Advertorial

Kenali Gejala dan Pengobatan Kanker Payudara, Jenis yang Paling Banyak Diderita Perempuan

Kompas.com - 03/02/2022, 18:33 WIB

KOMPAS.com – Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling banyak diderita di dunia. Bahkan, kanker ini juga menduduki posisi pertama sebagai penyebab kematian akibat kanker pada perempuan di dunia dan Indonesia.

Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), pada 2019, angka kejadian kanker payudara pada perempuan di Indonesia mencapai 42,1 orang per 100.000 penduduk.

Dokter Spesialis Bedah Konsultan Onkologi Mayapada Hospital Iskandar, SpB (K) Onk mengatakan bahwa kanker payudara tidak hanya menyerang perempuan, tetapi juga bisa menyerang laki-laki dengan peluang kejadian sekitar 1 persen.

Mengenai banyaknya pasien yang menderita kanker payudara, dr Iskandar mengatakan bahwa lebih dari 80 persen kasus kanker payudara di Indonesia ditemukan pada stadium lanjut.

“Hal itu membuat upaya pengobatan sulit dilakukan karena kanker sudah terlanjur kronis,” kata dr Iskandar dalam rilis yang diterima Kompas.com, Kamis (30/9/2021).

Pada tahap awal kanker payudara, kata dr Iskandar, biasanya pasien tidak merasakan sakit. Bahkan, pasien bisa tidak merasakan tanda-tandanya sama sekali. Hal inilah yang menyebabkan tak banyak orang menyadarinya.

Meski demikian, terdapat berbagai gejala yang dapat menjadi sinyal bahwa tubuh terjangkit kanker payudara.

Di antaranya adalah terdapat benjolan baru di payudara atau ketiak, penebalan dan pembengkakan pada payudara, iritasi atau timbul cekungan pada kulit payudara (dimpling), kemerahan pada kulit payudara dan kulit berkerut dengan tekstur seperti kulit jeruk.

Gejala lainnya, puting tertarik ke dalam (nipple inversion) atau timbul nyeri pada area puting, keluarnya cairan dari puting selain ASI dan darah, terjadi perubahan bentuk dan ukuran pada payudara, serta nyeri di setiap bagian payudara.

“Jika pasien menemukan gejala tersebut, segera konsultasikan diri ke dokter spesialis bedah onkologi,” kata dr Iskandar.

Ia menambahkan, terdapat berbagai faktor yang membuat perempuan lebih rentan terhadap kanker payudara. Faktor tersebut adalah penambahan usia, riwayat keluarga, mewarisi gen BRCA-1 dan BRCA-2, paparan radiasi, obesitas, serta mengalami menstruasi pertama pada usia sebelum 12 tahun.

Faktor lainnya, mengalami menopause di atas 55 tahun, memiliki anak pertama pada usia di atas 35 tahun, perempuan yang belum pernah hamil, perempuan yang melakukan terapi hormon postmenopause, serta mengonsumsi makanan tinggi lemak dan minuman beralkohol.

“Perempuan yang memiliki riwayat penggunaan preparat hormonal juga rentan terkena risiko terkena kanker payudara. Misalnya, penggunaan KB hormonal, mulai dari pil, suntik, sampai susuk. Tak hanya itu, terapi hormonal, seperti terapi sulih hormon estrogen pada perempuan menopause juga meningkatkan risiko terkena kanker payudara,” katanya.

Faktor keturunan

Sebagai informasi, sekitar 5-10 persen penderita kanker payudara berhubungan dengan mutasi gen yang diturunkan dari ibu atau ayah. Menanggapi hal tersebut, dr Iskandar mengatakan bahwa mutasi pada gen BRCA1- dan BRCA-2 adalah yang paling signifikan meningkatkan risiko kanker payudara dan kanker rahim.

Menurutnya, rata-rata perempuan dengan mutasi gen BRCA-1 memiliki kemungkinan hingga 72 persen untuk menderita kanker payudara. Sementara, perempuan dengan mutasi gen BRCA-2 memiliki kemungkinan kanker payudara sebesar 69 persen.

“Pasien yang memiliki riwayat keluarga menderita kanker payudara, seperti ibu kandung, saudara kandung perempuan, serta anak perempuan, sebaiknya melakukan screening sejak dini. Tujuannya, untuk memeriksa apakah pasien memiliki mutasi gen BRCA atau gen lain yang diturunkan dari keluarga,” ujar dr Iskandar.

Dalam melakukan diagnosis, dokter akan melakukan berbagai pemeriksaan. Adapun pemeriksaan tersebut adalah pemeriksaan fisik, pemeriksaan dengan mamografi yang disarankan untuk perempuan berusia di bawah ataupun di atas 40 tahun, serta biopsi.

Dokter Iskandar menjelaskan, biopsi adalah mengambil sampel jaringan payudara untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium.

“Melalui pemeriksaan tersebut, pasien dapat mengetahui jenis sel kanker dan stadium kanker,” ujar dr Iskandar.

Setelah dokter menegakkan diagnosis, langkah selanjutnya adalah menentukan stadium kanker. Penentuan stadium ini berguna untuk menentukan prognosis dan pilihan terapi yang sesuai. Nantinya, pemeriksaan disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien.

“Stadium 0 mengindikasikan kanker belum menyebar ke jaringan sekitar. Sementara, stadium 4 mengindikasikan kanker telah menyebar (metastase) ke bagian tubuh lain,” ujar dr Iskandar.

Pengobatan

Adanya faktor keturunan menyebabkan orang yang memiliki riwayat keluarga penderita kanker payudara sebaiknya melakukan berbagai langkah antisipasi. Dokter Iskandar mengatakan, membuat perubahan dalam pola hidup Anda dapat membantu seseorang mengurangi risiko kanker payudara.

Adapun pencegahan yang bisa dilakukan adalah melakukan pemeriksaan payudara secara rutin dimulai dari pemeriksaan mandiri. Ia mengatakan, perempuan wajib “Sadari” atau periksa payudara sendiri dan “Sadarnis” atau melakukan pemeriksaan payudara klinis ke dokter bila ditemukan adanya kelainan. Pemeriksaan dapat dilakukan secara berkala 1-3 tahun sekali pada usia 20-30 tahun.

Selain itu, lakukan olahraga secara rutin minimal 30 menit setiap hari, diskusikan penggunaan terapi hormonal dengan dokter untuk mendapatkan dosis dan terapi yang tepat, pertahankan berat badan ideal, serta pola makan yang sehat.

“Misalnya, memilih lemak yang sehat, seperti minyak zaitun, mentega, dan ikan,” kata dr Iskandar.

Untuk pemilihan jenis terapi, dokter akan menyesuaikan dengan jenis kanker, stadium, dan kondisi masing-masing pasien. Dokter Iskandar mengatakan, kebanyakan pasien kanker payudara akan menerima satu atau lebih terapi.

Terapi tersebut adalah pembedahan, terapi radiasi, target terapi, kemoterapi, imunoterapi, serta terapi hormon.

Khusus untuk pembedahan, kata dr Iskandar, terdapat dua jenis, yakni Breast Conservation Surgery (BCS) dan mastektomi.

BCS atau disebut juga lumpektomi adalah pembedahan untuk mengangkat sebagian payudara yang terkena kanker dan sebagian jaringan sehat disekitarnya. Pembedahan ini dapat menjadi pilihan pasien kanker payudara stadium 1 dan 2.

Pasien yang memilih prosedur tersebut tetap mempertahankan payudaranya. Namun, pasien biasanya akan menerima terapi radiasi setelah pembedahan.

“Sementara, mastektomi adalah pembedahan untuk mengangkat seluruh payudara. Prosedur ini biasanya akan diikuti dengan prosedur rekonstruksi payudara,” tuturnya.

Anda bisa #SelangkahLebihSehat dengan melakukan skrining rutin kesehatan organ reproduksi di Mayapada Hospital. Oncology Center Mayapada Hospital menyediakan layanan komprehensif dan ditunjang dengan kolaborasi dokter multispesialis yang siap membantu mengatasi keluhan Anda.

Sebagai informasi, Mayapada Hospital juga membuka layanan telekonsultasi terkait penyakit apa pun. Bagi yang ingin menggunakan layanan tersebut, silakan hubungi 150770. 

Yuk, lakukan skrining rutin kesehatan organ reproduksi di Mayapada Hospital untuk menjaga kesehatan Anda dan keluarga.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com