Advertorial

Kya-kya Surabaya Kembali Bangkit, Kota Pahlawan Punya Destinasi Wisata Malam Baru

Kompas.com - 17/09/2022, 20:00 WIB

KOMPAS.com – Lokasi wisata pecinan di Jalan Kembang Jepun, Kecamatan Pabean, Kota Surabaya, Kya-kya Surabaya, kini kembali hidup setelah bertahun-tahun mati suri.

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melakukan rebranding lokasi wisata tersebut menjadi ikon wisata kuliner dan alternatif wisata malam yang menghadirkan berbagai pilihan makanan.

Peluncuran Wisata Kya-kya Surabaya Reborn dilakukan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi pada Sabtu (10/9/2022). Acara peluncuran itu dihadiri oleh Kepala Kepolisian Resor Kota Besar (Kapolrestabes) Surabaya dan Kepala Kepolisian Resor (Kapolres) Tanjung Perak, beserta Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Surabaya.

Hadir pula secara khusus dalam acara itu, Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (Menteri BUMN) Dahlan Iskan. Selain Dahlan Iskan, juga hadir Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Surabaya Laila Mufidah, beserta sejumlah anggota DPRD Surabaya lainnya.

Peresmian Kya-kya Reborn ditandai dengan penabuhan tamborin oleh Wali Kota Eri beserta Forkopimda Surabaya, dan berbagai stakeholder yang hadir.

Setelah acara seremonial, Wali Kota Eri dan rombongan juga menyempatkan untuk melakukan berbagai aktivitas di Wisata Kya-kya Reborn. Mereka menaiki becak hias mengelilingi rumah abuhan dan juga kelenteng. Kemudian, mengelilingi dan merasakan berbagai produk kuliner usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang ada di stand-stand UMKM.

Para tamu undangan beserta jajaran Pemkot Surabaya dalam peresmian Wisata Kya-kya Surabaya Reborn.DOK. Humas Pemkot Surabaya Para tamu undangan beserta jajaran Pemkot Surabaya dalam peresmian Wisata Kya-kya Surabaya Reborn.

Pada kesempatan tersebut, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyatakan syukur atas peresmian Wisata Kya-kya Reborn yang bertepatan dengan bulan purnama.

Pasalnya, kata Eri, bulan purnama merupakan tanggal baik untuk memulai suatu pekerjaan, perdagangan, dan usaha menurut kepercayaan etnis Tionghoa.

“Makanya, saya berharap dengan diluncurkannya Kya-kya Rebon di bulan purnama ini, tidak hanya jadi tempat yang dibuka lalu setelah itu selesai,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima, Sabtu (17/9/2022).

Eri optimistis, Kya-kya Reborn akan menjadi objek wisata seperti Tunjungan Romansa dan Susur Sungai Kalimas yang kini masih menjadi ikon Surabaya.

Apalagi, sebut dia, pengunjung bisa menemukan makanan khas China di kawasan kampung Pecinan.

“Saat ini ada 60 UMKM yang sudah berjualan. Hal yang membuat saya bangga adalah 30 UMKM di antaranya berasal dari pelaku usaha warga sekitar sini,” katanya.

Selain kuliner, lanjut dia, pengunjung nantinya juga bisa menaiki becak untuk menelusuri sejarah Pecinan, seperti rumah abuhan dan kelenteng.

Disambut antusiasme warga Surabaya

Pengunjung sedang membeli makanan di salah satu stand UMKM Wisata Kya-kya Surabaya Reborn.DOK. Humas Pemkot Surabaya Pengunjung sedang membeli makanan di salah satu stand UMKM Wisata Kya-kya Surabaya Reborn.

Sebagai informasi, dalam acara peluncuran Kya-kya Reborn juga disambut antusias para warga Surabaya. Antusiasme itu terbukti dari kepadatan pengunjung di sepanjang Jalan Kembang Jepun.

Tak hanya menyaksikan peluncuran Kya-kya Surabaya, para warga juga terlihat menikmati berbagai menu produk UMKM yang berjejer di jalan tersebut.

Salah satunya adalah warga Surabaya, Agata. Ia mengaku sangat bangga dan bahagia karena wisata yang terkenal dengan kulinernya itu kembali

dihidupkan oleh Wali Kota Eri.

Bahkan, ia juga mengaku bisa bernostalgia kembali dengan berbagai kuliner yang dulu sempat ada di kawasan tersebut.

“Ini serasa bernostalgia lagi dengan masa lalu. Baguslah pokoknya Surabaya. Terima kasih Pak Eri dan jajaran Pemkot Surabaya yang sudah menghidupkan kembali wisata ini,” ujar Agata.

Ia pun menyebutkan tagline, jangan ngaku pernah ke Surabaya kalau belum pernah berkunjung ke Kya-kya Surabaya.

Melihat antusiasme warga Surabaya, Eri memastikan bahwa pihaknya bersama stakeholder akan memperluas area wisata Pecinan itu.

Dengan begitu, kata dia, Kya-kya Surabaya ke depan akan memakai sepanjang Jalan Kembang Jepun. Sepanjang jalan tersebut akan menjadi area wisata dan tempat stand UMKM berdiri.

“Bahkan, ke depan kami akan terus mengecat semua bangunan yang ada di sepanjang Jalan Kembang Jepun itu. Warna catnya sebagaimana rumah Pecinan, yaitu hitam, merah, dan gold,” imbuh Eri.

Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga akan memasang papan nama di semua bangunan kawasan Pecinan. Papan nama ini nanti akan memakai tulisan China dan diberi arti dalam bahasa Indonesia.

Lebih lanjut, Eri mengatakan bahwa Pemkot Surabaya akan terus melakukan pembenahan di kawasan tersebut.

Sebab, dia ingin Kya-kya Surabaya ke depannya dapat menjadi alternatif tujuan wisata di Kota Pahlawan, selain Tunjungan Romansa dan Susur Sungai Kalimas.

“Sementara ini, kami akan buka pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu. Mulai habis Magrib sampai pukul 22.00 Waktu Indonesia Barat (WIB),” jelas Eri.

Meski jam buka ditetapkan, Eri juga akan melihat antusiasme warga. Apabila antusiasme pengunjung memang tinggi, tidak menutup kemungkinan untuk memperpanjang jam buka Kya-kya Surabaya.

Bukti budaya arek masih terjaga

Pada kesempatan tersebut, Eri mengatakan bahwa Wisata Pecinan Kembang Jepun menjadi bukti bahwa budaya arek di Surabaya masih sangat terjaga.

Budaya arek yang dimaksud, yakni saling menghormati dan menjaga antar budaya, agama, suku, dan ras apa pun di Surabaya.

Melihat hal itu, Eri mengaku bangga kepada warga Surabaya yang terus bisa menjaga rasa toleransi, kebersamaan, dan gotong royong.

“Semoga UMKM di wisata ini terus bergerak dan berkembang, sehingga bisa menggerakkan ekonomi di Kota Surabaya,” ujarnya.

Untuk diketahui, Pemkot Surabaya kini sudah membongkar salah satu bangunan semipermanen di kawasan Kembang Jepun.

Bangunan itu dibongkar untuk penataan kawasan, sehingga bisa digantikan dengan fasilitas umum berupa toilet dan pos penjagaan. (ADV)

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau