JAKARTA, KOMPAS.com – Tak banyak yang tahu bahwa salah satu pendiri Grab adalah perempuan. Karenanya, Grab memiliki perhatian khusus terhadap pemberdayaan perempuan. Beragam upaya pun sudah dilakukan oleh perusahaan demi mencapai tujuan tersebut.
Salah satunya melalui ekspansi bisnis yang tak hanya di kota metropolitan, tapi juga nonmetropolitan. Langkah ini terbukti memberikan secercah harapan bagi banyak perempuan, khususnya di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Jayapura, Papua.
Penetrasi Grab di dua wilayah Indonesia timur itu mampu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan jumlah perempuan pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Keberhasilan Grab dalam memberdayakan perempuan tak terlepas dari dedikasi Director of Central Public Affairs at Grab Indonesia, Tirza Reinata Munusamy. Sosok muda luar biasa ini berperan dalam menghubungkan perusahaan dengan publik dan pemerintah sehingga tujuan Grab untuk memberdayakan perempuan di Indonesia bisa terwujud.
Tirza mengatakan, Grab melalui divisi Public Affairs yang beranggotakan belasan orang, sudah sejak lama menjalin kerja sama dengan berbagai kementerian terkait dan pemerintah daerah dalam mencapai tujuannya.
Perempuan lulusan Magister Administrasi Publik Harvard Kennedy School itu melanjutkan, Grab belum lama ini memperbarui Memorandum of Understanding (MoU) dengan Kementerian Koperasi Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM).
Lewat kerja sama tersebut, kedua belah pihak membuat program yang lebih komprehensif tidak hanya sebatas onboarding, tapi juga memberikan pelatihan, baik bagi UMKM binaan Kemenkop UKM maupun Grab.
“Jadi, para mitra (UMKM) tidak hanya kami registrasi secara digital, tapi juga kami latih. Grab menyatukan UMKM binaan kementerian dan perusahaan agar ilmu dan pengetahuan berwirausaha secara digital bisa tersebar lebih luas. UMKM binaan pemerintah daerah juga kami rangkul. Ini bentuk semangat kolaborasi Grab. Kami percaya, mimpi Indonesia baru bisa terwujud bila para stakeholder bersinergi,” terang Tirza kepada Kompas.com, Jumat (10/12/2021).
Terkait keberhasilan Grab dalam menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan jumlah perempuan pelaku UMKM di Kupang dan Jayapura, Tirza menuturkan, hal itu tercatat dalam riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) yang dilakukan dalam kurun 2019-2021.
Berdasarkan hasil riset itu, sebanyak 60 persen peluang usaha yang dihadirkan Grab di Kupang dan Jayapura selama periode tersebut diserap oleh perempuan. Dari jumlah tersebut, 14 persen di antaranya tidak memiliki pekerjaan sebelum bergabung dengan ekosistem Grab.
Hasil riset juga menemukan bahwa 65 persen dari mitra baru GrabKios di kedua daerah tersebut adalah perempuan.
Sebagai informasi, GrabKios menyediakan sejumlah layanan keuangan digital, seperti jual-beli pulsa, bayar tagihan, transfer uang antarbank, dan investasi.
Selain menjadi sumber penghasilan bagi individu, GrabKios juga bisa dimanfaatkan bagi pelaku usaha mikro, seperti pemilik warung kecil, untuk memaksimalkan pendapatan melalui sederet layanan transaksi keuangan tersebut.
Peluang usaha dari Grab lainnya yang juga banyak diminati perempuan di Kupang dan Jayapura adalah GrabFood. Dari keseluruhan mitra merchant GrabFood perempuan, sebanyak 28 persen merupakan mitra baru.
Peluang pendapatan dan manfaat bagi perempuan mitra Grab
Riset LPEM FEB UI juga melaporkan bahwa 6 dari 10 perempuan pelaku usaha yang menjadi mitra merchant Grab mengalami kenaikan pendapatan. Bahkan, 66 persen di antaranya memperoleh penghasilan di atas rata-rata penghasilan median daerah. Kondisi tersebut secara tidak langsung turut mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga mitra.
Secara keseluruhan, sebanyak 9 dari 10 perempuan mitra merchant Grab di Kupang dan Jayapura mengaku puas dengan aktivitas pencaharian mereka.
Pasalnya, selain peningkatan finansial, mereka juga merasakan manfaat lain sejak bergabung menjadi mitra merchant Grab. Salah satunya, mereka jadi melek teknologi digital ketimbang laki-laki mitra Grab. Mitra merchant perempuan lebih banyak menggunakan solusi teknologi, seperti aplikasi kasir, dibandingkan dengan mitra merchant laki-laki.
Tirza berkata, semua manfaat tersebut bisa dirasakan perempuan di Kupang dan Jayapura lantaran pihaknya tak hanya menyediakan platform. Grab juga memberikan pendampingan dan beragam pelatihan offline bagi para mitra agar mereka semakin fasih dalam berbisnis secara digital.
Selain itu, ia melanjutkan, Grab juga memiliki GrabMerchant. Aplikasi ini dapat memberikan analisis performa usaha sekaligus masukan kepada mitra merchant mengenai tren pasar.
“Jadi, para mitra merchant kami tak sekadar berjualan, tapi juga paham soal pemasaran digital. Kami menerapkan semua pendekatan tersebut di kota non metropolitan lain-lainnya yang menjadi wilayah operasional Grab,” kata Tirza.
Di Jayapura sendiri, kebermanfaatan GrabKios sudah dirasakan oleh Jessy Selfia Rumpaisum. Ia bergabung sebagai mitra merchant Grab dengan alasan yang tak muluk, yaitu mencari kegiatan di samping menjadi ibu rumah tangga.
Namun, tak disangka, keputusan itu membuat Jessy bisa mandiri secara finansial. Bahkan, pendapatannya cukup untuk menutup biaya makan sehari-hari. Pasalnya, layanan jual pulsa dan transfer dana yang ia tawarkan melalui GrabKios sangat diminati masyarakat setempat.
“Sekarang Jessy bercita-cita untuk membuka satu lagi GrabKios karena melihat masih ada peluang untuk menyediakan layanan keuangan. Selain itu, ia juga ingin menabung untuk biaya sekolah anak-anak,” tutur Tirza.
Geliatkan perekonomian Kupang dan Jayapura secara keseluruhan
Tak hanya mendorong penciptaan dan penguatan lapangan kerja bagi perempuan, kehadiran Grab di Kupang dan Jayapura turut menggeliatkan roda perekonomian masyarakat setempat secara keseluruhan. Hal ini selaras dengan prinsip Grab for Good yang diusung Grab selama ini.
Prinsip itu, kata Tirza, mendorong pihaknya untuk menggunakan teknologi demi kebaikan. Intinya, sebisa mungkin manfaat Grab dirasakan oleh sebanyak mungkin orang, tidak hanya yang di kota besar, tapi juga non metropolitan.
“Kami percaya bahwa teknologi akan mengoptimalkan potensi ekonomi Kupang dan Jayapura karena kota kecil juga memiliki masa depan cerah,” lanjutnya.
Untuk diketahui, penetrasi Grab di Jayapura sudah dimulai sejak 2017. Layanan yang diluncurkan saat itu adalah GrabKios, lalu diikuti GrabBike dan GrabCar. Sementara, ekspansi Grab di Kupang baru terjadi setahun kemudian, yakni pada 2018.
Menurut riset yang sama, Grab berhasil membuat tingkat penerangan lampu desa-desa di Kupang dan Jayapura saat malam (night lights), ketimbang di wilayah Indonesia lain yang tidak disinggahi Grab, naik hingga dua kali lipat.
Meningkatnya night lights mencerminkan geliat aktivitas perekonomian di sebuah kota ketika malam hari.
“Kehadiran ekosistem Grab di Kupang dan Jayapura, mulai dari transportasi, toko daring, hingga pengiriman, membuat mobilitas masyarakat setempat meningkat dan terjaga lebih lama dari biasanya. Kondisi ini sekaligus mengartikan bahwa Grab turut menggeliatkan roda perekonomian di masing-masing daerah,” tutur Tirza.
Dorong digitalisasi di Indonesia timur
Selain menggeliatkan roda perekonomian, penetrasi Grab di Kupang dan Jayapura secara otomatis meningkatkan pengadopsian teknologi sekaligus mendorong percepatan digitalisasi di masing-masing kota.
Bahkan, hasil riset LPEM FEB UI menunjukkan bahwa penggunaan dompet digital di kalangan mitra merchant Grab mencapai 87 persen lebih tinggi ketimbang mitra non-Grab. Kecakapan ini tak terlepas dari beragam pelatihan digital yang diberikan Grab kepada mitra.
“Kami percaya, dengan semakin banyak yang bergabung ke dalam ekosistem Grab, inklusi digital akan semakin optimal. Kami berharap Grab bisa terus berkontribusi agar bisa maju bersama-sama,” ujar Tirza.