Advertorial

Kembangkan Teknologi Katalis secara Mandiri, Pertamina Tingkatkan Produksi Produk Migas

Kompas.com - 26/02/2022, 20:54 WIB

KOMPAS.com - PT Pertamina (Persero) mengembangkan sejumlah inovasi untuk mendukung kegiatan operasional perusahaan. salah satunya, lewat pengembangan teknologi untuk memproduksi katalis fluid catalytic cracking (FCC).

Saat ini, Research Technology and Innovation (RTI) Pertamina bersama Subholding Refining and Petrochemical Pertamina, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) telah melakukan uji coba katalis FCC pada Kilang Plaju dengan volume injeksi sebesar 250 metrik ton (MT).

Injeksi tersebut telah berlangsung selama tiga bulan sejak Desember 2021 hingga Februari 2022. Pada tahap ini, katalis berhasil meningkatkan performa unit FCC di Kilang Plaju dalam parameter yield gasoline serta research octane number (RON) gasoline.

Untuk diketahui, katalis FCC merupakan zat untuk mempercepat laju reaksi kimia yang digunakan dalam pengolahan produk migas pada kondisi operasi tertentu.

Pada proses pengolahan, katalis FCC berfungsi untuk memecah “crack” fraksi berat minyak bumi yang memiliki berat molekul dan titik didih yang tinggi menjadi produk bernilai tinggi, seperti bensin, liquefied petroleum gas (LPG), olefin, serta produk petrokimia.

Senior Vice President RTI Pertamina Oki Muraza menjelaskan, formulasi katalis FCC Pertamina telah melalui serangkaian tahapan, mulai dari formulasi hingga uji skala laboratorium sejak 2016.

“Selanjutnya, dilakukan skala pilot plant serta melalui validasi lembaga internasional sehingga berhasil dirumuskan formulasi yang sesuai dengan kebutuhan Kilang Plaju,” ujar Oki dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Sabtu (26/2/2022).

Pada kesempatan yang sama, Direktur Operasi PT KPI Yulian Dekri berharap inovasi tersebut tidak berhenti dalam uji coba di Kilang Plaju, tetapi juga dapat diimplementasikan di kilang Pertamina lainnya, seperti Kilang Cilacap dan Kilang Balongan.

Selain itu, paska proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan juga akan dibangun unit Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) di Kilang Balikpapan.

"Apresiasi setinggi-tinggi kepada seluruh pihak, terutama bagi perwira Pertamina, yakni PT KPI dan Fungsi RTI yang terus mendukung pengembangan katalis FCC dengan hasil memuaskan dan memenuhi harapan seluruh pihak," tutur Yulian.

Sementara itu, Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman mengatakan bahwa penguasaan teknologi katalis FCC secara mandiri merupakan inovasi yang bermanfaat bagi industri minyak dan gan (migas) Indonesia. Pasalnya, kebutuhan katalis FCC saat ini masih dipenuhi melalui impor.

Ke depannya, katalis FCC Pertamina diharapkan dapat memenuhi kebutuhan katalis industri pengilangan minyak dan petrokimia. 

“Pengembangan katalis FCC diharapkan dapat mendukung peningkatan produksi petrokimia di era transisi energi, menurunkan ketergantungan terhadap impor katalis untuk keperluan industri nasional, sekaligus mendukung ketahanan dan kemandirian energi nasional,” kata Fajriyah.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau