Advertorial

Ramadhan Tiba, Momentum Tepat untuk Perkuat Kecintaan pada Agama dan Negara

Kompas.com - 07/04/2022, 09:00 WIB

KOMPAS.com – Pemerintah telah menetapkan 1 Ramadhan 1443 Hijriah jatuh pada Minggu (3/4/2022). Seiring dengan penetapan Ramadhan, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Polisi (Komjen Pol) Boy Rafli Amar mengajak masyarakat untuk memupuk kecintaan kepada agama dan negara.

Ia mengatakan, di tengah gempuran ideologi radikal terorisme, cinta pada agama dan negara penting diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini penting dilakukan untuk mempertahankan eksistensi Indonesia yang majemuk.

“Ramadhan ini adalah momen tepat dalam memupuk kecintaan terhadap agama. Di samping meningkatkan iman dan takwa, kita juga harus memelihara semangat kecintaan terhadap bangsa dan negara,” imbuh Boy Rafli dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (5/4/2022).

Boy Rafli melanjutkan, nasionalisme harus dipelihara sepanjang hidup.

“Masyarakat harus tetap berkontribusi untuk mewujudkan Indonesia yang damai, adil, sejahtera, dan bahagia,” ucapnya.

Selektif dan kritis di dunia maya

Seperti diketahui, Indonesia saat ini tengah memasuki era bonus demografi. Pada era ini, jumlah penduduk usia produktif jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang tidak produktif.

Jika dimanfaatkan dengan baik, bonus demografi dapat memberikan dampak positif untuk pertumbuhan berbagai sektor di Indonesia, mulai dari ekonomi sosial, budaya, hingga keamanan.

Sebagai agen bonus demografi, Boy Rafli mengajak generasi muda untuk lebih produktif dan kritis dalam menghadapi dunia yang serbadigital.

Ia pun berpesan kepada masyarakat, khususnya generasi muda, untuk lebih selektif dalam mengonsumsi konten di dunia maya. Sebab, tidak sedikit anak muda terjebak dengan konten atau narasi radikal berkedok agama sehingga nekat berjihad dalam konotasi negatif.

Faktanya, tambah Boy Rafli, fenomena radikal tersebut telah terjadi di Indonesia. Sebagai contoh, tragedi bom di Katedral Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), dan penembakan di Markas Besar (Mabes) Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) pada 2021.

Oleh karena itu, Boy mengajak generasi muda untuk turut mengedukasi dan menjadi agen kontra radikalisasi di dunia maya dengan meningkatkan kemampuan literasi digital.

“Literasi digital dalam pemanfaatan dunia maya harus dimanfaatkan anak muda agar tidak salah menyikapi, menerima narasi radikal, serta dapat memilah secara bijak (antara) informasi yang bermanfaat dan yang merugikan,” ujar Boy Rafli.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com