Advertorial

Kondisi Ekonomi Membaik, BRI Dorong Permodalan untuk Sektor UMKM

Kompas.com - 27/12/2021, 22:12 WIB

KOMPAS.com – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI memproyeksikan penyaluran kredit tumbuh sekitar 8-10 persen secara tahunan atau year on year (yoy) pada 2022. 

Ekspansi kredit tersebut sejalan dengan upaya BRI dalam mendorong pemulihan ekonomi, terutama pada sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Di samping itu, kondisi kondisi makroekonomi yang diprediksi mengalami perbaikan juga mendukung upaya BRI dalam mengucurkan permodalan bagi UMKM.

Sebagai informasi, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) diprediksi bakal melesat di kisaran 4,8-5,3 persen secara yoy pada 2022. Kondisi ini bisa tercapai dengan catatan bahwa sektor UMKM mampu bangkit dan pandemi Covid-19 tetap terkendali.

Chief Economist BRI sekaligus Research Director BRI Research Institute Anton Hendranata mengatakan, sektor UMKM terdorong pulih berkat daya beli masyarakat yang membaik sejak 2021.

Anton menyebut, kondisi itu turut membuka peluang BRI untuk meningkatkan penyaluran permodalan bagi pelaku UMKM.

“Peningkatan demand dan konsumen yang semakin konsumtif sangat mendukung pertumbuhan kredit. Apalagi, UMKM itu karakteristiknya unik. Mereka cepat terdampak bila mobilitas dibatasi, tapi juga cepat rebound saat mobilitas meningkat,” ujar Anton dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (21/12/2021).

Dalam riset Economic Outlook BRI 2022 bertema “Melanjutkan Pemulihan Ekonomi dengan Kewaspadaan”, UMKM di sektor peternakan, perikanan, padi, kelapa sawit, gas bumi, dan farmasi diprediksi akan memiliki pertumbuhan kredit paling tinggi dengan risiko rendah.

Adapun proyeksi pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) di BRI pada 2022 berada di kisaran 5,14-6,84 persen secara yoy. Meski demikian, likuiditas BRI masih berpotensi untuk melakukan ekspansi kredit.

Pasalnya, rasio pinjaman terhadap simpanan atau loan to deposit ratio (LDR) BRI berada di level 83 persen atau berada di bawah batas regulator sebesar 92 persen.

“Kunci utama dari akselerasi pemulihan ekonomi adalah tetap menjaga pengendalian pandemi Covid-19. Dengan begitu, penyaluran kredit dapat terjaga meski ada potensi kenaikan suku bunga acuan dari Bank Indonesia (BI), yakni BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7 DRR),” jelas Anton.

Pada riset tersebut, BRI memperkirakan BI-7 DRR bakal naik menjadi 4,25-4,50 persen atau lebih tinggi ketimbang posisi saat ini, yaitu sebesar 3,50 persen.

Meski begitu, hal tersebut tak menghalangi komitmen BRI dalam melanjutkan ekspansi kredit pada 2022 sekaligus mendukung pemulihan UMKM.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, kontribusi serapan tenaga kerja dari sektor UMKM mencapai 97,22 persen terhadap total tenaga kerja di Indonesia.

Dukungan BRI untuk mendorong pelaku UMKM “naik kelas” pun tak pernah surut. Bahkan, dukungannya semakin masif di masa pandemi Covid-19.

Terlebih, BRI dipercaya untuk mengangkat potensi segmen ultramikro dengan menjadi induk holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Ultra Mikro bersama PT Permodalan Nasional Madani (PNM) dan Pegadaian.

Di sisi lain, optimisme tersebut juga ditunjukkan oleh pelaku UMKM. Hal tersebut tercermin dari ekspektasi indeks bisnis UMKM yang melesat dari 88,1 pada kuartal II menjadi 132,0 pada kuartal III 2021.

“Indeks kepercayaan konsumen yang meningkat menimbulkan aktivitas konsumsi rumah tangga ikut terdorong sehingga pertumbuhan DPK melambat. Orang sudah mulai berani belanja sehingga PDB bisa tumbuh lebih tinggi dibandingkan 2021,” ucap Anton.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau