Advertorial

Angkat Arca Pentul, Mas Dhito Dorong Nambaan Jadi Desa Wisata Budaya

Kompas.com - 13/06/2022, 10:19 WIB

KOMPAS.com - Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana atau akrab disapa Mas Dhito mendorong Desa Nambaan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur (Jatim), untuk dijadikan sebagai desa wisata budaya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Kediri Adi Suwignyo mengatakan, dorongan tersebut muncul usai benda cagar budaya berupa kepala kala atau lebih dikenal sebagai Arca Pentul di desa tersebut diangkat, Minggu (12/6/2022).

Arca Pentul pun diharapkan dapat menjadi magnet untuk pengembangan wisata budaya Desa Nambaan.

“Pengangkatan ini adalah hasil usulan masyarakat sekitar pada acara Jumat Ngopi tiga minggu lalu. Ke depan, kami akan kembangkan Desa Nambaan sebagai wisata budaya sesuai visi misi Mas Dhito,” ujar Adi dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (13/6/2022).

Apalagi, tambah Adi, selama ini, banyak dari warga Desa Nambaan membuat kerajinan jaranan, seperti pentul, kepang, dan barongan. Potensi tersebut dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai ciri khas Desa Nambaan.

Terkait pengangkatan arca, Adi menjelaskan bahwa hal itu dilakukan untuk melestarikan dan menyelamatkan benda cagar budaya.

Terlebih, kondisi Arca Pentul telah bertahun-tahun berada dalam aliran sungai. Kondisi ini ditakutkan dapat menyebabkan pengikisan pada salah satu peninggalan sejarah yang berbentuk seperti topeng tersebut.

Pengangkatan Arca Pentul di Desa Nambaan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Dok. Pemkab Kediri Pengangkatan Arca Pentul di Desa Nambaan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

“Kami angkat dengan menggunakan backhoe karena masyarakat setempat pernah mencoba mengangkatnya. Mereka mengangkatnya menggunakan kerbau dengan cara gotong royong, tapi tidak kuat,” kata Adi.

Senada dengan Wignyo, Ketua Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri Imam Mubarok mengatakan, pengangkatan Arca Pentul dan menjadikannya sebagai wisata budaya akan menimbulkan dampak besar terhadap perekonomian masyarakat sekitar.

“Jika di tiap desa di Kabupaten Kediri mampu mengangkat dan memunculkan kekayaan budayanya, hal ini akan dapat meningkatkan perekonomian,” katanya.

Tak hanya itu, upaya eksplorasi benda purbakala atau peninggalan sejarah lain di tiap desa diyakini bakal memperkuat kembali identitas Kabupaten Kediri. Upaya ini juga dapat memunculkan kembali kejayaan Kerajaan Kediri di masa lampau.

Adapun ukuran dan tahun pembuatan Arca Pentul masih diidentifikasi oleh Disbudpar Kabupaten Kediri.

Sebelumnya, salah satu warga Desa Nambaan, Gundriwo, meminta perhatian Mas Dhito agar arca tersebut dapat diangkat dan dibuatkan pendopo. Tujuannya, supaya wilayah Desa Nambaan bisa dikembangkan sebagai lokasi wisata.

Gundriwo mengaku, ia telah membuat jalan ke lokasi penemuan arca dengan lebar 2 meter dan panjang 100 meter. Tanah tersebut merupakan tanah pribadinya.

Keikhlasan Gundriwo dalam merelakan tanahnya untuk jalan tersebut pun mendapat apresiasi dari para peserta Jumat Ngopi.

Pengangkatan Arca Pentul di Desa Nambaan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Dok. Pemkab Kediri Pengangkatan Arca Pentul di Desa Nambaan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur.

Mendengar penuturan Gundriwo, Mas Dhito mengatakan bahwa untuk memindahkan temuan benda purbakala tidak bisa dilakukan secara serta-merta. Pasalnya, benda tersebut harus diteliti terlebih dahulu oleh ahli di bidang sejarah purbakala.

"Dalam memindahkan suatu barang, seperti cagar budaya atau hal yang bersejarah itu, kami serahkan dulu ke Disbudpar untuk mengecek ke lapangan," jelas Mas Dhito.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau