Advertorial

Cegah Perhikahan Dini untuk Anak Bebas Stunting

Kompas.com - 25/06/2022, 18:01 WIB

KOMPAS.com – Hingga kini, Kota Cirebon, Jawa Barat (Jabar), masih memiliki angka stunting yang tinggi. Berdasarkan hasil survei Status Gizi Indonesia pada 2021, angka prevalensi stunting di Kota Cirebon berada pada posisi 30,6 persen sedangkan Kabupaten Cirebon 26,5 persen.

Angka tersebut masih jauh dari target presiden, yaitu prevalensi stunting Indonesia pada 2024 turun menjadi 14 persen.

Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Wiryanta dalam diseminasi informasi dan edukasi percepatan penurunan stunting bertajuk “Kepoin GenBest: Tunda Pernikahan Dini, Generasi Emas Menanti” yang diselenggarakan di Cirebon, Jumat (24/6/2022). 

“Angka-angka tersebut sebetulnya pantulan dari perubahan pola perilaku, terutama dalam mencegah stunting,” ujar Wiryanta dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (25/6/2022).

Menurutnya, stunting atau gagal tumbuh merupakan hal yang harus diwaspadai. Pasalnya, dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan fisik dan otak anak. Dengan demikian, akan memengaruhi prestasi anak di sekolah dan produktivitasnya di masa depan.

“Salah satu (cara mencegah stunting adalah dengan) mencegah atau menunda pernikahan dini. Itu penting sekali,” kata Wiryanta.

Selain siap menikah, lanjutnya, untuk mencegah stunting calon pengantin juga harus siap mengasuh dengan baik. Dengan begitu, mereka dapat mempersiapkan generasi penerus yang cemerlang. 

Pada kesempatan yang sama, turut hadir Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jabar Wahidin. Menurutnya, salah satu permasalahan di Jabar adalah usia kawin pertama perempuan.

Data BKKBN menunjukan rata-rata usia kawin perempuan di Jabar adalah 19,8 tahun. Hal ini berarti masih cukup banyak yang menikah di bawah usia 19 tahun.

“Jabar termasuk tiga (provinsi) yang kurang baik di Indonesia, setelah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah,” ujar Wahidin.

Sementara itu, dokter Lula Kamal yang juga hadir sebagai narasumber dalam acara tersebut mengingatkan, pernikahan di usia dini berbahaya untuk dilakukan. Sebab, organ reproduksi perempuan, yakni rahim, belum terbentuk sempurna di usia 19 tahun sehingga dapat mengakibatkan berbagai macam penyakit.

“Jadi, kami berharap usia pernikahan dilebihkan sedikit dari usia 19. tahun. Usia 21 tahun sudah ideal untuk hamil dan secara ekonomi juga sudah mapan,” kata dr Lula.

Dokter Lula juga menjelaskan tentang keterkaitan tumbuh kembang dan stunting. Menurutnya, tumbuh adalah ukuran, seperti berat badan dan tinggi badan. Sementara itu, kembang adalah kemampuan otak untuk berpikir.

“Keduanya penting. Sementara kalau stunting, dua-duanya kena. Padahal, generasi ini adalah pegangan kita di masa depan,” katanya.

Sebagai informasi, Forum Kepoin GenBest merupakan bagian dari kampanye Generasi Bersih dan Sehat (GenBest) yang merupakan inisiasi Kemenkominfo untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting.

GenBest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari. Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, GenBest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, dan reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografis.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com