Advertorial

Hadapi Disrupsi Digital, UNPAR+ Siap Cetak Tenaga Kerja Profesional

Kompas.com - 13/12/2021, 22:31 WIB

KOMPAS.com – Seiring perkembangan teknologi, sektor ekonomi berbasis internet atau digital economy pun ikut tumbuh subur. Hal ini juga turut memengaruhi kebutuhan tenaga kerja yang memiliki kecakapan digital.

Direktur UNPAR+ (dibaca UNPAR Plus) Budi Husodo mengatakan, jumlah kebutuhan tenaga kerja tersebut bahkan meningkat hingga 40 persen dalam setahun. Alhasil, Indonesia mengalami kekurangan tenaga kerja profesional di bidang digital atau digital talent.

“Indonesia membutuhkan setidaknya 9 juta digital talent hingga 2030,” jelas Budi pada acara Instagram Live KTalk bertajuk “Pengembangan Diri di Masa Disrupsi Digital” di akun Instagram @kompascom dan @unparplus, Jumat (10/12/2021).

Budi melanjutkan, digital talent tersebut mencakup sejumlah keterampilan berbasis information technology (IT), seperti data scientist, data analyst, data engineer, business analyst, serta web dan mobile designer.

Melihat kebutuhan tenaga kerja berbasis digital semakin meningkat, baik institusi pendidikan formal, seperti perguruan tinggi, maupun nonformal berusaha mencetak digital talent. Salah satunya dilakukan oleh UNPAR+.

Sebagai informasi, UNPAR+ merupakan layanan kursus online yang berkomitmen untuk meningkatkan (upskilling) dan memperbarui kompetensi (reskilling) digital dalam perbaikan kualitas tenaga kerja.

Sebagai bagian dari Yayasan Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR), UNPAR+ hadir untuk memenuhi visi keberpihakan kepada peserta didik yang tidak mendapatkan kesempatan belajar di perguruan tinggi, tersingkirkan dalam persaingan dunia kerja, atau tidak cocok dengan sistem pendidikan konvensional.

Budi menjelaskan, UNPAR+ juga merupakan jawaban bagi peserta didik yang sudah mulai terbiasa melakukan pembelajaran secara online sebagai dampak pandemi Covid-19.

Menurut Budi, meski situasi pandemi mulai membaik dan pemerintah sudah mengizinkan pembelajaran tatap muka secara terbatas, banyak peserta didik yang merasa lebih nyaman belajar secara online.

“Hal tersebut juga menunjukkan bahwa pembelajaran bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun tanpa batas,” ujar Budi.

Walau dilakukan secara online, UNPAR+ berkomitmen untuk menghadirkan metode belajar, rancangan kurikulum, serta platform berkualitas bagi para peserta didik.

UNPAR+ memiliki berbagai program pembelajaran yang berfokus pada ekonomi bisnis, IT dan software, bahasa, serta pengembangan diri (soft skill).

Adapun seluruh pembelajaran tersebut disampaikan secara online, baik melalui video ajar maupun kelas virtual.

Melalui UNPAR+, Budi meyakini bahwa online learning merupakan keniscayaan untuk menciptakan tenaga kerja profesional di bidang digital.

Dengan demikian, Indonesia akan semakin siap menghadapi tantangan disrupsi digital dan memenuhi kebutuhan digital talent pada 2030.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com