Advertorial

Puluhan Hotel di Surabaya Gunakan Produk UMKM, Wali Kota Surabaya: Ini Cara Membangun Kota dengan Gotong Royong

Kompas.com - 23/03/2022, 20:38 WIB

KOMPAS.com – Sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) menjadi pilar penting dalam perekonomian Indonesia, tak terkecuali di Kota Surabaya.

Sayangnya, jumlah pelaku UMKM yang tinggi tak lepas dari tantangan kondisi pandemi Covid-19. Hal itu pun mendorong Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk berinovasi dalam menghadapi tantangan tersebut.

Saat ini, Pemkot Surabaya menjalin kerja sama dengan puluhan hotel berbintang di Kota Pahlawan untuk berkomitmen mendukung penggunaan produk UMKM serta memberdayakan minimal 50 persen pekerja dari masyarakat setempat.

Kerja sama tersebut diwujudkan melalui penandatanganan nota kesepakatan bersama (NKB) antara Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan perwakilan dari total 46 hotel se-Surabaya. Penandatanganan berlangsung di halaman Balai Kota Surabaya pada Jumat (18/3/2022).

"Dengan kekuatan yang luar biasa antara pemerintah kota dengan semua stakeholder, saya yakin kemiskinan, pengangguran, dan permasalahan di Kota Surabaya bisa diselesaikan dan lewati," kata Eri dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (23/3/2022).

Sebagai upaya menghidupkan sektor perekonomian, Pemkot Surabaya juga terus membuka kesempatan bagi setiap investor yang ingin menanamkan modal di Kota Pahlawan.

Dengan kemudahan akses perizinan serta infrastruktur yang memadai, Eri yakin bahwa Kota Surabaya menjadi salah satu destinasi primadona investasi di Indonesia.

"Membangun kota itu harus dengan kebersamaan dan gotong royong. Oleh karena itu, kalau ada investasi masuk, jangan pernah ganggu investasi (yang sudah berjalan) di Surabaya,” jelas Eri.

Meski demikian, Eri menekankan bahwa bentuk usaha dari investasi yang diajukan harus bisa menarik warga sekitarnya.

Saat ini, sejumlah rencana investasi telah siap direalisasikan. Kota Surabaya juga tetap konsisten mencatatkan diri sebagai destinasi investasi utama di Indonesia.

Bahkan, pada 2021, capaian investasi di Surabaya menduduki urutan kedua tertinggi di Indonesia, yakni mencapai Rp 29,22 triliun.

”Investor yang masuk ke Surabaya pastinya akan membutuhkan mitra untuk menunjang supply chain bisnis dan operasional perusahaannya. Di situlah, pintu kolaborasi (investor) dengan UMKM terbuka. Kami akan fasilitasi,” paparnya.

UMKM pasok produk ke 46 hotel

Salah satu bentuk kemitraan dengan sektor UMKM telah ditunjukkan oleh 46 hotel di Surabaya. Puluhan hotel tersebut pun siap melengkapi kebutuhannya dengan produk-produk UMKM lokal. Komitmen untuk mempekerjakan warga setempat sebesar 50 persen dari tenaga kerja keseluruhan juga telah dilaksanakan.

Meski begitu, Eri meminta agar pelaku UMKM juga memerhatikan harga maupun kualitas produknya. Artinya, setiap produk UMKM yang dikirim harus sesuai dengan kebutuhan dan standar yang diinginkan pihak hotel.

"Karena itu, Pemkot (akan) membantu meningkatkan kemampuan UMKM Surabaya agar produknya bisa diambil oleh hotel-hotel (karena) sesuai dengan standarnya," ujarnya.

Eri memastikan, Pemkot Surabaya berupaya tak hanya sekadar memberikan pelatihan dan pendampingan bagi pelaku UMKM, tetapi juga menyelenggarakan kegiatan khusus.

Salah satunya, melalui Surabaya Kriya Gallery (SKG). Lewat kegiatan ini, pelaku UMKM diberi pembinaan agar kualitas produknya naik kelas. Untuk itu, SKG melakukan pendampingan, riset pasar, dan product development. Pemkot Surabaya juga melakukan kurasi kepada setiap produk UMKM yang akan dihadirkan di hotel Surabaya.

"Sandal hotel, makanan kecil (kue), sabun, tusuk gigi, dan sayur-sayuran, semua bisa dipenuhi Pemkot Surabaya. Tenaga kerjanya minimal 50 persen harus orang Surabaya. Ini semua harus disepakati," harap dia.

-Dok. Humas Pemkot Surabaya -

Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (DKKORP) Kota Surabaya Wiwiek Widayati menjelaskan, penandatanganan NKB bertujuan untuk mengoptimalisasi penggunaan produk UMKM dan memberdayakan masyarakat sekitar.

Hal itu sejalan dengan bentuk tanggung jawab Pemkot dan stakeholder dalam meningkatkan pembangunan perekonomian Kota Surabaya.

"NKB ini bertujuan untuk menguatkan koneksi antara UMKM dan pihak hotel agar lebih optimal," kata Wiwiek.

Adapun bentuk kerja sama tersebut berupa penyediaan barang-barang kebutuhan hotel dari pelaku UMKM Surabaya. Contohnya, seragam batik untuk karyawan hotel dan sandal hotel untuk tamu atau pengunjung.

Selain itu, makanan dan minuman serta perlengkapan penunjang kamar hotel pun dipenuhi oleh UMKM.

Menurut Wiwiek, 46 hotel yang menandatangani NKB hanyalah sebagian kecil dari seluruh pelaku industri hotel yang ada di Kota Surabaya. Secara bertahap, ia memastikan, Pemkot Surabaya akan menjalin sinergi untuk menjembatani UMKM dengan seluruh hotel yang ada di Surabaya.

Setelah NKB, 46 hotel akan melakukan penandatanganan kerja sama (PKS).

PKS akan mengatur teknis kerja sama serta hak dan kewajiban kedua belah pihak, termasuk kualitas, harga, serta produk yang menjadi kebutuhan dari setiap hotel. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa produk UMKM sesuai dengan standar hotel.

-Dok. Humas Pemkot Surabaya -

Adapun 46 hotel yang telah melakukan penandatanganan NKB terdiri dari, Hotel Oakwood And Residence, Hotel Double Tree, Hotel Tunjungan, Hotel Mercure Grand Mirama, Hotel Country Heritage Resort, Hotel Bisanta Bidakara, Hotel Elmi, Hotel Gunawangsa Manyar, Hotel Vasa, Hotel Java Paragon, Hotel Aria Centra Surabaya, Hotel Grand Inna Tunjungan, Hotel Santika Premiere Gubeng, Hotel Arcadia, Hotel Verwood Surabaya, Hotel Crown Prince, Hotel Harris Gubeng, Hotel Ciputra World, Hotel Varna, Hotel Bekizaar, dan Hotel G Suites.

Ada pula Hotel Garden Palace, Hotel Midtown Residence, Hotel Grand Dafam, Hotel Sahid Surabaya, Hotel Midtown, Aston Inn, Hotel Ibis Surabaya City Center, Hotel Yello, Ibis Budget Diponegoro, Hotel Pop Gubeng, Hotel Narita, Hotel Pesonna, Pop Stasiun Kota, Hotel Pop Diponegoro, Hotel Istana Permata Ngagel, Istana Permata Dinoyo, Hotel Cleo Business Jemursari, Hotel Max One, Hotel Gunawangsa Merr, Hotel 88 Embong Malang, Hotel V3 (Vini, Vidi, Vici), Hotel Oval, Hotel Grand Surabaya, Deka dan, Gold Vitel.

BPD PHRI Jawa Timur ikut mendukung kerja sama

Di tempat terpisah, Ketua Badan Pimpinan Daerah Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (BPD PHRI) Jawa Timur Dwi Cahyono menyatakan bahwa sebelum pandemi Covid-19, pihaknya telah mendorong destinasi wisata hotel ataupun restoran agar mendukung produk UMKM setempat.

"Kami sangat mendukung (kerja sama tersebut). Namun, karena pandemi, kondisi tidak seperti sebelumnya. Jadi, harus (dilakukan) banyak komunikasi antara UMKM dan PHRI," kata Dwi.

Namun, Dwi juga mengingatkan para pelaku UMKM agar memerhatikan kualitas dan harga produk, serta konsistensi terhadap keberlanjutan produk tersebut.

“Jadi, jangan sampai sekarang (produk) sudah kami sebarkan, terus berhenti atau beralih ke bidang lain. Ketika sudah ada MoU (memorandum of understanding), (pelaku UMKM) harus konsisten," ujarnya.

Di sisi lain, pihaknya pun berharap sektor pariwisata, khususnya di Jawa Timur dan Surabaya, dapat terus kondusif di segala bidang. Oleh sebab itu, ia juga mendorong agar kerja sama antara hotel dan pelaku UMKM dapat menjadi satu jaringan.

Itu berarti, MoU antara pelaku UMKM dan pihak hotel tidak berjalan sendiri-sendiri. Ditambah lagi, dengan pembukaan Bandara Juanda untuk pelaku perjalanan luar negeri (PPLN), ia berharap persiapan dilakukan bersama-sama.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com