Advertorial

Work Trend Index Microsoft Temukan 4 Poin Penting untuk Berdayakan Frontline Workers

Kompas.com - 31/01/2022, 11:12 WIB

KOMPAS.com – Keberadaan frontline workers atau pekerja garda depan memiliki peran penting bagi perusahaan.

Pasalnya, frontline workers berhubungan langsung dengan para pelanggan. Di sektor ritel, misalnya, mereka bertugas menjaga stok barang tetap tersedia. Begitu pula di sektor kesehatan, mereka menjadi ujung tombak dalam memberikan layanan terbaik.

Dengan peran krusial tersebut, kinerja frontline workers dapat berpengaruh pada kepercayaan dan pendapatan perusahaan.

Mengutip laman Microsoft.com, Rabu (12/1/2022), sebanyak 80 persen dari total pekerja di dunia merupakan frontline workers, yakni mencapai 2 miliar orang.

Meski begitu, mayoritas frontline workers tidak menjadi prioritas utama, bahkan dilupakan saat digitalisasi dilakukan. Apalagi, di saat pandemi Covid-19 mengakselerasi proses digitalisasi, mereka justru cenderung termarginalkan.

Corporate Vice President of Modern Work Microsoft, Jared Spataro mengatakan bahwa pandemi memberikan tekanan luar biasa bagi frontline workers.

Meski demikian, berdasarkan sejumlah riset yang dilakukan Microsoft, ia meyakini bahwa terdapat jalan untuk menyelaraskan pendapatan perusahaan dengan kesejahteraan dan perkembangan karier pekerja frontliners.

“Kami sangat antusias melihat teknologi dapat membantu (mengatasi masalah tersebut),” tutur Spataro.

Oleh karena itu, Microsoft pun berinisiatif melakukan riset untuk mengetahui secara mendalam peran teknologi digital terhadap kinerja dan pemberdayaan frontline workers. Penelitian yang merupakan bagian dari Work Trend Index Microsoft tersebut dilakukan terhadap 9.600 frontline workers dan manajer di delapan sektor industri di dunia.

Melalui riset tersebut, Microsoft menemukan empat hal penting yang perlu diperhatikan perusahaan untuk memberdayakan frontline workers.

  1. Budaya peduli

Budaya peduli pada perusahaan merupakan hal penting yang dapat meningkatkan kenyamanan frontline workers bekerja. Saat karyawan garda depan merasa nyaman, mereka bisa terhubung dengan kolega maupun atasan dan perusahaan secara cair dan mudah. Hal ini turut meningkatkan ikatan frontline workers terhadap misi perusahaan. Produktivitas dan kinerja mereka pun akan ikut meningkat.

Berdasarkan riset Microsoft, pandemi memengaruhi hubungan tersebut. Di satu sisi, pandemi memperkuat ikatan dan komunikasi sesama frontline workers karena mereka saling bertukar pikiran terkait stres akibat pandemi.

Di sisi lain, hubungan mereka dengan atasan dan perusahaan justru melemah. Baik staf maupun manajer frontline workers merasa komunikasi dari eksekutif perusahaan tidak sampai kepada mereka.

Sebaliknya, 32 persen frontline workers kerap merasa bahwa unek-unek mereka tidak sampai atau didengar oleh eksekutif perusahaan. Padahal, komunikasi dua arah merupakan hal penting dalam menciptakan budaya peduli di perusahaan.

Guna mengatasi masalah tersebut, Microsoft menyarankan perusahaan untuk memilih platform komunikasi terintegrasi, seperti Microsoft Viva. Platform ini memusatkan seluruh kanal informasi, mulai dari berita perusahaan, penugasan, hingga percakapan.

Dengan platform tersebut, frontline workers bisa terhubung secara konsisten dengan perusahaan dari mana saja. Perusahaan juga bisa melakukan percakapan dua arah secara langsung dengan frontline workers.

Perusahaan pun bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dari karyawannya. Hal ini dapat membuat frontline workers merasa didengar dan dihargai. Dengan sendirinya, budaya peduli pun ikut tercipta di perusahaan.

  1. Mempertimbangkan pekerjaan baru

Pandemi tidak bisa dimungkiri memengaruhi tingkatan stres pekerja, termasuk frontline workers. Akibat stres yang menumpuk serta gap komunikasi dengan perusahaan, mereka pun memilih keluar dari pekerjaan sebagai frontline worker.

Berdasarkan survei, terdapat lima alasan utama yang menyebabkan frontline workers memilih pindah dari tempat kerjanya.

Pertama, frontline workers ingin mendapatkan uang lebih banyak. Kedua, ingin memiliki keseimbangan yang lebih baik antara kehidupan pribadi dan pekerjaan.

Ketiga, perusahaan tidak memberikan kenaikan gaji. Keempat, ingin bekerja di perusahaan dengan benefit yang lebih baik. Terakhir, ingin memiliki fleksibilitas dalam bekerja.

Karena itu, penting bagi pemimpin perusahaan untuk mengenal frontline workers lebih dekat dan merumuskan solusi ataupun kebijakan yang dapat membantu frontline wokers untuk bertahan.

Teknologi, seperti Microsoft Teams dan Viva dengan berbagai fitur kolaborasi serta insights-nya, dapat membantu perusahaan untuk menjawab sejumlah keinginan frontline workers, seperti fleksibliitas kerja, serta pengelolaan kehidupan pribadi dan pekerjaan yang lebih seimbang.

  1. Optimisme terhadap penggunaan teknologi

Selama ini, banyak frontline workers merasa ketakutan jika pekerjaannya hilang akibat penggunaan teknologi, terutama artificial intelligence (AI) dan machine learning.

Namun, ketakutan tersebut mulai memudar secara perlahan. Work Trend Index Microsoft menyebutkan, 63 persen frontline workers mengaku antusias dengan kemudahan yang diciptakan oleh teknologi pada pekerjaannya.

Pasalnya, teknologi dapat membantu mereka dalam membuat jadwal kerja, melakukan orientasi rekan kerja baru, mengotomatisasi pekerjaan berulang, menyediakan laporan pembaruan tugas secara real-time, dan mengatur jadwal pertemuan.

Selain itu, bagi 46 persen frontline workers yang mengikuti survei Microsoft, teknologi juga menjadi salah satu faktor utama yang dapat mengurangi stres pekerjaan, setelah kenaikan gaji (64 persen) dan cuti liburan (50 persen). Bahkan, penggunaan teknologi mengungguli fasilitas kesejahteraan (38 persen) dan konseling kesehatan mental (36 persen).

Contoh teknologi yang memudahkan pekerjaan frontline workers adalah Microsoft Teams. Sepanjang Maret 2020 hingga November 2021, Microsoft mencatat peningkatan 400 persen penggunaan Teams di pekerja frontline.

Frontline workers di sektor kesehatan, misalnya, menggunakan Microsoft Teams untuk terhubung dengan dokter dan perawat dengan cepat. Kemudian, pekerja frontlines di sektor ritel dan keuangan menggunakan aplikasi Shifts di Microsoft Teams untuk mengatur jadwal kerja.

  1. Peluang menjembatani kesenjangan teknologi melalui pelatihan

Survei Microsoft menyebutkan bahwa sepertiga dari frontline workers tidak didukung oleh teknologi yang tepat dalam menjalankan pekerjaan. Padahal, mereka adalah ujung tombak perusahaan.

Vice President Of Product Management for Frontline Workers and Industry Microsoft Kristina Behr mengatakan, perusahaan sudah sepatutnya memberikan frontline workers teknologi yang tepat dan mampu mengoptimalkan kinerja mereka. Hal tersebut merupakan aspek penting bagi perusahaan untuk meraih kesuksesan.

“Jika frontliners merasa frustrasi karena penggunaan teknologi, seluruh pekerjaan mereka juga akan kacau,” ujar Behr.

Selain teknologi yang tepat, hal lain yang tak kalah penting adalah pelatihan penggunaan teknologi tersebut. Pasalnya, dari hasil riset, Microsoft menemukan bahwa 55 persen frontline workers harus belajar sendiri dalam menggunakan teknologi. Mereka mengaku tidak dibekali pelatihan oleh perusahaan.

Alhasil, 46 persen frontline workers pun merasa tertekan dan takut kehilangan pekerjaan karena kesulitan beradaptasi dengan teknologi baru.

Sebagai rekomendasi, Microsoft menyarankan perusahaan untuk memprioritaskan dan memodernisasi pelatihan penggunaan teknologi.

Microsoft sendiri menyediakan bantuan berupa pelatihan bagi perusahaan yang ingin meningkatkan skill karyawannya, termasuk frontline workers. Contohnya, program Microsoft Viva Learning. Lewat program tersebut, Microsoft melatih frontline workers agar bisa mengoptimalkan penggunaan Microsoft Viva dalam bekerja.

Microsoft berharap, empat temuan dalam risetnya tersebut dapat membantu perusahaan memberdayakan frontline workers. Hal ini sesuai dengan misi Microsoft, yakni memberdayakan setiap orang dan organisasi di dunia demi mencapai hal yang lebih baik.

Microsoft juga akan mengembangkan teknologi bagi frontline workers secara kontinu, termasuk Microsoft Teams, Viva, dan Microsoft Industry Clouds. Untuk informasi lebih lanjut mengenai temuan ini dan solusi dari Microsoft, silakan kunjungi tautan berikut.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com