Advertorial

Transisi Energi Terbarukan di Depan Mata, Prospek Jurusan Teknik Fisika Kian Cerah

Kompas.com - 04/06/2022, 08:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Penggunaan energi baru terbarukan (EBT) sebagai pengganti energi fosil semakin mendesak. Pasalnya, pemanasan global sudah berada pada tahap mengkhawatirkan dalam lima tahun ke belakang. Suhu permukaan bumi rerata naik 1 derajat Celcius jika dibandingkan rerata suhu sebelum era industrialisasi.

Dengan pemanfaatan EBT, seperti angin dan matahari, yang lebih ramah lingkungan, suhu permukaan bumi bisa ditekan menjauhi ambang batas kenaikan 1,5 derajat Celcius seperti yang ditetapkan pada Paris Agreement pada 2015.

Sebagai tuan rumah Group of Twenty (G20) 2022, pemerintah Indonesia sendiri memperkuat komitmen dalam memanfaatkan EBT. Pemanfaatan EBT juga menjadi isu strategis yang dibicarakan pemimpin negara anggota di Presidensi G20 Indonesia. Hal ini dilakukan demi mencapai target nol emisi (net zero emission) pada pertengahan abad ke-21.

Ketua Program Studi (Kaprodi) Teknik Fisika Universitas Multimedia Nusantara (UMN) Muhammad Salehuddin mengatakan, kesadaran pemerintah, perusahaan, dan masyarakat akan urgensi EBT meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Semula, panel surya hanya digunakan oleh institusi pemerintah dan perusahaan. Kini, perangkat untuk menghasilkan listrik dari sinar matahari itu sudah digunakan oleh masyarakat.

“Jika sosialisasi dan transisi energi dapat berjalan baik, peluang untuk penggunaan energi alternatif di masyarakat semakin besar. Hal ini sekaligus mendukung program pemerintah untuk memenuhi target penggunaan EBT secara nasional,” tuturnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (31/5/2022).

Implementasi EBT atau energi alternatif di berbagai bidang industri, lanjut Deden, membutuhkan kehadiran tenaga ahli, khususnya yang berlatar keilmuan Teknik Fisika. Pasalnya, jurusan ini secara spesifik mempelajari aspek produksi, teknis, serta manajemen EBT.

Selain itu, Jurusan Teknik Fisika juga mempelajari penggunaan teknologi dan inovasi terkini untuk memberdayakan energi secara efisien dan tepat guna. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dampak kerusakan lingkungan.

“Seorang insinyur Teknik Fisika harus memahami komposisi dan proses fabrikasi energi terbarukan, seperti proses produksi panel surya dari awal hingga akhir,” katanya.

Selain aspek produksi, lanjut Deden, insinyur Teknik Fisika juga harus mengimplementasikan manajemen EBT melalui kebijakan dan prosedur teknis sesuai standar keilmuan. Dengan demikian, efisiensi energi di sebuah pabrik atau gedung bisa didapat sesuai keinginan.

Misalnya, seorang insinyur ingin meningkatkan penghematan energi sebuah gedung sebesar 50 persen. Maka, ia akan menggunakan berbagai metode keilmuan Teknik Fisika untuk dapat meningkatkan efisiensi energi di gedung itu.

Deden melanjutkan bahwa Jurusan Teknik Fisika memberikan dua solusi untuk menjaga lingkungan supaya tetap berkelanjutan.

Pertama, manajemen energi yang berkaitan dengan penggunaan energi di sebuah proyek, seperti efisiensi penggunaan listrik di sebuah gedung.

“Kedua, fisika bangunan. Setelah efisiensi penggunaan listrik dilakukan, seorang insinyur Teknik Fisika harus memastikan bahwa ruang hunian di bangunan tersebut dapat ditempati senyaman mungkin oleh penghuni," ujar Deden.

Prospek lulusan Teknik Fisika

Dengan peningkatan penggunaan EBT di dunia industri, prospek lulusan Jurusan Teknik Fisika pun semakin cerah. Bahkan, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) mencanangkan ketahanan energi sebagai salah satu 10 Prioritas Nasional pada 2017.

Prioritas Nasional itu kemudian dibagi kembali menjadi 30 Program Prioritas Nasional. Dua di antara program tersebut adalah EBT dan konservasi energi serta pemenuhan kebutuhan energi.

Selain itu, Indonesia diprediksi masih kekurangan sekitar 50.000 hingga 100.000 pelaku tenaga teknik (insinyur) yang kompeten.

Hal tersebut, kata Deden, membuat bidang keilmuan Teknik Fisika semakin dibutuhkan.

“Hal itu dapat dilihat dari kebijakan di bidang industri yang membutuhkan kualifikasi Teknik Fisika, kebutuhan proyek pemerintah, serta peluang tenaga kerja insinyur yang semakin besar,” kata Deden.

Ia melanjutkan bahwa sebagai salah satu universitas yang menyediakan Jurusan Teknik Fisika, UMN membekali mahasiswanya dengan keilmuan dan keahlian di sektor energi dari hulu hingga hilir.

Pada aspek hulu, mahasiswa akan dibekali pemahaman teknologi EBT, mulai dari tahap konversi, instalasi, operasional, hingga studi kelayakan energi berbasis big data menggunakan software.

Sementara pada aspek hilir, mahasiswa akan dibekali pemahaman untuk mengidentifikasi permasalahan sistem, baik untuk skala bangunan maupun sistem termal, udara, dan cahaya.

Ilustrasi mahasiswa UMN Jurusan Teknik Kimia. DOK. UMN Ilustrasi mahasiswa UMN Jurusan Teknik Kimia.

“Mahasiswa juga akan dibekali kemampuan komputasi serta modeling yang diintegrasikan dengan keilmuan arsitektur dan sistem pengukuran smart building. Keahlian ini akan diimbangi dengan kemampuan audit serta konservasi energi yang mengarah pada rancangan bangunan ramah lingkungan dan berkelanjutan,” tambahnya.

Pada era industri 4.0, lanjut Deden, mahasiswa UMN didorong untuk dapat menguasai tools dan instrumen yang berkaitan dengan information and communication technologies (ICT). Terlebih, saat ini banyak startup di bidang teknologi peduli dengan penggunaan EBT.

Ia mengatakan bahwa sarjana Teknik Fisika UMN dapat berkarier di cakupan bidang yang luas, seperti menjadi auditor energi, manajer energi, insinyur kesehatan, keselamatan, dan lingkungan, konsultan energi, technopreneur, serta akademisi.

Selama berkuliah di Jurusan Teknik Fisika UMN, katanya, mahasiswa akan mendapatkan jalur karier, pengembangan diri, dan soft skill. Tiga hal itu dapat mereka andalkan untuk terjun di dunia kerja.

“Saat ini, lulusan Teknik Fisika UMN sudah berkarier di berbagai bidang industri, mulai sertifikasi bangunan hijau, product development industri elektronik, vendor konsultan dan proyek lapangan, hingga technopreneur,” paparnya.

Ditunjang fasilitas hemat energi

Tak hanya kurikulum mumpuni dan sesuai kebutuhan industri, mahasiswa UMN juga ditunjang fasilitas pembelajaran Teknik Fisika yang aplikatif. Deden mengatakan bahwa UMN memiliki dua gedung hemat energi, yakni Gedung New Media Tower dan Gedung PK Ojong–Jakob Oetama.

Bahkan, Gedung New Media Tower mendapatkan Juara I Penghargaan Efisiensi Nasional (PEEN) 2013 dan Juara I ASEAN Energy Award 2014.

Selain mengaplikasikan konsep energy saving building, lanjut Deden, komitmen hemat energi UMN dibuktikan melalui penghijauan kawasan serta kulturisasi pelestarian lingkungan.

Berkat komitmen tersebut, UMN dinobatkan sebagai universitas swasta terhijau di Jakarta pada 2019. Selanjutnya, pada 2020, UMN menempati peringkat ke-199 universitas terhijau dari 912 universitas di dunia.

Gedung UMN. DOK. UMN Gedung UMN.

Menurutnya, keberadaan gedung dan lingkungan universitas yang menunjang praktik EBT dan go green dapat menjadi living laboratory bagi mahasiswa UMN. Mereka dapat mempelajari sistem dan konstruksi bangunan hemat energi secara langsung.

“Dengan demikian, mereka tidak perlu repot keluar kampus untuk mempelajari gedung hemat energi,” katanya.

Sebagai informasi, UMN menyediakan beasiswa uang pangkal sebesar 30 persen hingga 100 persen serta beasiswa biaya kuliah sampai delapan semester. Beasiswa ini disediakan khusus untuk Jurusan Teknik Fisika, Informatika, Sistem Informasi, Teknik Elektro, serta Teknik Komputer.

Untuk melakukan pendaftaran kuliah di UMN secara online, Anda dapat mengunjungi tautan www.umn.ac.id.

Bila memiliki pertanyaan, Anda bisa menghubungi pihak UMN di nomor 0822 4678 9920 atau 0811 9555 501.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com