Advertorial

Didukung BRI, UMKM Camilan Sehat asal Bojonegoro Mejeng di Belanda

Kompas.com - 12/09/2022, 19:58 WIB

KOMPAS.com – Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) asal Bojonegoro, Jawa Timur, Matoh memperkuat ekspor dengan berpartisipasi sebagai tenant di Tong Tong Fair 2022 yang digelar di Belanda.

Di bawah naungan PT Paretu Estu Guna, jenama yang lahir pada 2013 itu menjual produk camilan sehat keripik singkong dengan enam varian rasa, yaitu Original Soya, Manis Asin, Sambal Purut, Balado, Keju, dan Sea Salt. Dua bulan lalu, Matoh juga merilis varian baru keripik ubi rasa Cinnamon.

Factory Manager PT Paretu Estu Guna Muhammad Pujiono menceritakan bahwa awalnya, Matoh dirintis untuk meningkatkan nilai ekonomi tanaman pangan tersebut. Setelah melakukan riset, Pujiono menemukan bibit singkong dari Kalimantan cocok diformulasikan menjadi makanan ringan.

“Kami membuat singkong dengan value yang tinggi sebagai healthy snack dan hadirlah keripik singkong ini,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (12/9/2022).

Pujiono melanjutkan, dirinya juga merasa terpanggil untuk memberdayakan petani di wilayah Bojonegoro. Pasalnya, banyak lahan pertanian gagal panen karena kurangnya pengairan.

Mengingat tanaman singkong memiliki perawatan yang relatif mudah dan tidak memerlukan terlalu banyak air, Pujiono akhirnya berkolaborasi dengan beberapa petani. Dia memberikan bibit yang kemudian diambil hasilnya saat panen.

“Nama Matoh diambil dari bahasa lokal Bojonegoro yang artinya bagus, sip, atau top. Gudang kami pun telah diubah dengan konsep food grade,” tuturnya.

Adapun dalam pemasarannya, Pujiono menjalankan berbagai strategi. Salah satunya, mengikuti BRI UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR. Acara ini merupakan event tahunan dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI untuk mendorong pelaku UMKM naik kelas.

Ajang tersebut juga membuka peluang usaha Pujiono tampil dalam Festival Tong Tong Fair 2022.

Lebih lanjut, Pujiono menjelaskan bahwa Matoh sudah diekspor sejak 2019 setelah rutin mengikuti program pelatihan ekspor dari pemerintah. Sebelum pandemi Covid-19, porsi ekspor Matoh mencapai 65 persen dari total produksi.

Tingginya angka ekspor, kata Pujiono, dipengaruhi oleh jenis produknya yang tergolong camilan sehat, yakni tanpa pengawet, tanpa pewarna, bebas gluten, dan menggunakan bumbu sendiri dari rempah khas Indonesia yang menerapkan penanaman organik.

“Jadi, Matoh itu premium healthy snack. Enak tapi menyehatkan juga,” ujarnya.

Akan tetapi, pandemi Covid-19 menurunkan angka ekspor Matoh menjadi 35 persen. Hal itu terjadi karena kebijakan lockdown yang diterapkan di beberapa negara sehingga proses pengiriman menjadi terbatas. Adapun pasar terbesar Matoh di Tanah Air saat ini adalah Pulau Bali.

Kendati demikian, Pujiono terus semangat untuk membangkitkan dan memperluas Matoh yang rencananya berekspansi ke kawasan Timur Tengah dan Afrika.

Di sisi lain, pihaknya juga akan memprioritaskan Belanda sebagai tujuan ekspor berikutnya. Pasalnya, Negeri Tulip dinilai memiliki pasar ekspor yang tinggi karena masyarakatnya lebih familiar dengan produk dan cita rasa Indonesia.

Produksi Matoh, lanjut Pujiono, kini mencapai 25 hingga 30 ton atau sekitar 40.000 sampai 50.000 kemasan per bulan. Pihaknya juga mempekerjakan sekitar 30 karyawan dan bekerja sama dengan sekitar 8 petani yang per orangnya mengelola ladang singkong 1,5 sampai 2 hektare.

Soal harga, Produk Matoh dijual dengan harga variatif, yaitu mulai dari Rp 13.000 per produk.

Edukasi UMKM go global

Direktur Bisnis Kecil dan Menengah BRI Amam Sukriyanto menjelaskan bahwa pihaknya terus mengedukasi dan menyiapkan pelaku UMKM untuk mengembangkan pangsa pasarnya hingga ke mancanegara atau go global.

Amam menambahkan, BRI juga melakukan strategi business matching untuk mempertemukan konsumen dari mancanegara dengan para UMKM lokal. Salah satunya, melalui ajang BRI UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR.

Pada 2021, ajang tersebut mencatatkan transaksi business matching hingga 72,13 juta dollar Amerika Serikat (AS). Angka tersebut melampaui target yang telah ditetapkan perseroan, yakni sebesar 65 juta dollar AS.

Ajang tersebut diramaikan oleh 110 konsumen yang berasal dari 31 negara, termasuk AS, Uni Eropa, Timur Tengah, hingga Australia.

"UMKM lokal memiliki potensi besar dengan beragam keunikan produknya yang disukai banyak konsumen dari berbagai negara. Untuk itu, kami berusaha mendampingi agar produk UMKM lokal ini memiliki kualitas terbaik dan selaras dengan kebutuhan pasar," tegasnya.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com