Advertorial

Gubernur Kepri Bercerita soal Mimpi Masyarakat Mewujudkan Jembatan Batam-Bintan

Kompas.com - 27/01/2022, 08:26 WIB

KOMPAS.com – Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) Ansar Ahmad punya cerita sendiri soal Jembatan Batam-Bintan. Ia mengatakan, wujud jembatan merupakan mimpi masyarakat Kepri sejak lama.

“Mimpinya sudah lama sekali. Namun, perjuangan untuk mewujudkannya mengalami pasang surut seiring dengan silih bergantinya kepemimpinan di daerah,” ujarnya dalam rilis yang diterima Kompas.com Rabu (26/1/2022).

Sejak dulu, masyarakat Kepri menganggap bahwa impian soal jembatan itu adalah mimpi yang visioner dan perlu diwujudkan.

Mereka berharap, pertumbuhan perekonomian tidak berpusat di Kota Batam saja, tetapi juga menjalar ke kabupaten dan kota lainnya.

Perlu diketahui, Kepri mencakup 5 kabupaten dan 2 kota. Masing-masing adalah Kota Tanjungpinang, Kota Batam, Kabupaten Bintan, Kabupaten Karimun, Kabupaten Natuna, Kabupaten Lingga, dan Kabupaten Kepulauan Anambas.

Adapun setiap kabupaten dan kota disekat atau berbatasan langsung oleh hamparan laut dan hanya bisa terhubung dengan transportasi air. Kepri memang memiliki laut yang jauh lebih luas dibandingkan daratan, yakni 96 persen berbanding 4 persen.

Meski cakupan wilayahnya luas, masih terjadi ketimpangan, utamanya dalam pembangunan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi, pendidikan, dan kehidupan sosial di Kepri.

Masyarakat yakin, jembatan yang menghubungan Kota Batam dan Pulau Bintan yang direncanakan dapat membuka akses masyarakat yang terisolasi, mempercepat mobilisasi barang, orang, dan uang, serta mendongkrak pemerataan pembangunan dan perekonomian Kepri secara cepat dan merata.

“Ini adalah mimpi besar masyarakat Kepri yang harus sama-sama kami beli dan kami persembahkan untuk Indonesia,” tambahnya.

Sebagai informasi, pembangunan Jembatan Batam-Bintan sejalan dengan rencana undang-undang (RUU) Daerah Kepulauan yang menegaskan bahwa masa depan Indonesia adalah laut.

Karenanya, fokus pembangunan sebaiknya tidak seharusnya mengandalkan luas daratan saja, khususnya di Kepri yang memiliki pulau terluar terbanyak di Indonesia. Tak hanya itu, Kepri juga berbatasan langsung dengan negara-negara lain.

Dalam pandangan Ansar, sudah seharusnya Kepri dilengkapi dengan fasilitas dan infrastruktur yang ikonik dan bermanfaat bagi masyarakat.

Meski demikian, Ansar meyakini bahwa mewujudkan Jembatan Batam-Bintan tidak mudah. Masyarakat Kepri harus merapatkan barisan guna memperjuangkannya.

“Jelas bahwa mimpi tersebut tidak mudah dan murah. Butuh banyak pengorbanan di dalamnya,” tambah mantan Bupati Bintan tersebut.

Saat ini, Ansar mengajak masyarakat Kepri untuk berusaha dan berdoa.

 “Masing-masing masyarakat (silakan) lakukan (usaha terbaik)sesuai dengan kapasitasnya. Bagi masyarakat yang menyerahkan tanahnya untuk diganti rugi, itu juga sudah bagian dari andil dalam mewujudkan Jembatan Batam-Bintan ini,” tambah Ansar.

Serba-serbi Jembatan Batam-Bintan

Sebagai informasi, Jembatan Batam-Bintan akan dibangun dengan panjang 14,74 kilometer (km) dengan nilai investasi sekitar Rp 16,91 triliun yang pembiayaannya dilakukan dengan skema Kerja Sama antara Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU).

Rinciannya, infrastruktur jembatan sepanjang 7,98 km dibangun oleh pemerintah secara viability gap fund(VGF) dengan anggaran sebesar Rp 13,57 triliun.

Selanjutnya, 6,67 kilometer akan dibangun dengan dana pinjaman luar negeri senilai 300 juta dollar AS atau sama dengan Rp 3,34 triliun.

Adapun final busines case (FBC) ini telah disusun oleh Dirjen Pembiayaan Infrastruktur Bappenas RI, dan akan difinalisasi pada Februari 2022.

Menurut Ansar, pembangunan jembatan Batam-Bintan ini juga inline dengan program pemerintah pusat di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang akan menjadikan Kepulauan Riau sebagai Kawasan Strategis Perekonomian Nasional (KSPN).

 “Sebagai kawasan yang ditunjuk oleh pemerintah pusat untuk menjadi Kawasan Strategis Perekonomian Nasional, tentu saja Kepri harus didukung dengan berbagai infrastruktur penunjang yang memadai.,” sambungnya

Selain terpanjang, Ansar juga menjelaskan bahwa jembatan merupakan infrastruktur yang iconic dan usefull bagi masyarakat Kepri.

Perlu diketahui, Jembatan Batam-Bintan sudah mulai dirancang oleh Pemerintah Provinsi Kepri sejak 2005. Kemudian, diperbarui pada 2010.

Jembatan direncanang untuk bisa dilewati kendaraan dengan kecepatan 80 km per jam dengan vertical clearance sesuai dengan yang ditetapkan Kementerian Perhubungan, yaitu Batam-Tanjung Sauh setinggi 27 meter dan Tanjung Sauh-Batam setinggi 40 meter.

Penetapan vertical clearance bertujuan agar keberadaan jembatan tidak mengganggu aktivitas lalu-lalang kapal-kapal besar nantinya.

Tidak hanya itu, jembatan juga didesain dengan sistem satu on/off ramp yang berlokasi di Pulau Tanjung Sauh. Lajur jembatan memiliki lebar 3,6 meter (m), bahu luar selebar 3 m dan bahu dalam selebar 1,5 m, serta lebar median 4 meter.

Jika tidak ada aral-melintang, konstruksi akan dilakukan mulai 2022 dan mulai bisa beroperasi pada tiga tahun mendatang, yakni 2025.

Ansar optimistis jembatan tersebut dapat menjadi solusi tepat dalam upaya mempercepat pemerataan pembangunan dan perekonomian di Provinsi Kepri.

“Mari beli mimpi yang visioner ini, lalu persembahkan untuk Indonesia,” kata Ansar menyemangati masyarakat Kepri. 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com