Advertorial

Cegah Hepatitis Akut, PDUI Ajak Masyarakat Terapkan PHBS

Kompas.com - 30/05/2022, 15:21 WIB

KOMPAS.com – Hepatitis akut misterius yang muncul di beberapa negara, termasuk Indonesia, menjadi perbincangan hangat di tengah masyarakat. Pasalnya, Badan Kesehatan Dunia (WHO) belum mengetahui secara pasti penyebab penyakit itu.

Kepala Bidang (Kabid) Hubungan Masyarakat (Humas) Pimpinan Pusat (PP) Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) dr Milka Inkiriwang, MARS, PhD mengatakan, hepatitis merupakan peradangan (infeksi) yang terjadi pada hati (liver). Hanya saja, hepatitis akut misterius berbeda dengan hepatitis kronis. 

Berdasarkan laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes), hepatitis akut adalah infeksi hati yang memiliki sifat atau durasi perjalanan penyakit sekitar 2 minggu hingga 1 bulan.

Sementara itu, hepatitis kronis dapat merusak hati dalam jangka waktu lebih lama, yakni enam bulan.

Menurut WHO, hepatitis akut misterius dapat menyerang anak-anak usia 1 bulan sampai 16 tahun. Meski begitu, orang dewasa tidak menutup kemungkinan bisa terserang penyakit itu.

“Hepatitis akut misterius tidak disebabkan oleh virus penyebab hepatitis A, B, C, D, dan E. Peneliti seluruh dunia, termasuk Indonesia, masih melakukan investigasi penyebab pasti hepatitis akut berat (misterius) ini,” terang Milka dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (27/5/2022).

Penularan hepatitis, lanjut Milka, dapat terjadi melalui saluran pernafasan dan pencernaan. Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Sebagai contoh, mencuci tangan, makan makanan matang dan bersih, serta tidak menggunakan alat makan dan minum secara bergantian.

Milka mengatakan bahwa virus rentan masuk melalui saluran pencernaan. Dengan demikian, masyarakat harus memperhatikan kebersihan makanan yang dikonsumsi.

Bila membeli makanan dan minuman dalam kemasan, sebaiknya pilih produk dengan kemasan yang bersih dan selalu baru.

“Hindari makanan dan minuman yang menggunakan kemasan isi ulang. Hal ini untuk memastikan kemasan tersebut bersih karena selalu baru, bukan kemasan lama yang berpindah-pindah tangan,” tuturnya.

Menanggapi hal tersebut, Head of Public Relations and Digital Le Minerale Yuna Eka Kristina menjelaskan bahwa galon Le Minerale menggunakan kemasan yang selalu baru. Hal ini untuk memastikan galon yang diterima oleh konsumen lebih terjamin kehigienisannya.

Yuna menambahkan bahwa inovasi tutup ulir rapat dan kedap udara menjadi keunggulan galon Le Minerale ketimbang merek lain. Inovasi ini menjamin air galon Le Minerale bebas dari kontaminasi debu, virus, dan kotoran.

“Inovasi tutup ulir rapat dan kedap udara sekaligus memproteksi kandungan mineral esensial yang terdapat di dalamnya,” ujar Yuna.

Terkait penanganan hepatitis akut misterius, Milka memberikan empat tips yang sesuai dengan anjuran Kemenkes.

Pertama, waspada gejala awal hepatitis akut, seperti mual, muntah, diare, sakit perut, serta demam ringan. Kedua, jika muncul gejala awal, jangan panik.

Ketiga, jangan menunggu gejala lanjutan muncul, seperti mata dan kulit menguning agar penanganan tidak terlambat.

Keempat, jika anak mengalami penurunan kesadaran, segera bawa ke rumah sakit dengan fasilitas intensive care unit (ICU) anak.

Milka menambahkan, hal penting pada penanganan hepatitis akut adalah melakukan tindakan pencegahan dengan menjaga daya tahan tubuh, terapkan pola hidup sehat, serta selalu pilih makanan dan minuman yang terjamin kebersihannya.

“Jika mengalami gejala awal, segera bawa ke pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) atau rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pengobatan lanjutan,” tutur Milka.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau