Advertorial

Sebelum Nonton MotoGP Mandalika, Simak Fakta Menarik Juara Seri Pembuka 2022 Enea Bastianini

Kompas.com - 17/03/2022, 00:09 WIB

KOMPAS.com – Nama pebalap MotoGP asal Italia Enea Bastianini menjadi perbincangan hangat setelah menjuarai seri pembuka MotoGP 2022 di Lusail International Circuit, Qatar, Minggu (6/3/2022).

Pebalap berusia 24 tahun itu berhasil mengasapi pebalap pabrikan KTM Brad Binder dan Honda Pol Espargaro yang masing-masing menempati posisi kedua dan ketiga.

Hasil tersebut tergolong impresif mengingat Bastianini tidak diunggulkan dalam ajang balap motor prototipe tersebut. Selain itu, ia juga mengendarai motor Ducati Desmosedici yang digunakan pada balapan 2021 atau setahun lebih tua.

Kemenangan Bastianini juga mengharukan karena datang setelah bos tim Gresini Racing, Fausto Gresini, meninggal dunia akibat terpapar Covid-19 di Bologna pada Februari 2021.

Sebelum berhasil naik podium 1 di Lusail International Circuit, Qatar, Bastianini sebenarnya memiliki fakta menarik lain yang perlu diketahui penggemar balap motor MotoGP. Simak ulasannya berikut.

  1. Mengenal dunia balap sejak usia 3 tahun

Bastianini sudah mengenal sepeda motor sejak usia 3 tahun 3 bulan. Saat itu, ia menjajal minibike dan langsung menyukainya.

Karena hal tersebut, Bastianini memilih nomor 33 saat mengikuti ajang balapan. Saat promosi di kelas MotoGP, ia terpaksa mengenakan nomor 23 karena nomor 33 sudah dipakai oleh Brad Binder.

Namun, ada alasan lain pula kenapa ia memilih nomor 23, yakni angka tersebut merupakan nomor punggung pebasket idolanya, Michael Jordan. 

  1. Menolak bergabung akademi VR46

La Bastia atau The Beast, julukan Bastianini, punya cerita menarik saat mengawali karier di ajang balap motor dunia. Usai debut apik bersama tim junior Gresini Racing di kelas Moto3 pada 2014, Bastianini didekati Valentino Rossi.

Legenda MotoGP tersebut mengajak Bastianini untuk bergabung dengan akademi balap miliknya, VR46. Saat itu, Rossi sedang mengumpulkan dan mendidik pebalap Italia agar berprestasi di MotoGP.

Ajakan Rossi ditolak oleh La Bastia. Meski mengakui kualitas sekolah balap milik Rossi, Bastianini memilih jalur kariernya sendiri.

Ia dimentori langsung oleh manajer gaek berpengalaman Carlo Pernat yang pernah menemukan bakat Loris Capirossi, Rossi, dan mendiang Marco Simoncelli.

  1. Veteran di Moto3, tapi hanya butuh 2 tahun untuk jadi juara dunia Moto2

Karier Bastianini di kelas Moto3 bisa dibilang cukup unik. Meski berprestasi, ia tidak pernah menjadi juara dunia Moto3. Bahkan, ia tergolong veteran di kelas itu karena menghabiskan 5 tahun di sana.

Selama itu, La Bastia pernah menduduki juara ketiga (2015) dan runner-up (2016) klasemen akhir Moto3. Diunggulkan pada 2017, posisinya justru melorot di peringkat ke-6 klasemen akhir. Tahun berikutnya, ia menduduki posisi ke-4.

Baru pada 2018, ia mendapatkan promosi ke kelas Moto2 dengan tim Italtrans Racing Team. Pada musim debut, ia hanya menduduki posisi ke-10 dengan meraih 97 poin dan 1 podium.

Tak butuh waktu lama, Bastianini berhasil menjadi juara dunia Moto2 dengan total perolehan 205 poin pada 2019. Ia berhasil meraih tiga kemenangan dari tujuh kali podium.

Prestasi tersebut menarik perhatian Ducati Corse. Pabrikan asal Italia itu langsung mengontrak Bastianini untuk naik kelas pada musim 2020 bersama Aviantia Esponsorama.

Bersama Aviantia, La Bastia berhasil dua kali podium ketiga. Keduanya diraih di Sirkuit Misano, Italia, dengan motor Ducati yang berusia 2 tahun lebih tua.

  1. Bukan kemenangan pertama untuk Gresini Racing

Kemenangan di Lusail sebenarnya bukan yang kali pertama Bastianini sumbang untuk Gresini Racing. Jauh sebelum Qatar 2022, La Bastia sudah memberikan trofi podium satu untuk tim milik mendiang Fausto, tepatnya pada Minggu (13/9/2015) di Sirkuit Misano.

Saat itu, La Bastia masih berada di kelas Moto3. Di Sirkuit Misano, ia berduel sengit dengan empat pebalap lain, yakni Miguel Oliveira, Niccolo Antonelli, Romano Fenati, dan Brad Binder.

Di garis finis, ia hanya unggul tipis 0,037 detik dari pebalap posisi kedua, Oliveira, yang saat ini bergabung dengan tim pabrikan KTM di kelas MotoGP.

Kemenangan tersebut punya arti tersendiri bagi Bastianini karena merupakan podium satu perdana di ajang balap motor dunia dan diraih secara dramatis.

  1. Beri kemenangan perdana bagi Gresini Racing di kelas MotoGP sejak 2006

Gresini Racing mengalami paceklik prestasi di kelas MotoGP selama 16 tahun. Terakhir tim ini meraih podium tertinggi pada 2006. Saat itu, Toni Elias berhasil mengalahkan Rossi dan memenangkan GP Estoril di Portugal secara dramatis, yakni hanya berselisih 0,002 detik.

Baru pada 2022, Bastianini kembali membawa Gresini Racing ke podium puncak. Lebih mengesankan, kemenangan Bastianini diraih usai Gresini Racing memutuskan kembali menjadi tim independen setelah 7 tahun berstatus sebagai tim pabrikan Aprilia.

  1. Membawa Antangin ke podium tertinggi MotoGP

Selain berhasil membawa kembali Gresini Racing di puncak podium kelas “para raja”, Bastianini juga membuat catatan sejarah unik, lho. Pebalap kelahiran Rimini, Italia, ini berhasil bahwa brand pharmacy Indonesia pertama di podium tertinggi MotoGP.

Brand lokal tersebut adalah Antangin dari PT Deltomed Laboratories. Sebagai perusahaan yang mengusung herbal asli Indonesia, PT Deltomed Laboratories melalui brand Antangin senantiasa berkomitmen mengangkat Indonesia ke kancah internasional.

Antangin memberikan dukungan kepada Gresini Racing Team di ajang balap motor kelas Dunia, yakni MotoGP 2022. Dukungan tersebut menjadikan Antangin sebagai brandpharmacy herbal Indonesia pertama yang mendunia lewat MotoGP.

Hal itu sesuai semangat Antangin untuk mengenalkan produk lokal Indonesia kepada masyarakat dunia.

Melalui kerja sama tersebut, logo Antangin terpasang pada sayap depan motor sebelah kiri dan kanan serta pada jaket balap tim Gresini Racing.

Chief Executive Officer (CEO) Deltomed Laboratories Muljo Rahardjo mengatakan, Deltomed Laboratories melalui brand Antangin merasa bangga bisa ikut serta dalam mendukung Gresini Racing Team di ajang MotoGP 2022.

Dukungan tersebut, kata Muljo, merupakan lompatan besar bagi Antangin untuk bisa berpartisipasi dalam MotoGP. Sebelumnya, Antangin juga menjadi sponsor tim Gresini Racing di ajang Moto2. Ia berharap, pihaknya bisa menginspirasi brand lokal Indonesia lainnya untuk bisa melangkah ke kancah Internasional.

“Kami juga berharap supaya masyarakat internasional tidak hanya mengenal Indonesia dari segi pariwisata, tapi juga Antangin sebagai produk herbal Indonesia berstandar internasional. Terlebih, produk Antangin diproses secara modern dengan komposisi dan kualitas terbaik,” ujar Muljo dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Kamis (17/3/2022).

Muljo pun menjelaskan alasan utama pihaknya menjadi sponsor tim Gresini Racing. Konsumen potensial Antangin, kata Muljo, adalah para pengendara motor. Menurut data Korps Lalu Lintas Kepolisian Indonesia (Kakorlantas Polri) per 2 Desember 2021, jumlah sepeda motor di Indonesia mencapai 120,1 juta unit.

Jumlah pengendara motor di Indonesia pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, Antangin hadir untuk membantu pengendara motor menjaga daya tahan tubuh dan mengatasi masuk angin.

“Dengan demikian, para pengendara motor dapat beraktivitas dengan baik dan terhindar dari kecelakaan,” tuturnya.

Adapun salah satu produk Antangin yang berkhasiat mengatasi masuk angin adalah Antangin JRG. Produk herbal ini mengandung bahan utama jahe, royal jelly, dan ginseng.

Selain mengatasi masuk angin, ketiga kandungan itu punya manfaat bagus bagi tubuh. Jahe emprit berkhasiat membantu menghambat infeksi bakteri, virus, dan memberi kehangatan.

Produk Antangin JRG.DOK. Deltomed Laboratories Produk Antangin JRG.

Royal jelly juga dapat membantu menghambat pertumbuhan bakteri di saluran cerna. Terakhir, kandungan ginseng berkhasiat menguatkan stamina tubuh.

Ragam manfaat itu, lanjut Muljo, juga didukung proses produksi yang mengedepankan good manufacturing practices dengan teknologi full spectrum extraction-fractionation di pabrik yang higienis dan modern.

Harapan Bastia di MotoGP Mandalika

Bastianini sendiri tidak sabar untuk balapan di Sirkuit Mandalika pada 18-20 Maret 2022. Meski saat tes pramusim hanya menempati posisi ke-13, ia tetap optimistis dapat mencetak hasil positif. Apalagi, saat tes di Sirkuit Mandalika, Bastianini hanya terpaut 0,5 detik dari Pol Espargaro yang menempati urutan pertama.

“Saya tidak sabar untuk balapan di Indonesia. Kami datang dengan hasil memuaskan di Qatar, yakni menjadi juara untuk kali pertama. Sangat sulit untuk mengulanginya kali ini, tapi kami punya kecepatan yang bagus saat tes pramusim,” tuturnya.

Ia pun memuji keindahan pemandangan alam dan keramahan masyarakat di sana. Hal itu membuat ia bersemangat menjalani balapan.

“Kami juga berharap dukungan dari seluruh masyarakat Indonesia. Terlebih, kepada pengguna Antangin agar kami dapat memberikan penampilan yang terbaik,” kata Bastianini.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com