KOMPAS.com – Di bawah kepemimpinan Direktur Utama (Dirut) Pertamina Nicke Widyawati, PT Pertamina (Persero) berhasil melakukan beberapa capaian positif untuk negara.
Salah satunya adalah keberhasilan meraup keuntungan 6,1 miliar dollar Amerika Serikat (AS) dalam kurun waktu 2018 hingga 2020. Sebelumnya, pada periode 2018-2019, Pertamina meraup untung 2,5 miliar dollar AS.
VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menyebutkan, pencapaian terjadi berkat konsistensi Pertamina mengoperasikan seluruh aktivitas produksinya dari hulu ke hilir.
Hal itu, kata dia, termasuk menggerakan seluruh mitra bisnis pada ekosistem bisnis proses Pertamina dan sektor energi Indonesia.
"Pada 2020 Pertamina menghadapi triple shock sebagai imbas dari pandemi. Meski demikian, Pertamina berhasil mencatat keuntungan sebesar 1,1 miliar dollar AS," ujar Fajriyah dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Minggu (6/2/2022).
Fajriyah mengatakan, pada 2020, Perseroan telah menyelesaikan tiga utang dengan total sebesar 549 juta dollar AS. Sementara itu, pada 2021, Pertamina mampu melakukan pembayaran utang obligasi sebesar 391 juta dollar AS.
“Jadi tidak benar adanya asumsi bahwa Pertamina tidak bisa membayar kewajiban. Saat ini, Pertamina merupakan salah satu perusahaan Indonesia yang sehat, produktif, dan efisien di tengah terpaan pandemi Covid-19,” tegas Fajriyah.
Dapat pengakuan dari lembaga dunia
Tidak hanya itu, Pertamina juga mendapatkan pengakuan dari masyarakat dunia. Ada tiga lembaga pemeringkatan internasional yang menunjukkan bahwa Pertamina mampu mengelola keuangan dan investasi secara prudent, sehingga berhasil masuk kategori perusahaan sehat.
Tiga lembaga tersebut, yakni Moody's, S&P, serta Fitch menetapkan Pertamina pada peringkat investment grade masing-masing pada level BAA2, BBB, dan BBB.
"Ini menunjukkan kredibilitas dan kepercayaan investor kepada Pertamina yang semakin meningkat dari waktu ke waktu," kata Fajriyah.
Berkat kinerja keuangan yang baik itu, kata Fajriyah, Pertamina menjadi satu-satunya perusahaan Indonesia yang berada di jajaran Fortune Global 500.
Selain itu, Pertamina juga mampu berkontribusi terhadap pendapatan pemerintah hampir Rp 200 triliun pada 2020 yang berasal dari setoran pajak dan dividen, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), serta penerimaan negara minyak mentah dan kondensat bagian negara (MMKBN) dari blok-blok minyak dan gas (migas) Pertamina.
“Kami berkomitmen menjalankan operasional yang excellent, mencapai pertumbuhan yang positif dan pada saat bersamaan tetap berkontribusi bagi bangsa negara,” kata Fajriyah
Sementara itu, sejak 2018, Pertamina sudah gencar mengebut proyek kilang yang ada dengan perhitungan yang akurat dan cermat.
Salah satunya melalui proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balongan yang akan memberikan tambahan kapasitas produksi dari 125 ribu barel per hari menjadi 150 ribu barel per hari pada April 2022.
Kemudian ada juga proyek kilang RDMP Balikpapan yang diharapkan dapat menekan defisit neraca migas hingga 2,65 miliar dollar AS per tahun.
Kilang tersebut juga sudah bisa menghasilkan produk bernilai jual tinggi, contohnya gasoline (Pertamax Turbo, Pertamax, dan Pertalite) dengan kualitas berstandar Euro 5. Kilang juga mampu menghasilkan propilena, produk petrokimia yang kebutuhannya masih sangat tinggi.
Dengan adanya langkah itu, Pertamina optimistis seluruh proyek RDMP Balikpapan bisa selesai pada 2024.
Pada 2020, Pertamina juga berhasil melakukan alih kelola Blok Rokan yang secara resmi dikelola pada 9 Agustus 2020 melalui PT Pertamina Hulu Rokan (PHR). Pertamina terbukti mampu menjaga kinerja unggul wilayah kerja (WK) Rokan.
Dari Agustus 2021 hingga Desember 2021 pascaalih kelola, PHR WK Rokan berhasil mengebor 90 sumur tajak dan menaikkan tingkat produksi dari WK migas terbesar kedua di Tanah Air.
Selanjutnya, dari sisi produksi, PHR WK Rokan berhasil mencapai tingkat produksi sekitar 162 ribu barel minyak per hari (BOPD) atau naik 4.000 BOPD dibandingkan sebelum alih kelola yang berada di kisaran 158.000 BOPD. Kegiatan pengeboran sumur baru dan kerja ulang sumur lama terus dilakukan untuk meningkatkan produksi.
Adapun produksi PHR WK Rokan menyumbangkan sekitar 25 persen dari total jumlah produksi minyak nasional serta menjadi salah satu tulang punggung upaya pencapaian target produksi nasional.
Ditargetkan produksi minyak akan mencapai 1 juta barel per hari (bph) dan produksi gas sebesar 12 miliar kaki kubik per hari (bscfd) pada 2030.
Dalam periode dua bulan pertama pascaalih kelola, PHR WK Rokan juga menyumbangkan penerimaan negara melalui penjualan minyak mentah bagian negara sekitar Rp 2,1 triliun dan pembayaran pajak sekitar Rp 607,5 miliar termasuk pajak-pajak ke daerah.
"Kinerja unggul PHR WK Rokan tentu sangat penting dalam mendukung pemenuhan kebutuhan energi nasional, pendapatan negara dan daerah, serta pencapaian visi Pertamina untuk menjadi perusahaan energi nasional kelas dunia," papar Fajriyah.