Advertorial

Kunjungi Proyek Gas JTB, Menteri ESDM Semangati Tim Menuju Fase Produksi

Kompas.com - 29/07/2022, 09:07 WIB

KOMPAS.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif kembali mengunjungi proyek pengembangan lapangan gas Jambaran-Tiung Biru (JTB) yang tengah mempersiapkan diri memasuki proses gas-in di Desa Bandungrejo, Ngasem, Bojonegoro, Jawa Timur, Kamis (28/7/2022).

Menteri ESDM didampingi oleh sejumlah pejabat dalam kunjungan tersebut, antara lain Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, dan Direktur Utama Subholding Upstream Pertamina, Budiman Parhusip.

Pada kesempatan tersebut, Menteri ESDM memberikan semangat kepada tim yang tengah melakukan akselerasi penyelesaian proyek JTB. Ia berharap tim JTB lebih bersemangat merampungkan pekerjaan dalam fase produksi.

Menteri ESDM didampingi oleh sejumlah pejabat dalam kunjungan tersebut, antara lain Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, dan Direktur Utama Subholding Upstream Pertamina, Budiman Parhusip.

Untuk diketahui, kunjungan tersebut merupakan kali kedua Menteri ESDM melihat langsung pembangunan JTB. Sebelumnya, ia mengunjungi Proyek Strategis Nasional (PSN) dari sektor energi ini pada April 2021.

Nicke Widyawati menegaskan bahwa pihaknya optimistis rencana gas on-stream (GoS) proyek JTB dapat terealisasi dalam waktu dekat.

"Sekarang ini hanya tinggal menunggu persiapan gas-in saja. Kemudian, dilanjutkan dengan commissioning start-up. Gas-in adalah pengaliran gas dari sumber sumur menuju gas processing facilities (GPF) untuk diolah sebelum memasuki tahap on-stream," terang Nicke dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Jumat (29/7/2022).

Nicke menambahkan, tren harga migas yang tengah tinggi saat ini berpotensi memberikan pemasukan besar bagi negara.

"Setelah memasuki produksi gas, JTB akan memberikan peningkatan produksi gas nasional. Tentu hal ini berpotensi memberikan kontribusi besar untuk pendapatan negara," terangnya.

Selama kunjungan, rombongan diterima oleh Direktur Utama PT Pertamina EP Cepu (PEPC) Awang Lazuardi, dan Pejabat Sementara (Pjs) General Manager Gas Project JTB Ruby Mulyawan, beserta jajaran manajemen PEPC.

Sebelum melihat secara langsung fasilitas produksi di GPF, rombongan mendapatkan pemaparan dari manajemen PEPC terkait persiapan gas-in. Selain itu, dijelaskan pula beberapa aspek teknis terkait penyelesaian proyek JTB, termasuk aspek health, safety, security, and environment (HSSE) yang saat ini telah mencapai lebih dari 56 juta jam selamat.

Proyek JTB adalah PSN dengan capital expenditure (Capex) mencapai 1,5 miliar dollar Amerika Serikat (AS) dengan produksi mencapai 192 million standard cubic feet per day (MMSCFD). Ini membuat JTB menjadi salah satu calon penghasil gas terbesar di Indonesia.

Dari jumlah produksi tersebut, sebanyak 100 MMSCFD telah dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan gas pembangkit listrik PT Pembangkit Listrik Negara (PLN).

Pasokan gas dari JTB diharapkan dapat segera dimanfaatkan untuk pemenuhan kebutuhan listrik dan industri, seperti pupuk, keramik, dan petrokimia yang berada di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah melalui transportasi pipa gas Gresik-Semarang.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau