Advertorial

Y20 Ajak Anak Muda Wujudkan Planet Berkelanjutan dan Layak Huni

Kompas.com - 25/05/2022, 08:30 WIB

KOMPAS.com - Isu planet berkelanjutan dan layak huni jadi pembahasan utama pada Pra-Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ketiga Youth 20 (Y20) Indonesia yang digelar di Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu (21/5/2022).

Sebagai informasi, Y20 merupakan pertemuan para pemuda dari negara anggota Group of Twenty (G20).

Adapun kegiatan prakonferensi kali ini turut dihadiri oleh delegasi dari negara undangan dan pemuda asal Kalimantan.

Pada diskusi tersebut, peran pemuda selaku penghuni bumi saat ini dan masa depan punya peran penting dalam mewujudkan planet yang berkelanjutan dan layak huni.

Co-Chair Y20 Indonesia 2022 Indra Dwi Prasetyo mengatakan, penting bagi seluruh pemuda untuk bertindak menyelamatkan bumi.

Pasalnya, cara manusia hidup saat ini dinilai berlebihan, baik dalam penggunaan sumber daya, produksi limbah, maupun ekonomi linier.

"Kekuatan, suara, networking, dan koneksi anak muda perlu dimanfaatkan oleh forum ini untuk membangun kembali koneksi dengan alam. Ini juga diperlukan demi masa depan yang berkelanjutan untuk semua,” ujar Indra dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (24/5/2022).

Sementara itu, Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Jonni Mardizal mengatakan, isu planet yang berkelanjutan dan layak huni harus menjadi isu yang lekat bagi anak muda.

Ia pun menyampaikan pesan dari Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali agar pembahasan lebih lanjut dan solusi konkret terkait isu tersebut, khususnya bagi anak muda, diadakan.

"Anak muda akan mewarisi kehidupan di Planet Bumi untuk jangka panjang. Jika tidak dicari solusi atas masalah-masalah lingkungan yang saat ini tengah terjadi, kehidupan manusia, termasuk anak muda juga berada dalam ancaman,” jelas Jonni.

Hal senada juga diungkapkan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar.

Siti pun mengharapkan generasi muda agar memiliki peran besar dalam mengatasi krisis lingkungan saat ini.

"Forum Y20 diharapkan dapat terus mendorong penerapan model ekonomi sirkular, serta memperkuat kemitraan antara negara-negara G20 dan kaum muda. Sebab, mereka merupakan agen perubahan dalam menciptakan lingkungan yang aman, inklusif, berkelanjutan, dan layak untuk semua,” ucap Siti.

Urgensi keterlibatan anak muda dalam aksi iklim juga ditekankan oleh World Bank Country Director for Indonesia and Timor Leste Satu Kahkonen.

Kahkonen mengatakan, ia akan mengandalkan peran pemuda untuk menyampaikan aspirasi terkait isu berkelanjutan kepada pemimpin dan pemerintah G20.

“Kami mengandalkan inovasi dan semangat kalian semua untuk membangun bumi yang berkelanjutan dan layak huni bagi semua,” kata Kahkonen.

Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor menyambut baik penyelenggaraan Pra-KTT Y20 Indonesia 2022 di Balikpapan.

Isran Noor mengatakan, sebagian besar wilayah Kalimantan Timur merupakan kawasan hutan hujan tropis.

Oleh karena itu, ia berharap bahwa kegiatan Pra-KTT Y20, Presidensi G20 Indonesia, serta kunjungan lapangan membuat peserta bisa melihat secara lebih dekat kondisi hutan dan lingkungan di tempat tersebut.

“Hal ini sekaligus membuka mata dunia tentang Indonesia dan Kalimantan, khususnya sekitar Balikpapan yang sesungguhnya,” terang Isran.

Diperlukan aksi kolektif

Selain diskusi antar-pemuda, kegiatan hari pertama Pra-KTT ketiga tersebut juga diisi dengan talk show bertema “Menjaga Sumber Daya Alam”.

Talk show tersebut dihadiri beberapa narasumber, seperti Direktur Eksekutif Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) Herlina Hartanto, Roundtable on Sustainable Palm Oil CEO Joseph D’Cruz, Koordinator Kenyan Youth Biodiversity Network Kevin Lunzalu, serta Digital and IT Director Bank Rakyat Indonesia (BRI) Arga Mahanana Nugraha.

Pada talk show tersebut, Herlina turut mengajak anak muda untuk bersama-sama menjaga Bumi.

Ia menilai, permasalahan lingkungan dan pemanasan global yang terjadi harus menjadi pengingat bagi setiap orang. Maka dari itu, ia ingin hal tersebut menjadi pemicu aksi kolektif dalam menjaga lingkungan.

“Aksi itu perlu dimulai dari tingkat lokal. Jika dilakukan bersama-sama dan berkesinambungan, akan berdampak secara global. Pemuda adalah garda terdepan perubahan. Kepada mereka, kami titipkan masa depan,” kata Herlina.

Pada kesempatan sama, Joseph D'Cruz mengatakan, G20 sebagai sebuah platform harus mampu menentukan cara negara-negara besar dunia mengatur prioritasnya.

Meski demikian, ia tak menampik bahwa negara-negara G20 masih menemui tantangan dalam menyeimbangkan antara prioritas pembangunan dan keberlanjutan planet.

"Y20 dapat meyakinkan bahwa keputusan yang G20 buat memiliki implikasi dan tradeoff. Y20 bisa menjelaskannya dari perspektif bagaimana tradeoff tersebut berdampak pada mereka yang akan tinggal di planet ini 50-100 tahun ke depan," jelas Joseph D'Cruz.

Menanggapi Joseph D'Cruz, Nugraha mengatakan bahwa negara G20 sebagai negara berekonomi besar harus segera mempercepat upaya penanganan perubahan iklim.

Sementara itu, Kevin Lunzalu meminta negara-negara G20 untuk menyadari dampak mengerikan dari ketiadaan aksi kolektif dalam menangani permasalahan lingkungan dan keberlangsungan planet.

"Kita perlu langkah transformatif untuk keluar dari krisis yang kita alami sekarang. Kita juga harus menyadari peran anak muda dalam isu krisis iklim hingga kekayaan alam," ujar Kevin.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com