Advertorial

Sinergi Pemkab Bojonegoro dan EMCL Wujudkan Energi Biogas untuk Masyarakat

Kompas.com - 26/02/2022, 10:10 WIB

KOMPAS.com - Menyantap jajanan tradisional pentol menawarkan sensasi tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Rasanya yang gurih disajikan bersama kuah membuat pentol dinilai cocok dengan lidah masyarakat Indonesia dan jadi diminati.

Karenanya, hampir di seluruh wilayah Indonesia, utamanya Pulau Jawa, banyak sekali pedagang menjajakan pentol. Suwoko, salah satunya.

Suwoko adalah pedagang pentol dari Desa Sudah, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro.Pentol buatan Suwoko diproduksi di rumahnya sendiri menggunakan kompor biogas.

Suwoko beralih ke biogas setelah mengikuti Program Biogas pada 2021—hasil inisiasi ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) dan SKK Migas.

Sebelumnya, ia menggunakan gas elpiji bersubsidi, yakni tabung 3 kilogram (kg). Namun, beban produksinya tetap dianggap berat.

Penggunaan gal elpiji menjadi kesehariannya selama dua tahun pertama berjualan. Katanya, ia biasa menghabiskan dua tabung dalam seminggu.

Namun, sejak beralih menggunakan biogas, pengeluaran untuk gas elpiji dapat ia alihkan untuk keperluan lain.

“Saat pakai gas elpiji, saya juga masih pakai kayu bakar sebagai alternative tambahan untuk produksi. Sejak ada biogas, saya tidak perlu lagi beli gas elpiji. Alhamdulillah, dalam sehari saya bisa dapat Rp 200.000 dari hasil jualan pentol keliling desa,” ujar Suwoko dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (25/2/2020).

Program Biogas di Bojonegoro

EMCL bermitra dengan Yayasan Rumah Energi (YRE) dalam melaksanakan Program Biogas sejak September 2021.

EMCL bermitra dengan Yayasan Rumah Energi (YRE) dalam melaksanakan Program Biogas sejak September 2021.Dok EMCL EMCL bermitra dengan Yayasan Rumah Energi (YRE) dalam melaksanakan Program Biogas sejak September 2021.

Kini, program telah menyasar pada enam kecamatan di Bojonegoro, yaitu Malo, Kasiman, Tambakrejo, Sekar, Kapas dan Gondang. Hingga akhir 2021, ada sekitar 100 instalasi biogas yang telah dibangun.

Selain Suwoko, penerima manfaat lain yang menggunakan biogas untuk kegiatan usaha adalah Hadi Santoso, seorang penjual ayam potong di Desa Sudah.

Ia mengaku dapat mengurangi pemakaian gas elpiji subsidi hingga dua tabung per minggunya.

Sementara itu warga Desa Sekaran dan Sudah, yakni Nur Sholikin, Tono, dan Sunardji juga telah memanfaatkan biogas untuk usaha warung kopi. Mereka dapat memangkas pemakaian gas elpiji subsidi hingga 3 tabung dalam seminggu.

Mereka sudah meyakini manfaat sejak program dimulai. Karena ini, mereka terlibat aktif dalam pembangunannya. Warga berkontribusi secara sukarela, dalam bentuk tenaga atau konsumsi untuk para pekerja.

Adanya keterlibatan penerima manfaat program sangat penting untuk memunculkan rasa memiliki.

Harapannya, instalasi biogas dapat dirawat dan digunakan untuk jangka waktu yang panjang.

Selain pembangunan instalasi biogas, penerima manfaat juga mendapat pelatihan penggunaan dan perawatan biogas dan pemanfaatan bio-slurry atau ampas biogas.

Adapun beberapa penerima manfaat yang terpilih akan mendapatkan pelatihan tambahan mengenai Gender Action Learning System (GALS) untuk memperdalam pengetahuan soal pembagian peran dalam rumah tangga.

“Program biogas ini merupakan salah satu kontribusi EMCL dalam mendorong terwujudnya kesejahteraan masyarakat di wilayah operasi Lapangan Banyu Urip melalui Program Pengembangan Masyarakat (PPM) di sektor pengembangan ekonomi,” tutur External Affairs Manager EMCL Ichwan Arifin.

Kata Ichwan, program ini sejalan dengan prioritas Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bojonegoro.

SKK Migas dan EMCL telah berkoordinasi dengan Pemkab Bojonegoro dalam menyusun dan melaksanakan program. Pihaknya berharap, koordinasi tersebutapat mewujudkan keselarasan dan sinergi antara rencana pembangunan yang menjadi prioritas Pemkab dan PPM EMCL.

Ichwan menurutkan bahwa selain penghematan dan keuntungan secara ekonomi, Program Biogas 2021 juga turut berkontribusi terhadap kebersihan lingkungan.

Survei yang dilakukan terhadap para penerima manfaat menyebutkan bahwa 86 persen responden berpendapat bahwa lingkungan menjadi lebih bersih karena kotoran sapi telah dimanfaatkan untuk biogas.

Perwakilan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bojonegoro Mohamad Hanif mengemukakan, Program Biogas yang dilaksanakan EMCL merupakan sinergi terhadap Program Ekonomi Hijau milik Pemkab Bojonegoro yang merupakan upaya mitigasi perubahan iklim melalui pengurangan emisi dari kotoran ternak.

“Kotoran ternak yang biasanya hanya tertumpuk kemudian dibuang dan mejadi limbah, sekarang dapat dimanfaatkan untuk keperluan memasak. Jadi, masyarakat bisa merasakan dua manfaat sekaligus, kata Hanif.

Sebagai informasi, sejak 2013, EMCL telah membangun setidaknya 323 unit instalasi biogas di 15 desa dari 10 kecamatan di Kabupaten Bojonegoro dan Tuban. Selain upaya pengembangan energi terbarukan yang ramah lingkungan, keberadaan biogas juga memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com