Advertorial

Presiden Jokowi dan Jajaran Menteri Sampaikan Optimisme Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di MIF 2022

Kompas.com - 11/02/2022, 14:11 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Perekonomian Indonesia menunjukkan perbaikan sepanjang 2021. Pemerintah pun optimistis, momentum pertumbuhan itu berlanjut pada 2022.

Meski demikian, sejumlah tantangan akan dihadapi Indonesia dalam memulihkan ekonomi Indonesia pada tahun ini. Negara-negara maju, seperti Amerika Serikat (AS), bersiap mengambil kebijakan normalisasi moneter dengan menaikkan suku bunga.

Langkah tersebut diambil guna mengantisipasi kenaikan inflasi secara signifikan akibat permasalahan rantai pasok dan harga komoditas global.

Dalam sesi keynote speech pada acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2020 yang diselenggarakan Bank Mandiri, Rabu (9/2/2022), Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan keyakinannya bahwa Indonesia dapat mengatasi tantangan perekonomian global tersebut.

Jokowi menjelaskan, perekonomian Indonesia bisa perlahan bangkit berkat keberhasilan pemerintah dalam mengendalikan kasus Covid-19 yang disebabkan varian Delta. Seperti diketahui, produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada kuartal IV 2021 tumbuh 5,02 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy).

“Percepatan vaksinasi dan penanganan Covid-19 yang baik masih menjadi faktor kunci pemulihan ekonomi,” kata Jokowi.

Indikator pemulihan ekonomi

Optimisme pemerintah dalam menghadapi tantangan ekonomi 2022 beralasan. Presiden mengatakan bahwa sejumlah indikator ekonomi Indonesia menunjukkan perbaikan.

Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia per Januari 2022 berada di level 53,7 atau zona ekspansif. Pencapaian ini lebih tinggi ketimbang PMI kawasan Asia Tenggara, yakni 52,7.

Realisasi investasi Indonesia mencapai Rp 901 triliun atau tumbuh sebesar 9 persen secara yoy pada 2021. Penanaman modal asing (PMA) juga tumbuh 10 persen menjadi yakni Rp 454 triliun.

“Hal ini menunjukkan bahwa dunia internasional percaya terhadap Indonesia pada situasi Covid-19,” ujarnya.

Tingkat keyakinan konsumen, jelas Jokowi, juga berada pada level yang optimistis. Hal ini dibuktikan dengan kenaikan indeks kepercayaan konsumen ke level 118,3 pada Desember 2021.

Skor indeks tersebut menunjukkan bahwa belanja masyarakat pada 2021 meningkat tajam jika dibandingkan masa sebelum pandemi, sebagaimana indeks belanja yang disusun Mandiri Sekuritas.

Kondisi makroekonomi Indonesia, kata Jokowi, juga terjaga berkat tingkat inflasi yang rendah pada Januari 2022, yakni 2,18 persen secara yoy. Kemudian, cadangan devisa Indonesia tercatat masih dalam posisi tinggi, yakni mencapai 141,3 miliar dollar AS per Januari 2022.

“Reformasi struktural menjadi kunci pemerintah dalam mengarahkan kebijakan ekonomi untuk meningkatkan nilai tambah, mulai dari meningkatkan produktivitas, investasi, hingga membuka lapangan kerja seluas-luasnya. Momentum pemulihan investasi harus dijaga dengan baik,” ujar Jokowi.

Siap hadapi tapering

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pun turut menyampaikan optimisme yang sama pada gelaran MIF 2022. Akan tetapi, ia juga tak menampik bahwa tantangan eksternal juga dapat memengaruhi momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia.

“Tekanan inflasi menimbulkan berbagai respons dari berbagai negara. Hal ini memberikan dampak yang tidak mudah bagi negara berkembang dan emerging, (seperti Indonesia),” ujar Sri Mulyani lewat pemaparan secara virtual.

Salah satu respons dari negara-negara dunia adalah menaikkan suku bunga acuan. Brazil, kata Sri Mulyani, menaikkan suku bunga hingga di atas 10 persen, sedangkan Rusia 7,5 persen. AS dan Uni-Eropa diprediksi ikut menaikkan suku bunga karena tingkat inflasi masing-masing tercatat di atas 7 persen dan 5 persen.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menjadi pembicara pada gelaran MIF 2022. KOMPAS.COM/YOGARTA AWAWA PRABANING ARKA Menteri Keuangan Sri Mulyani menjadi pembicara pada gelaran MIF 2022.

“Dengan peningkatan risiko global, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) turut merevisi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi 4,4 persen,” jelas Menteri Keuangan.

Indonesia sendiri, kata Sri Mulyani, siap menghadapi kebijakan tapering yang bakal dilakukan sejumlah negara. Hal ini mengingat neraca pembayaran Indonesia (NPI) tercatat surplus dalam 20 bulan secara berturut-turut hingga Desember 2021. Capaian ini pun menjadi rekor NPI sepanjang 14 tahun.

Selain itu, Indonesia juga memiliki cadangan devisa yang cukup besar untuk membiayai impor dan mencicil utang luar negeri. Kemudian, sejumlah indikator, seperti eksternal balancetrade account, serta current account balance, menunjukkan penguatan. 

Indikator-indikator tersebut membuat Indonesia siap menghadapi tekanan eksternal. Bahkan, jika dibandingkan pada 2013 dan 2015 yang juga menghadapi tantangan serupa, kemampuan Indonesia pada tahun ini dinilai jauh lebih baik.

 “Hal ini terlihat pada neraca pembayaran, baik dalam bentuk surplus transaksi berjalan maupun perdagangan serta tingkat cadangan yang kuat,” kata Ani

Siapkan pembangunan ekonomi berkelanjutan

Untuk prospek ekonomi jangka panjang, Indonesia sudah menyiapkan roadmap atau peta jalan pembangunan berkelanjutan. Salah satu usaha pemerintah adalah mendorong penggunaan energi hijau guna mengurangi emisi karbon. Dalam roadmap tersebut, Indonesia menargetkan dapat memangkas emisi karbon hingga 0 persen pada 2060.

Pada kesempatan sama, Menteri Koordinator Kemaritiman (Menko Kemaritiman) dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menjelaskan bahwa peta jalan tersebut merupakan komitmen Indonesia dalam mengatasi pemanasan global, sesuai Paris Agreement 2015.

Sejumlah regulasi, kata Luhut telah diterbitkan guna menyiapkan ekosistem perekonomian berkelanjutan. Salah satunya adalah undang-undang energi terbarukan.

Indonesia juga siap menutup pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang menggunakan batu bara secara bertahap hingga 2060, seperti kesepakatan pada Konferensi Perubahan Iklim Persatuan Bangsa-Bangsa (COP26) di Glasgow, Skotlandia, pada 2021.

Sebagai gantinya, Indonesia akan meningkatkan penggunaan energi terbarukan yang memiliki potensi hingga mencapai 272,6 juta kilowatt (KW). Sumber energi tersebut berasal dari matahari, air, angin, laut, serta geotermal.

“Dari segi infrastruktur, Indonesia akan membangun supergrid pada 2025 untuk mengatasi miss match antara sumber energi dan daerah yang memiliki permintaan tinggi akan energi terbarukan. Ini dapat menjadi solusi dengan mempertimbangkan Indonesia sebagai negara kepulauan,” tuturnya.

Dari lembaga perbankan, Bank Mandiri pun siap menjadi salah satu penggerak pembangunan ekonomi berkelanjutan. Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen menjadi bank yang lebih berkelanjutan melalui produk dan operasional bisnis yang berkelanjutan pula.

“Bank Mandiri juga menerapkan program corporate social responsibility (CSR) yang berkelanjutan serta inklusi keuangan,” ujarnya di acara MIF 2022.

Salah satu upaya yang dilakukan perseroan adalah mendigitalisasi layanan perbankan. Seperti diketahui, digitalisasi merupakan salah satu pilar dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. Pada layanan perbankan digital, hal tersebut ikut mendorong inklusi keuangan.

Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi saat memberikan sambutan pada MIF 2022.KOMPAS.COM/YOGARTA AWAWA PRABANING ARKA Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi saat memberikan sambutan pada MIF 2022.

Darmawan menjelaskan, digitalisasi memainkan peranan penting dalam menavigasi kebutuhan konsumen selama pandemi.

“Perilaku konsumen menjadi semakin digital sehingga turut menciptakan permintaan terhadap produk dan layanan keuangan digital yang bergerak menuju aksesibilitas dan keamanan,” jelasnya.

Bank Mandiri sendiri sudah menyediakan layanan Livin by Mandiri dan Kopra by Mandiri. Keduanya menawarkan solusi digital bagi nasabah ritel dan wholesale melalui portal akses tunggal.

Terkait kinerja, Darmawan juga optimistis, Bank Mandiri dapat menjadi salah satu aktor penggerak momentum perbaikan ekonomi Indonesia. Ini terlihat dari kinerja perseroan sepanjang 2021.

Hingga akhir 2021, Bank Mandiri mampu mencatatkan pertumbuhan aset sebesar 11,9 persen secara yoy menjadi Rp 1.726 triliun. Selanjutnya, laju kredit secara konsolidasi tumbuh sebesar 8,9 persen secara tahunan menjadi Rp 1.050 triliun. Angka ini lebih tinggi ketimbang pertumbuhan kredit nasional sektor perbankan yang sebesar 5,2 persen.

Selain itu, Bank Mandiri berhasil menurunkan kredit macet atau non-performing loan (NPL) sebesar 38 basis poin (bps) secara yoy menjadi 2,72 persen. Adapun laba bersih Bank Mandiri secara konsolidasi tumbuh 66,8 persen menjadi Rp 28,03 triliun pada 2021.

 “Bank Mandiri sebagai salah satu bank utama di Indonesia senantiasa berfokus pada layanan yang unggul di semua segmen. Bank Mandiri mendukung keberlangsungan bisnis supaya dapat tumbuh bersama hingga tahun-tahun mendatang,” ujarnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau