Advertorial

Gandeng Kemenlu, Task Force ESC B20 Tawarkan Kemitraan Proyek Transisi di Presidensi G20 Indonesia

Kompas.com - 02/04/2022, 17:38 WIB

KOMPAS.com - Task Force Energy Sustainability and Climate (ESC) Business 20 (B20) bersama Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) menggelar virtual business meeting bertajuk "B20 Indonesia: Partners in Energy Transition", pada Jumat (1/4/2022).

Dalam kesempatan tersebut Task Force ESC berkesempatan untuk menyampaikan rencana transisi energi Indonesia dari perspektif sektor riil. Hal ini sekaligus menawarkan kerja sama projects transisi energi yang dapat menjadi hasil yang konkret dalam Presidensi Group of Twenty (G20) Indonesia 2022.

Untuk diketahui, virtual business meeting itu merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) agar Presidensi G20 Indonesia dapat memberikan manfaat yang konkret dan riil bagi masyarakat.

Pertemuan yang berlangsung secara virtual tersebut dihadiri sebanyak 340 peserta dari 158 perusahaan dan pemerintah serta perwakilan kamar dagang asing dari negara-negara G20. Hal ini sekaligus menjadi kesempatan Task Force ESC untuk memancing minat para hadirin agar berinvestasi di Indonesia.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemenlu Cecep Herawan mengatakan, Presidensi Indonesia G20 berkomitmen untuk menciptakan hasil konkret yang akan dirasakan oleh masyarakat luas dan negara berkembang.

Selain itu, kata dia, momentum tersebut juga akan dimanfaatkan untuk merealisasikan potensi kerja sama dengan negara-negara G20 di bidang transisi energi.

“Kami harus menunjukkan bahwa forum G20 bisa memberikan keuntungan dan manfaat untuk semua,” ujar Cecep dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (2/4/2022).

Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Task Force ESC B20, Agung Wicaksono mengatakan, sebagai bagian dari engagement group di G20, pihaknya akan memberikan rekomendasi kebijakan untuk transisi energi berkelanjutan dengan tiga fokus isu prioritas.

Adapun tiga fokus itu mengacu pada garis besar arahan Presiden Jokowi, yaitu mempercepat transisi menuju penggunaan energi yang berkelanjutan, memastikan transisi adil dan terjangkau, serta kerja sama global dalam meningkatkan ketahanan energi.

“Virtual business meeting dimaksudkan untuk mencari peluang investasi dan kemitraan di antara negara-negara G20, terutama dalam proyek-proyek hijau,” ujar Agung.

Menurutnya, elektrifikasi, pembangkit berbasis energi terbarukan, dan efisiensi energi adalah pilar utama transisi energi serta investasi dalam mempercepat teknologi dan sektor transisi energi.

Agung berharap, acara virtual business meeting ini dapat membangun banyak peluang program kemitraan global untuk mencapai tujuan global dan Sustainable Development Goals (SDGs) secara berkelanjutan.

PresidensiG20 memberikan nilai strategis

Sementara itu, Staf Ahli Bidang Industri Kementerian Badan Usaha Milik Negara (Kementerian BUMN), Rabin Indrajad Hattari menjelaskan, Presidensi G20 memberikan nilai strategis dan manfaat yang nyata bagi masyarakat Indonesia.

Sebab, di dalam Presidensi G20 hadir komunitas bisnis internasional yang secara bersama-sama ingin menyelesaikan tiga masalah penting yang disampaikan oleh Presiden Jokowi.

Tiga hal tersebut, imbuh dia, yakni pembangunan arsitektur kesehatan global, optimalisasi teknologi digital, dan transisi energi.

“Ini akan menimbulkan praktik industri yang berkelanjutan, seperti bersama menekan dekarbonisasi untuk mencapai nol emisi dan melakukan support atau dukungan transisi energi,” kata Rabin.

Pada kesempatan itu, Wakil Ketua Umum (Ketum) Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Shinta Widjaja Kamdani mengatakan bahwa duta Kadin dari masing-masing negara yang hadir memiliki kesamaan untuk membuat korporasi saling menguntungkan. Utamanya dalam energi baru dan terbarukan.

“Kami berharap ke depannya akan ada kemajuan dari pertemuan ini untuk menyusun strategi dalam mengimplementasikan energi baru terbarukan guna mendukung transisi energi,” ucapnya.

Sebagai informasi, pada forum tersebut, beberapa perusahan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yakni Pertamina, Perusahaan Listrik Negara (PLN) bahkan perusahaan swasta, seperti PT Jababeka dan Mitsubishi Heavy Industries Group menampilkan proyek-proyek yang dapat dikolaborasikan dengan mitra asing.

Tercatat ada sekitar 16 proyek yang ditawarkan pada forum virtual business meeting "B20 Indonesia: Partners in Energy Transition".

Pada kesempatan itu, Pertamina menawarkan proyek unggulannya, antara lain di sektor ekosistem mobil listrik maupun proyek bioethanol yang memanfaatkan limbah kelapa sawit.

Sementara itu, PT. Jababeka menawarkan proyek unggulan, di antaranya terkait dengan organic waste processing dan pembangunan solar photovoltaic (PV).

Dari acara tersebut, perusahaan-perusahaan yang hadir diharapkan dapat melakukan pendekatan secara langsung kepada Pertamina, PLN, PT Jababeka, dan Mitsubishi Heavy Industries, Ltd. untuk melakukan diskusi lanjutan dan mengembangkan kemitraan serta kolaborasi dalam mempercepat transisi.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com