Advertorial

Kupas Mitos Seputar Daging Merah Bersama Ahli Nutrisi Lewat Beef Talk

Kompas.com - 04/06/2022, 12:14 WIB

KOMPAS.com – Daging merah, seperti daging sapi dan domba, seringkali dianggap tak menyehatkan. Banyak masyarakat, termasuk di Indonesia pun percaya bahwa mengonsumsi daging merah dapat memicu berbagai penyakit.

Anggapan tersebut rupanya hanya mitos. Sebab, daging merah justru memiliki banyak nutrisi penting yang diperlukan tubuh manusia.

Hal itu disampaikan oleh pakar nutrisi Emilia Achmadi dalam acara Beef Talk yang digelar di Mandarin Oriental Hotel Jakarta, Jumat (27/5/2022).

Sebagai informasi, acara yang diselenggarakan oleh Meat and Livestock Australia (MLA) tersebut bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait mitos dan fakta seputar manfaat daging merah.

Emilia menjelaskan, masyarakat dianjurkan memenuhi seluruh kelompok nutrisi makanan, termasuk protein hewani. Daging merah menjadi salah satu makanan yang kaya akan protein hewani.

"Sayangnya, banyak sekali kesalahpahaman di masyarakat kita (sehingga) menganaktirikan dan mengkambinghitamkan daging merah. Saya ingin mengubah citra daging merah di masyarakat," ujar Emilia melalui keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Sabtu (4/6/2022).

Menurut Emilia, protein hewani memiliki beragam fungsi bagi tubuh, seperti sumber energi, membentuk berbagai enzim dan hormon penting, serta mendukung imunitas tubuh.

Protein hewani pun sama pentingnya dengan protein nabati. Oleh karena itu, masyarakat dianjurkan untuk mengonsumsi makanan tinggi protein hewani seperti daging merah.

Kendati demikian, Emilia menyarankan masyarakat untuk tidak mengonsumsi daging merah secara berlebihan.

“Makanlah daging sapi 300-500 gram setiap minggu. Jangan berlebihan karena itu juga tidak baik untuk kesehatan,” jelas Emilia.

Selain itu, Emilia mengimbau masyarakat untuk lebih cermat dalam membeli daging merah. Apabila ingin membeli daging sapi, pastikan kualitas daging masih baik dan segar.

Emilia pun merekomendasikan daging sapi Australia yang diawasi oleh MLA. Ini karena telah diolah dengan proses standar kualitas terbaik sehingga kualitasnya benar-benar terjaga.

“Australia punya regulasi yang sangat tepat untuk pengolahan daging sapi. Mulai cara pemotongan, sanitasi, packaging, dan transportasi betul-betul diperhatikan, sehingga kontaminasi bakteri menjadi minimal,” ujarnya

Chef Chandra Yudasswara yang turut hadir dalam acara tersebut juga mengakui bahwa daging sapi Australia lebih unggul dari segi tekstur dan kelezatan.

Menurut Chef Chandra, keunggulan tersebut tidak terlepas dari cara sapi-sapi diperlakukan di peternakan di Australia.

“Australia mempunyai (standar) kualitas terbaik untuk (hewan) ternaknya dalam hal asupan makanannya, cara potongnya, sampai packaging-nya,” kata Chef Chandra.

Chef Chandra turut menghadirkan hidangan dari olahan daging sapi Australia.Dok. MLA Chef Chandra turut menghadirkan hidangan dari olahan daging sapi Australia.

Daging sapi Australia bebas PMK

Dalam kesempatan yang sama, Trade Development Manager MLA Siti Nuraini menyampaikan bahwa daging sapi Australia yang dipasarkan di Indonesia dijamin bebas dari berbagai penyakit hewan, termasuk penyakit mulut dan kuku (PMK).

“Peternakan sapi di Australia menerapkan standar baku mutu yang ketat sehingga daging-daging yang beredar di pasaran dijamin bebas dari berbagai macam penyakit,” kata Siti.

Lebih lanjut Siti menjelaskan, daging sapi Australia yang beredar di pasaran juga memiliki barcode untuk menjamin keamanan daging. Barcode ini berisi informasi terkait lokasi asal peternakan sapi tersebut sehingga dapat dipastikan bahwa sapi diternak dan diolah dengan baik.

Trade Development Manager MLA, Siti Nuraini saat memaparkan tentang daging sapi Australia.Dok. MLA Trade Development Manager MLA, Siti Nuraini saat memaparkan tentang daging sapi Australia.

Untuk menyediakan kebutuhan daging merah yang berkualitas dan menyehatkan di Indonesia, MLA melalui True Aussie Beef Indonesia mengusung kategori #TrueAussieBeef yang mewakili tiga pilar, yaitu ideal home, peace of mind, dan pure enjoyment.

Pilar ideal home menggambarkan bahwa setiap sapi dan domba Australia dikembangkan di peternakan yang ideal. Kualitas daging juga didukung oleh kondisi iklim dan cuaca yang bersahabat.

Iklim ideal tersebut juga membuat rumput tumbuh subur di peternakan Australia sehingga hewan-hewan hanya mengonsumsi rumput yang alami. Daging yang dihasilkan pun lebih lembut serta bebas dari zat adiktif dan hormon artifisial.

Pilar kedua adalah peace of mind. Artinya, daging Australia diproduksi dengan Sistem Identifikasi Ternak Nasional (NLIS) yang mengidentifikasi dan melacak terkait keamanan hewan, keamanan pangan, integritas produk, dan akses pasar.

Dengan sistem dan standar keamanan pangan ketat, setiap daging yang diproduksi pun terjamin kualitasnya.

Terakhir, pilar pure enjoyment. Pilar ini menjadi lambang bahwa hasil kerja keras para peternak Australia bisa dinikmati oleh semua konsumen, baik di Australia maupun seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Bahkan, daging merah Australia dari MLA yang didistribusikan ke Indonesia sudah disertifikasi halal oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai program-program dari True Aussie Beef Indonesia, kunjungi Instagram @trueaussieid, Youtube True Aussie Indonesia Official, dan situs web www.trueaussiebeefandlamb.id.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com