Advertorial

Skoliosis, Kelainan Tulang Belakang yang Dapat Ditangani dengan Robot Navigasi

Kompas.com - 18/09/2022, 20:52 WIB

KOMPAS.com – Skoliosis merupakan kondisi tulang belakang yang tidak normal yang berbentuk melengkung seperti huruf C atau S. Selain kerap memberikan rasa nyeri pada bagian tulang belakang, penyakit ini juga mempengaruhi cara berjalan penderitanya.

Kondisi tersebut menjadi salah satu keluhan pasien yang datang menemui Dokter Spesialis Ortopedi dan Konsultan Tulang Belakang Eka Hospital BSD dr Luthfi Gatam, SpOT (K) Spine.

“Biasanya, skoliosis ditemukan pada usia pubertas, yaitu 10-18 tahun. Secara umum, kaum wanita lebih rentan mengidap skoliosis ketimbang pria,” ujar dr Luthfi dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (19/9/2022).

Terdapat empat jenis skoliosis berdasarkan penyebabnya. Pertama, skoliosis idiopatik. Skoliosis ini merupakan jenis yang paling banyak diderita pasien, tapi tidak diketahui penyebabnya.

Kedua, skoliosis degeneratif yang disebabkan kerusakan bantalan dan tulang belakang yang aus seiring pertambahan usia.

Ketiga, skoliosis neuromuscular yang disebabkan rusaknya jaringan saraf dan otot. Keempat, skoliosis congenital yang terjadi karena pertumbuhan tulang belakang yang tidak normal.

Menurut dr Luthfi, ada beberapa gejala yang dapat dilihat ketika seseorang mengidap skoliosis, antara lain tubuh penderita condong ke satu sisi, salah satu bahu lebih tinggi, salah satu tulang belikat lebih menonjol, atau tinggi pinggang yang tidak rata.

Skoliosis merupakan penyakit yang dapat disembuhkan. Adapun penanganannya tergantung dengan tingkat keparahan dan gejala yang dirasakan pasien. Perlu diketahui, penyakit ini tidak dapat sembuh dengan sendirinya tanpa bantuan spesialis tulang.

Oleh karena itu, bagi orang yang merasa memiliki gejala skoliosis, lebih baik segera kunjungi dokter untuk melakukan pengecekan sedari dini. Dengan demikian, pasien bisa mendapatkan tindakan secara cepat dan tepat.

Biasanya, dokter akan memeriksa lebih rinci gejala skoliosis yang dialami oleh pasien. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik, seperti meminta pasien berdiri, dan membungkuk untuk melihat seberapa tingkat keparahan postur tubuh yang tidak simetris.

“Selain itu, dokter juga akan memeriksa apakah ada otot dan saraf yang lemah, kaku, atau refleks yang tidak normal,” kata dr Luthfi.

Lebih lanjut, dr Luthfi menjelaskan bahwa melalui pemeriksaan fisik yang didukung oleh foto rontgen dan tomografi terkomputasi (CT scan), lengkungan tulang belakang yang diderita akan terlihat secara jelas.

Bagi pasien dengan skoliosis tingkat tinggi, yaitu lengkungan lebih dari 45 derajat, dapat diobati dengan tindakan operasi.

“Operasi skoliosis adalah operasi besar pada tulang belakang dengan risiko kematian dan kelumpuhan. Namun, dengan perkembangan teknologi saat ini, risiko tersebut dapat ditekan, bahkan mendekati 0 persen,” paparnya.

Adapun salah satu rumah sakit yang memiliki teknologi terkini dalam pengobatan skoliosis adalah Eka Hospital. Hal ini dikarenakan Eka Hospital kini menyediakan alat navigasi dan robotic spine yang berfungsi memandu dokter ketika memasukkan screw saat operasi. Tingkat akurasi navigasi dan robotik dalam memasukkan screw diklaim mencapai 99,9 persen.

Selain itu, alat navigasi dan robotik tersebut memungkinkan operasi skoliosis dilakukan dengan teknik invasif minimal atau operasi dengan luka sayatan yang lebih kecil dan risiko pendarahan yang lebih sedikit.

Chief Operating Officer (COO) Eka Hospital Grup drg Rina Setiawati mengatakan, sebagai salah satu penyedia layanan kesehatan, Eka Hospital memiliki peran penting membantu masyarakat luas.

“Kami mengedepankan kesehatan pasien dalam pembuatan program ini. Eka Hospital Grup merasa memiliki kewajiban membantu pasien yang membutuhkan robot navigasi untuk segera melakukan tindakan operasi,” ujarnya.

Adapun operasi skoliosis robotik tersebut ditawarkan dengan harga Rp 249 juta. Harga ini berlaku hingga Desember 2022, meskipun meski tindakan dilakukan di kemudian hari.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai robot navigasi atau seputar skoliosis, silakan klik tautan berikut ini.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com