Advertorial

Gaya Hidup Buruk Tingkatkan Risiko TBC, Begini Solusinya

Kompas.com - 24/06/2022, 11:11 WIB

KOMPAS.com – Sejumlah studi internasional menemukan bahwa gaya hidup buruk berkontribusi pada kasus tuberkulosis (TBC) yang terjadi pada banyak negara.

Berdasarkan studi yang dimuat dalam Official Journal of The Asian Pacific Society of Respirology pada 2008, ada lima gaya hidup buruk yang bertanggung jawab atas masalah kesehatan tersebut.

Kelima gaya hidup itu adalah merokok, memakai narkoba, minum minuman beralkohol, pola makan buruk hingga menyebabkan malnutrisi, dan kurang aktivitas fisik sampai menimbulkan obesitas.

Kaitan kebiasaan merokok dan konsumsi minuman beralkohol terhadap peningkatan risiko TBC juga ditemukan dalam riset yang dimuat jurnal AOSIS pada 2019.

Adapun riset tersebut dilakukan terhadap pasien koinfeksi TBC dan TBC HIV di Rumah Sakit Khusus TB Standerton, Mpumalanga, Afrika Selatan. Hasilnya, masalah kesehatan itu banyak dialami oleh mantan perokok dan peminum alkohol.

Pengaruh narkoba terhadap TBC juga terbukti dalam penelitian Patrick Nguipdop-Djomo et al dengan judul “Drug Misuse, Tobacco Smoking, Alcohol and other Social Determinants of Tuberculosis in UK-Born Adults in England: A Community-Based Case-Control Study” yang dimuat pada laman Nature.com, Jumat (27/3/2020).

Menurut hasil penelitian tersebut, penggunaan narkoba, seperti ekstasi, kokain, heroin, lysergic acid diethylamide (LSD), dan jamur “ajaib” bertanggung jawab sebesar 15 persen terhadap kasus TBC di Inggris.

Hasil studi terbaru yang dilakukan Faisal Alsharani et al berjudul “Lifestyle Risk Factors Associated with Tuberculosis Patients in Asir Region of Saudi Arabia” semakin memperkuat penelitian-penelitian sebelumnya.

Pada kebiasaan merokok, misalnya, studi yang dipublikasikan di National Center for Biotechnology Information (NCBI) pada 2021 itu menemukan bahwa perokok aktif berisiko lebih besar terkena TB ketimbang perokok pasif. Rasio keduanya adalah 5:1.

Kemudian terkait malnutrisi, riset tersebut menemukan bahwa risiko TBC bisa terjadi pada orang yang jarang makan (kurang dari tiga kali sehari). Masalah kesehatan ini juga mengintai orang yang hanya mengonsumsi makanan tinggi kalori tanpa memperhatikan asupan nutrisi lain.

Tak berhenti sampai di situ, penelitian yang dilakukan kepada pasien TBC di Rumah Sakit Militer Angkatan Bersenjata Khamis Mushait, Asir, Arab Saudi, itu juga mendapati bahwa TBC berkaitan erat dengan kebiasaan kurang istirahat.

Dengan kata lain, TBC bisa terjadi pada orang yang sering tidur kurang dari delapan jam atau tidur larut malam.

Seluruh gaya hidup buruk yang disebutkan di atas juga terjadi di Indonesia. Hal ini juga menjadi alasan kasus TBC di Tanah Air tak kunjung selesai.

Menurut laporan TB Indonesia, kasus TBC nasional hingga Oktober 2021 diestimasikan mencapai 824.000 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 15.186 jiwa.

Terapkan pola hidup sehat

Untuk mengantisipasi hal tersebut, kamu perlu menerapkan pola hidup sehat mulai dari sekarang.

Sebab, gaya hidup yang buruk, seperti merokok, penyalahgunaan narkoba, konsumsi alkohol, pola makan buruk, serta kekurangan aktivitas fisik dan waktu tidur ikut mengakibatkan sistem kekebalan tubuh melemah.

Alhasil, ketika seseorang terpapar bakteri penyebab TBC, Mycobacterium tuberculosis, tubuhnya tidak akan kuat sehingga ia terinfeksi penyakit tersebut.

Penerapan pola hidup sehat bisa dimulai dari memenuhi kebutuhan istirahat atau tidur selama minimal enam hingga delapan jam tiap hari. Pastikan juga kamu tidur dalam kondisi nyenyak agar tubuh mampu memproduksi sel T.

Selanjutnya, kamu wajib memenuhi kebutuhan nutrisi dalam makanan, mulai dari vitamin, mineral, karbohidrat, lemak, hingga protein. Pastikan kamu mengonsumsi semua nutrien tersebut dengan jumlah seimbang agar imunitas tubuh meningkat.

Hal paling wajib dalam penerapan gaya hidup sehat adalah menghindari konsumsi minuman bersoda dan beralkohol, kurangi makanan tinggi gula dan garam, serta jauhi narkoba.

Guna memaksimalkan upaya tersebut, sempatkan diri untuk berolahraga. Setidaknya, lakukan aktivitas ini selama 150 menit setiap minggu dengan intensitas sedang.

Sigap ketika mengalami gejala TBC

Kesigapan ketika mengalami gejala TBC juga perlu dibangun. Dengan begitu, penderita bisa mendapatkan regimen yang cepat dan tepat.

Sebagai informasi, gejala TBC paling umum adalah batuk berdahak terus-menerus selama 2-3 minggu atau lebih, bahkan sampai mengeluarkan darah.

Kondisi tersebut juga diikuti dengan sesak napas, nyeri dada, nafsu makan menurun, penurunan berat badan, malaise, berkeringat pada malam hari meski tidak berkegiatan fisik, serta meriang atau demam selama lebih dari 1 bulan.

Jika mengalami gejala-gejala tersebut, segera gunakan formula #141CekTBC, yaitu 14 Hari Batuk Tak Reda? 1 Solusi, Cek Dokter Segera!

Sebagai informasi, #141CekTBC merupakan kampanye digital yang diinisiasi Stop TB Partnership Indonesia (STPI). Tujuannya, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan TBC. Gerakan ini selaras dengan misi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), yaitu Temukan, Obati Sampai Sembuh (TOSS) TBC.

STPI sendiri adalah wadah kerja sama dan koordinasi antarmitra, baik organisasi swasta maupun pemerintah, yang memiliki kepedulian pada penanggulangan TBC di Tanah Air.

Kampanye #141CekTBC dapat diakses melalui https://141.stoptbindonesia.org. Beragam informasi komprehensif dan faktual seputar TBC bisa ditemukan di laman web tersebut.

Platform itu juga bisa dimanfaatkan untuk skrining gejala serta mencari tahu fasilitas kesehatan (faskes) yang melayani pemeriksaan TBC. Caranya, kamu cukup klik fitur Chatbot 141CekTBC.

Untuk diketahui, fitur tersebut juga terhubung dengan platform Halodoc atau komunitas TBC. Dengan begitu, konsultasi bersama dokter bisa dilakukan lebih mudah.

Selain lewat https://141.stoptbindonesia.org, Chatbot 141CekTBC juga bisa diakses melalui WhatsApp di nomor +628119961141 (Kak Welas).

Laman https://141.stoptbindonesia.org pun menyediakan fitur Pengingat 141CekTBC. Sesuai namanya, fitur ini membantu masyarakat dalam menandai durasi gejala TBC yang dialami.

Contohnya, batuk. Jika kondisi ini masih berlangsung hingga hari ke-14, laman tersebut akan mengingatkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter.

Informasi seputar kampanye #141CekTBC dapat pula dicari melalui akun Instagram, Twitter, dan Facebook Stop TB Partnership Indonesia.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com