Advertorial

Jangan Abai, Berikut Gejala GERD yang Harus Diwaspadai

Kompas.com - 28/06/2022, 19:03 WIB

KOMPAS.com – Dalam beberapa tahun terakhir, penyakit pencernaan gastroesophageal reflux disease atau GERD ramai diperbincangkan.

Pada 2009, jumlah penderita GERD di Indonesia diperkirakan mencapai 4 juta orang. Angka itu diyakini terus meningkat seiring dengan kecenderungan gaya hidup tidak sehat yang dilakukan masyarakat.

Untuk diketahui, GERD terjadi ketika asam lambung mengalir balik ke kerongkongan. Kondisi ini dikenal dengan istilah refluks.

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastroentero hepatologi atau endoskopi, Dr dr Tjahjadi Robert Tedjasaputra Sp. PD-KGEH, FINASIM, dari Siloam Hospitals Lippo Village menjelaskan bahwa refluks bisa dipicu oleh berbagai hal.

“Refluks terjadi akibat adanya gangguan pembersihan asam esofagus atau sebagian lambung menonjol ke dalam rongga dada (hiatal hernia),” ujar pria yang akrab disapa dr Robert itu dalam video yang diterima Kompas.com, Kamis (23/6/2022).

Selain itu, refluks asam lambung juga bisa terjadi karena kerusakan katup kerongkongan atau lower esophageal sphincter (LES).

Dr Robert mengatakan, kerusakan fungsi LES disebabkan peningkatan tekanan intraabdomen dan keterlambatan pengosongan lambung.

Oleh sebab itu, penderita GERD kerap merasa asam dan pahit di lidah atau panas di ulu hati hingga menjalar ke dada (heartburn).

Penderita GERD juga sering merasa mual, kembung, cepat kenyang, sakit ketika menelan (odinofagia), dan sulit menelan (disfagia). Bahkan, kondisi ini juga bisa menyebabkan produksi cairan ludah berlebih di dalam mulut.

Meski gejalanya cukup mengganggu, penderita GERD biasanya mengabaikan hal tersebut.

“Gejala GERD juga bisa terjadi di luar kerongkongan, seperti nyeri dada bukan karena serangan jantung (nonkardiak), batuk kronis, asma, dan peradangan yang menyebabkan pita suara membengkak sehingga suara menjadi serak atau laringitis,” jelas dr Robert.

Diagnosis, penanganan, dan pencegahan

Sebetulnya gejala serupa bisa saja ditemukan pada penyakit pencernaan lain. Guna membedakannya, lanjut dr Robert, pelayanan kesehatan akan meminta pasien mengisi kuesioner khusus.

Selain itu, diagnosis GERD juga bisa dilakukan dengan pengukuran tingkat keasaman (pH) kerongkongan atau pH Metri serta pemantauan (monitoring) pH kerongkongan atau pH Impedance.

“Pasien juga bisa melakukan PPI Test, yakni uji pemberian obat golongan proton pump inhibitor (PPI), seperti omeprazole, lansoprazole, esomeprazole, pantoprazole, dan rabeprazole,” jelas dr Robert.

Namun, dia memperingatkan bahwa semua obat tersebut memiliki efek samping. Oleh sebab itu, pasien disarankan berkonsultasi dengan dokter.

Dr dr Tjahjadi Robert Tedjasaputra Sp PD-KGEH, FINASIM, dari Siloam Hospitals Lippo Village. 

Dok. Siloam Hospitals Dr dr Tjahjadi Robert Tedjasaputra Sp PD-KGEH, FINASIM, dari Siloam Hospitals Lippo Village.

Kemudian, dr Robert juga meminta penderita GERD untuk mewaspadai obat-obatan yang dapat memperparah kondisi tersebut. Beberapa obat itu di antaranya adalah aspirin, nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID), dan bisphosphonates.

Seperti diketahui, gaya hidup tidak sehat dapat memperburuk kondisi GERD. Oleh sebab itu, dr Robert menyarankan masyarakat untuk memodifikasi gaya hidup guna pemulihan penyakit ini.

“Jaga berat badan, olahraga secara teratur, dan hindari kebiasaan merokok untuk mencegah GERD,” ujar dr Robert.

Kemudian, penderita GERD sebaiknya juga menghindari mengonsumsi makanan atau minuman yang memicu kenaikan asam lambung, seperti alkohol, susu, coklat, mint, dan kopi, serta makanan yang pedas dan berlemak.

Dr Robert pun menyarankan penderita GERD tidak berbaring atau tidur setidaknya 2 sampai 3 jam setelah makan, meninggikan posisi kepala saat berbaring, dan mematikan lampu saat tidur guna mengurangi gangguan.

“Jika GERD tidak membaik, pasien dapat berkonsultasi dengan dokter guna mendapatkan perawatan lebih lanjut, misalnya dengan melakukan pengobatan endoskopi,” kata dr Robert.

Dia juga menyarankan agar masyarakat memeriksakan kondisi kesehatan secara rutin untuk mengidentifikasi gejala GERD atau penyakit lain. Dengan demikian, gejala tersebut bisa ditangani sedini mungkin sesuai dengan prosedur yang tepat.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com