KOMPAS.com – Kegelapan yang menyelimuti Dusun Bondan setiap malam selama bertahun-tahun kini tinggal kenangan. Dusun yang berada di Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, ini sekarang sudah diterangi lampu-lampu listrik. Berkat program Desa Energi Berdikari, transformasi itu bisa terjadi.
Sebelum dialiri listrik, pencahayaan di desa terpencil itu kala malam hanya berasal dari lampu minyak. Tidak banyak yang diharapkan dari alat tersebut. Sebab, cahaya yang dihasilkan pun jauh dari kata ideal. Belum lagi asap pembakaran yang mengganggu kesehatan.
Kondisi demikian membuat masyarakat Dusun Bondan tidak punya kesempatan beraktivitas pada malam hari. Jangankan menonton televisi, kegiatan belajar saja sepertinya sulit dilakukan anak-anak karena minim penerangan.
Dampak ketiadaan listrik tidak berhenti pada pencahayaan, tapi juga krisis air bersih. Masyarakat Dusun Bondan harus menyeberangi Laguna Segara Anakan menuju Nusa Kambangan dulu untuk bisa mendapatkan kebutuhan tersebut. Itu pun jumlahnya sangat terbatas.
Namun, sejak 2017, pengalaman pahit itu telah menjadi kenangan. Melalui program Desa Energi Berdikari yang diinisiasi PT Pertamina (Persero), masyarakat Dusun Bondan dapat menikmati sumber penerangan yang lebih baik.
Salah seorang warga setempat, Jamaludin, merasa bersyukur dengan program tersebut.
“Dulu, kami hanya bisa mendengarkan radio sebagai sarana hiburan dan sumber informasi karena cukup menggunakan baterai. Anak-anak kurang nyaman ketika belajar pada malam hari karena di sini hanya menggunakan lampu minyak. Namun, sejak adanya program ini, kami bisa menyetel televisi dan menggunakan perangkat elektronik lainnya,” ujarnya.
Kehadiran listrik juga berdampak bagi kegiatan belajar anak-anak di dusun. Mereka dapat melakukannya dengan baik karena sudah mendapatkan penerangan lebih mumpuni. Masyarakat yang umumnya berprofesi sebagai petambak udang dan ikan pun bisa terus beraktivitas pada malam hari, seperti memilah-milah udang atau ikan hasil panen.
Untuk menikmati energi listrik dari program tersebut, setiap rumah hanya dikenakan iuran senilai Rp 25.000 per bulan untuk daya sebesar 500 watt. Dana itu digunakan untuk biaya pemeliharaan alat-alat pembangkit listrik di dusun tersebut.
Adapun listrik di Dusun Bondan berasal dari pembangkit listrik tenaga hibrida (PLTH). Perangkat ini mampu menghasilkan daya sebesar 12.000 watt peak (WP) dan dialirkan menggunakan kabel menuju ke 78 rumah penduduk, sekolah, masjid, dan rumah produksi.
Efek berganda
Program energi terbarukan (EBT) yang diimplementasikan Pertamina di Dusun Bondan memberikan efek berganda (multiplier effect) bagi perekonomian warga setempat.
Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), seperti warung dan kegiatan usaha lainnya, semakin tumbuh seiring ketersediaan sumber listrik di dusun tersebut. Keamanan masyarakat juga semakin meningkat karena tindak pencurian hasil tambak kini sudah tidak ada lagi.
“Kami bersyukur karena sejak 2017, masyarakat di sini bisa menikmati listrik untuk menerangi beragam aktivitas. Kegiatan yang biasanya hanya dapat dilakukan pada siang hari, sejak saat itu bisa dilakukan setelah matahari terbenam. Tentu hal ini turut membantu meningkatkan kesejahteraan,” ujar Kepala Dusun Bondan, Irawan.
Irawan juga berharap, Dusun Bondan bisa menjadi destinasi wisata. Dengan begitu, pemasukan masyarakat bisa bertambah.
Dalam merealisasikan upaya itu, Irwan selalu mengingatkan masyarakat agar giat merawat sarana dan prasarana yang ada sehingga keberlangsungan energi listrik dari program Desa Energi Berdikari tetap terjaga.
Masa depan
Area Manager Communication, Relations, dan CSR Refinery Unit IV Cilacap PT Kilang Pertamina Internasional Cecep Supriyatna membeberkan, pihaknya menginvestasikan dana pada pelaksanaan program Desa Energi Berdikari di Dusun Bondan.
Adapun dana itu ditujukan untuk pembangunan sarana dan prasarana kelistrikan, seperti 15 kincir angin dan 24 panel surya sebagai penghasil energi listrik, media penyimpanan daya, serta bangunan dan peralatan listrik lainnya.
Ia berharap, kontribusi Pertamina bisa memberikan masa depan yang lebih baik bagi Dusun Bondan.
“Dusun Bondan jauh dari mana-mana dan bertahun-tahun tidak ada listrik. Kami menciptakan PLTH agar masyarakat di salah satu kawasan tertinggal ini bisa melihat masa depan yang cerah. Masyarakat juga dapat semakin sejahtera,” ucap Cecep dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (28/4/2022).
Selain memudahkan masyarakat dalam beraktivitas, Cecep menambahkan, program Desa Energi Berdikari juga dapat membantu membangun sumber daya manusia menjadi lebih baik.
“Warga dusun yang mayoritas nelayan musiman dan buruh tambak ini harus dapat menikmati listrik, sama seperti masyarakat lainnya,” imbuhnya.
Akses dan dukungan
Program Desa Energi Berdikari yang digelar Pertamina bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap energi ramah lingkungan, terjangkau, berkelanjutan, dan dapat meningkatkan ekonomi.
Program tersebut juga merupakan aksi nyata komitmen Pertamina untuk mendukung pemerintah dalam mempersiapkan transisi energi berkelanjutan. Inovasi ini terwujud berkat kolaborasi dengan berbagai pihak, yakni pemerintah dan instansi terkait, dengan mengajak masyarakat yang memiliki keterbatasan akses terhadap energi.
Melalui program yang memanfaatkan energi terbarukan berbasis community involvement development (CID) itu, perekonomian masyarakat diharapkan dapat semakin meningkat dan lingkungan tetap terjaga.
Upaya Pertamina menghadirkan program Desa Energi Berdikari merupakan salah satu bentuk dukungan terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), terutama Tujuan 7 dan 8.
Adapun Tujuan 7 adalah memastikan akses terhadap energi yang terjangkau, dapat diandalkan, berkelanjutan, dan modern bagi semua. Sementara, Tujuan 8 ialah mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, tenaga kerja penuh dan produktif, serta pekerjaan yang layak bagi semua.
Dalam setiap kegiatannya, Pertamina juga senantiasa mengedepankan tata kelola lingkungan, sosial, dan perusahaan (environmental, social, andgovernance/ ESG).
Melalui upaya tersebut, pada September 2021, Sustainalytics memberikan peringkat ESG Risk Rating kepada Pertamina sebesar 28,1 dan dinilai berada pada risiko medium dalam mengalami dampak keuangan material dari faktor-faktor yang ada.
Peringkat tersebut mengalami peningkatan dari sebelumnya yang mencapai 41,6 (severe risk) pada Februari 2021.
Sepanjang 2021, Pertamina sukses menggelar program Desa Energi Berdikari di 19 desa. Pada tahun ini, perseroan berencana menjalankan 38 program Desa Energi Berdikari.
Adapun 10 program di antaranya berkolaborasi dengan SRE dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan tajuk “Go Gerilya-Desa Energi Berdikari”. Salah satunya, seperti yang dilakukan di Dusun Bondan.