Advertorial

Mendagri Jelaskan Spirit Pembentukan DOB Papua dalam Acara Pembagian 10 Juta Bendera di Merauke

Kompas.com - 12/08/2022, 20:22 WIB

KOMPAS.com - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian menyampaikan semangat terkait pembentukan Daerah Otonomi Baru (DOB) Papua secara langsung di Merauke.

“Saya datang ke sini (Papua) dalam rangka dua hal. Pertama, pembagian bendera dalam Gerakan Pembagian 10 Juta Bendera di Merauke sebagai simbol wilayah timur Indonesia. Kedua, untuk menyampaikan pesan-pesan mengenai spirit pemekaran,” kata Tito dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (12/8/2022).

Sebagai informasi, Merauke akan dijadikan sebagai Ibu Kota Provinsi Papua Selatan dan akan dibagi menjadi empat wilayah, yaitu Kabupaten Merauke, Kabupaten Boven Digoel, Kabupaten Mappi, dan Kabupaten Asmat.

Tito menjelaskan, awal pembentukan DOB bertujuan untuk mempercepat pembangunan di Papua. Namun, seiring pelaksanaan DOB, pelayanan publik juga diharapkan siap lebih cepat dan mudah agar birokrasi publik bisa semakin ramping.

Ia menambahkan, spirit seperti itulah yang digaungkan Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) dalam pembentukan DOB Papua. Menurut Tito, Presiden Jokowi memahami betul kebutuhan masyarakat Papua.

Apalagi, lanjutnya, pemekaran provinsi tersebut juga berangkat dari aspirasi para tokoh dan masyarakat setempat.

“Pak Jokowi sangat memahami Papua. Beliau melihat bahwa dengan adanya DOB, wilayah Papua juga harus dimekarkan untuk memotong birokrasi. Tidak ada jalan lain,” jelas Tito.

Tito menambahkan, pemekaran Papua akan mempermudah birokrasi publik. Nantinya, semua pejabat daerah, seperti gubernur ada, di wilayah ibu kota. Begitu pula dengan pengelolaan sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM), pendidikan, dan kesehatan.

Pemekaran DOB Papua akan memudahkan masyarakat yang tinggal Asmat, Boven Digoel, Mappi dalam pengurusan birokrasi karena akan memiliki pemimpin daerahnya sendiri.Dok. Kemendagri Pemekaran DOB Papua akan memudahkan masyarakat yang tinggal Asmat, Boven Digoel, Mappi dalam pengurusan birokrasi karena akan memiliki pemimpin daerahnya sendiri.

“Jadi, masyarakat yang tinggal di Asmat, Boven Digoel, dan Mappi, tidak perlu lagi ke Jayapura karena pemimpin daerahnya sudah ada sendiri,” imbuh Tito.

Ia menjelaskan, pemekaran wilayah terbukti membuat daerah semakin mandiri dan maju. Hal itu sejalan dengan tujuan pemekaran daerah, yaitu untuk mendatangkan kesejahteraan.

Tito juga mengatakan, rata-rata pemekaran wilayah membuat pembangunan di daerah bersangkutan meningkat. Meski demikian, upaya ini perlu didukung penuh oleh seluruh masyarakat, utamanya mereka yang tinggal di daerah pemekaran.

“Mohon dukungan kepada semua pihak agar realisasi dan hal yang akan kami lakukan dalam rangka pemekaran DOB Papua ke depan bisa terlaksana dengan baik,” ujarnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau