalah mengiming-imingkan hadiah yang tidak masuk akal.

“Sementara itu, penipu online shop biasanya tidak mau memperlihatkan produk yang dijual dalam bentuk video. Mereka juga tidak menginformasikan alamat fisik," jelas Didin.

Sebagai informasi, webinar #MakinCakapDigital merupakan salah satu rangkaian kegiatan literasi digital di Jakarta. Kegiatan ini terbuka bagi semua orang yang berkeinginan memahami dunia literasi digital.

Penyelenggara pun membuka peluang sebesar-besarnya kepada semua anak bangsa untuk berpartisipasi pada agenda webinar selanjutnya melalui akun Instagram @siberkreasi.dkibanten dan @siberkreasi.

Penyelenggara webinar juga mengapresiasi partisipasi dan dukungan semua pihak sehingga kegiatan dapat berjalan dengan baik. Sebab, program literasi digital ini hanya akan sukses mencapai target 12,5 juta partisipan jika turut didukung oleh semua pihak yang terlibat.

 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com